Bab 32

21.4K 2.1K 51
                                    

Tiga hari terasa sangat lama bagi keluarga Robert, detik demi detik mereka menunggu hingga sampai hari ini, hari dimana perban dimata Langit akan dilepas, dan hari pertama bagi Langit melihat wajah mereka.

"Cepatlah Nuel, aku sudah tidak sabar."Seru Lucas yang menatap Immanuel membuka perban itu dengan gerakan pelan.

"Sabarlah Lucas, tidak baik terlalu terburu-buru."Senia mengusap pelan lengan sang anak yang sangat antusias.

"Kau kira hanya kau saja yang antusias, kami juga."Ujar Luke yang hanya diacuhkan oleh sang anak.

"Kalian ini, biarkan Nuel membuka perban itu dengan tenang."Ucap Roger yang akhirnya bersuara.

Immanuel tidak mendegar kekacauan yang dibuat oleh kedua orang itu, sekarang fokusnya pada babynya.

Mereka semua menahan nafas, melihat perban Langit yang sudah dibuka, tampak disana ada bekas kemerahan Dimata baby mereka itu.

"Sekarang buka dengan perlahan lahan oke, jika sakit tidak usah dibuka dulu."Ujar Immanuel sambil mengusap punggung sang adik.

"Iya bang."Langit mencoba membuka matanya perlahan-lahan, sedikit demi sedikit hingga akhirnya terbuka, sedikit buram ketika melihat kedepan dan lama kelamaan dia dapat melihat sepenuhnya.

"Bagaimana baby, apa kau bisa melihat kami?"

"Adek bisa liat abang nggak?"

"Apa bisa melihat mommy sayang."

Mata Langit tertuju pada seorang pria yang berada didepannya, dengan mata berwarna coklat, alis tebal, hidung mancung, dan rahang yang tegas.

"Apa kau bisa melihat daddy."Luke melihat manik mata indah babynya itu.

"Daddy?"

"Ya sayang, kau bisa melihat daddy?"

"Iya daddy, Langit bisa."Luke langsung memeluk Langit dengan erat, mengecup seluruh wajah Langit dengan gemas.

"Adek bisa lihat Abang juga nggak?"Samuel menyingkirkan Luke dan menatap Langit intens.

Langit ingat wajah itu, wajah yang masih ingat diingatan Langit tapi bedanya wajah Samuel terlihat lebih tegas.

"Iya."

"Awas awas! Aku juga mau, adek bisa lihat abang kan?"Saka mendorong Samuel dari hadapan Langit dan menangkup wajahnya, jelas Langit bisa melihat pipi gembul dari wajah lucu Saka.

"Sayang jangan begitu, lihat pipi Langit memerah."Senia melepaskan tangan Saka dari mana wajah Langit.

"Maaf mom."Jawab Saka sambil cengengesan.

Langit berpindah menatap kesamping,bisa ia lihat wanita cantik dengan rambut panjang, wajah lancip dengan mata hitam teduh, Senia begitu cantik sekali, sama dengan khayalan nya saat melihat wajah Senia.

Langit merasa pipinya dicium dari samping, melihat jika ada seorang pria yang mirip dengan daddy nya, tapi pria didepannya ini mempunyai tanda lahir kecil dibawah mata kanannya.

"Bagaimana apa aku tampan?"Lucky sungguh gemas dengan raut wajah Langit yang melongo itu, ingin menciumnya kembali tapi tubuhnya ditarik mundur kebelakang.

"Pergilah pak tua, Langit belum melihat wajahku."Seru Lucas yang membuat Lucky mendengus kesal.

"Baby, bagaimana denganku? Apa kau bisa melihat ku?"Langit mengaguk, wajah Lucas mirip seperti Luke tapi versi lebih mudanya, dan tentunya sangat tampan.

"Kau sangat lucu baby, tutup mulutmu, aku tahu aku tampan."Lucas kembali mengecup pipi Langit yang sudah sedikit berisi itu.

"Langit aku oma mu."Langit merasa kepalanya dielus oleh seseorang, sedikit mendongak dan melihat seorang wanita paruh baya dengan rambut sebahu, tubuhnya terlihat sedikit tegap dan tinggi, omanya ini sedikit tomboy jika dilihat.

"Terimakasih sudah bisa melihat kembali."Ucap Immanuel yang membuat Langit melihat kesamping, Immanuel memeluk dirinya erat, dan memberi kecupan di mata Langit pelan,"apa ada yang janggal, jika sakit katakan baby."

"Tidak abang, Langit  baik baik saja."Langit tersenyum senang, tapi matanya terfokus pada bekas luka dileher Immanuel, walaupun itu hanya sedikit tapi itu sangat memerah.

"Abang leher abang kenapa?"

Keheningan melanda diruangan itu, Immanuel mengumpat dalam hatinya, bagaimana bisa bekas lukanya masih bisa dilihat, padahal dia sudah mengobatinya.

"Tidak, hanya gatal, jangan hiraukan."

Para tetua keluarga   Robert memandang Immanuel dengan raut dingin, yang disadari oleh sang empunya.

"Tapi ada...."

"Apa kau mengenaliku."Bulu kuduk Langit meremang saat telinganya basah oleh sesuatu.

"Sean apa yang kau lakukan!"

Langit sedikit menjauhkan wajahnya, melihat kesamping, pemuda tampan dengan raut wajah terkesan tegas, mata sayu tapi terlihat tajam, dengan bibir seksi terbelah dua, dagu lancip dengan belahan disana, sungguh tampan.

"Kenapa kau melakukan itu Sean, tidak baik seperti itu."Ucap Senia mengelap bekas kuluman Sean pada telinga Langit.

Sean hanya menatap mereka dengan datar, semburan seringaian muncul disela bibir yang seksi itu, mata sayu itu sangat menjengkelkan bagi para keluarga Robert.

"Kau ini, jangan melakukan hal seperti itu lagi atau aku akan...."Luke mendekati Sean dan sedikit berbisik padanya,"memotong bibirmu itu."

Yang dihardik hanya acuh tak acuh sambil memainkan jari mungil Langit, tidak peduli dengan para tetua, dia sudah terbiasa dengan ancaman itu, jika pakaiannya disingkap, maka terlihat bekas luka yang telah dilukis disana.

"Tidak bisakah kalian tenang sebentar, kalian membuat Langit jengah!"Tegas Roger membuat semua orang bungkam, aura yang dikeluarkan Roger membuat punggung mereka dingin, begitu juga dengan Langit.

Langit mendongak dan mencari Roger, pandangannya langsung jatuh pada sesosok pria paruh baya yang berdiri tidak jauh dari pintu.

Mata Langit melebar, jantungnya terasa berpacu cepat, tangannya bergetar, dan hal itu disadari oleh semua orang.

""Baby apa yang terjadi?"

"Langit Hay kau dengar mommy?"

"Langit? Apa kau merasa sakit."

Langit tidak peduli dia berusaha bangkit tapi kakinya terasa berat, Langit mencoba mendorong sekitar tenaga orang orang yang berada didepannya hingga dia terjatuh pada ranjang empuk itu

"Langit!"Mereka semua berusaha menangkap Langit, tapi Langit memberontak, ia menggeret tubuhnya untuk mencapai orang itu.

Roger yang melihat itu juga mendekati Langit hingga Langit memeluknya erat.

"Kakek....Kakek Langit rindu....Kakek jangan tinggalin Langit lagi...."Langit menangis sejadi-jadinya.

Keluarga Robert sedikit bingung dengan perkataan Langit, apa yang dimaksud oleh baby kecil mereka ini.

LANGITWhere stories live. Discover now