Bab 21

23.3K 2K 30
                                    

Langit merasa benar benar seperti bayi sekarang, pasalnya dari tadi Luke terus mengendongnya seperti orang menenangkan bayi yang menangis.

Awalnya Langit berpikir jika keluarganya barunya ini tidak akan menerimanya, tapi saat dia bangun daddy dan para abangnya ini bersikap seperti biasa, tidak seperti saat dirinya yang mengatakan kebenarannya semalam.

"Daddy aku juga mau."Rasanya Samuel ingin menangis, sudah banyak kali dia ingin menggendong Langit tapi tidak diberikan oleh sang ayah, dia jadi menyesal memberitahu mereka, kenapa dia tidak membawa Langit keapartemen nya saja dan hidup berdua disana, lihatlah sekarang, menyentuh saja rasanya mereka tidak memberikannya, dia jadi kesal.

"Kau sudah, daddy belum."

"Orang tua ini."Samuel hanya bisa menggeram dalam hatinya, kapan dia mengendong Langit, waktu itu dia hanya memangku Langit sebentar dan setelah itu tidak ada lagi, kenapa daddynya ini mengatakan jika dirinya sudah mengendong Langit.

"Jangan berbicara kasar Sam."Ucap Luke yang hanya bisa membuat Samuel pasrah, bahkan daddy nya tahu jika sekarang dalam hatinya mengumpat.

"Hey pak tua, berikan dia padaku."Ucap Lucas yang baru saja keluar dari kamar mandi sehabis membersihkan diri.

Samuel menatap datar pada abangnya ini, saingan nya selain daddynya juga ada abangnya yang menyebalkan ini, hey tolonglah, "Langit itu adek gua!"Pikirnya.

"Kenapa kau masih ada disini! Pergilah urus pekerjaan mu itu."Luke membelakangi Lucas membuat Lucas tidak terima, bukannya apa apa, dia saja belum bermanja-manja dengan Langit dari semalaman karena masalah kemarin.

"Kau juga pak tua, bukankah kau lebih banyak pekerjaan." Remeh Lucas yang hanya diacuhkan oleh Luke.

"M-au turun."Ucap Langit yang akhirnya mengeluarkan suaranya, sebenarnya dia tidak nyaman seperti ini, bukan tidak nyaman digendong oleh mereka hanya saja, bukankah dia sudah besar, apa dia tidak berat?

"Kenapa? Apa kau sakit baby? Yang mana yang sakit, Lucas panggil Nuel."Ucap Luke yang sedikit ada nada kepanikan disana.

"Iya sebentar."Lucas mengeluarkan ponselnya mencari kontak Immanuel.

"Kamu kenapa Langit?"Ucap Samuel yang memegang tangan Langit.

Sudah Langit katakan jika dia harus ekstra hati-hati dalam bicara, melihat dan lain sebagainya, lihatlah sekarang mereka memikirkan yang harus tidak mereka pikirkan, respon seperti apa itu, bukankah sedikit berlebihan?

"Ti-dak aku berat."Ucap Langit yang membuat anak dan ayah itu saling memandang.

Mereka semua tertawa renyah mendegar ucapan dari Langit seolah itu lelucon yang sangat lucu, hal itu juga membuat Langit kebingungan, apa yang mereka tertawakan? Aneh sekali.

"Berat dari mana, kau bahkan tidak seberat sekarung beras baby."Ucap Luke dengan tawa renyahnya.

"Astaga Langit, aku juga gendong kamu nggak ada tuh keberatan, malahan kayak gendong boneka, berat lagi barbel yang aku angkat."Ucap Samuel yang mengusap air disudut matanya karena tertawa tadi.

"Baby, apa yang kau bicarakan, bahkan jika kau makan berkali kali pun kau tidak akan berat, lihatlah badan yang kurus itu, hey pak tua, nanti belikan adikku ini makanan yang sehat, jika kau sudah miskin aku bisa membelinya."Remeh  Lucas yang membuat Luke menaikkan alisnya.

"Dasar tidak sopan, jaga bicaramu Lucas, bahkan aku bisa membeli apapun yang bisa membuat Langit menjadi bayi yang sehat, dan juga aku tidak miskin, bahkan aku lebih kaya darimu."Dengusnya.

Lucas hanya mengedikkan bahunya acuh, walaupun kenyataannya benar jika daddynya ini lebih kaya dari pada dirinya tapi dia gengsi untuk mengakuinya.

Langit yang mendegar itu tertawa pelan membuat suasana seketika hening.

Hal itu membuat Langit sedikit mengerutkan keningnya, kenapa mereka tiba tiba diam.

Lucas, Samuel maupun Luke sedikit tertegun, mereka melihat senyuman itu bukan apakah bisa dibilang tawa yang tulus itu keluar dari bibir Langit.

Mereka baru pertama kali melihatnya, walaupun seringkali Langit tersenyum tapi tidak mengeluarkan suara, sekarang mereka telah mendengar tawa yang membuat mereka candu untuk didengar kan kembali.

"Ke-napa?"Tanya Langit yang membuat mereka kembali sadar.

Luke mencium pipi Langit gemas, dia semakin yakin keputusannya untuk membuat Langit bahagia bersama mereka, dengan keluarganya tanpa ikut campur keluarga kandung Langit.

"Langit, ketawa lagi, kamu lucu jika tertawa seperti itu."Ucap Lucas mengelus rambut Langit.

"Dan imut."Sahut Samuel yang membuat pipi Langit memerah, imut bagaimana, dia laki laki, jika perempuan imut itu ada, mana ada laki laki imut, laki laki itu tampan bukan?

Mereka bertiga gemas dengan wajah Langit yang memerah, mereka bergantian mencium pipi Langit dengan gemas, pipi yang awalnya merona itu kembali memerah akibat ciuman yang bisa dibilang cukup kuat itu.

Langit hanya pasrah, sepertinya dia harus terbiasa dengan mereka yang sering kali menciumnya, pada awalnya dia risih tapi lama kelamaan nanti pasti akan terbiasa bukan?

LANGITWhere stories live. Discover now