Bab 10

29.3K 2.2K 85
                                    

Langit menyelesaikan makannya, walaupun tidak semuanya habis karena tenggorokan belum menerima makanan tapi dia tetap harus makan karena dia bersyukur belum tentu ada yang memberikan makanan seperti ini pada dirinya.

"Samuel."

"Abang Langit, tadi kan gua udah bilang, Lo sekarang panggil gua abang ok." Samuel mengusap pelan surai Langit nan indah itu.

"A-bang."

"Nah gitu dong."

Senia yang melihat itu tersenyum tipis, manis sekali pemandangan didepannya ini.

"Kenapa? Lo mau sesuatu atau butuh sesuatu gitu?"

"M-au pipis."

Samuel terdiam dia memandang Senia meminta persetujuan.

Senia menganggukan kepalanya dengan ragu.

"Ok gua bantuin, sini gua gendong."

Langit menggeleng pelan, dia tidak mau merepotkan Samuel.

"Dituntun saja."

Lagi dan lagi Samuel terdiam membisu, apa yang harus dia katakan pada Langit.

Senia yang melihat itu ingin mencoba membantu."Langit digendong dulu saja ya sama Sam, kamu kan baru bangun, mungkin belum kuat berjalan."

"Tidak Bu  em mom, aku berjalan saja."

Langit mencoba menggerakkan kakinya, tapi kenapa sangat susah.

Kenapa dia tidak bisa merasakan kakinya.

"Bang kaki aku kenapa ya? Kok nggak bisa gerak."

Langit mencoba kembali menggerakkan kakinya, tapi tetap tidak bisa dia merasa kakinya di tumpuk oleh benda yang sangat berat.

Samuel memeluk Langit dia tidak sanggup mengatakan hal yang sebenarnya.

"Maafin gua Langit, gua nggak bisa nolong Lo."

"Ma-maksudnya apa bang?" Langit sungguh bingung sekarang, apa yang diucapkan oleh Samuel ini.

Bibir Samuel kelu bagaimana dia bisa mengatakannya pada Langit.

Flashback on

Dokter keluar dari ruangan Langit dengan wajah menunduk, dia menggelengkan kepalanya pelan.

"Kenapa Dok? Jangan buat gua takut!"

Senia memengang tangan Samuel mencegah Samuel yang akan melukai Dokter didepannya ini.

"Maaf tuan muda kondisi tuan muda Langit sebenarnya sudah bisa dikatakan membaik tapi..."

"Tapi apa? Kenapa Lo ngomong bertele-tele!"

"Sam, biarkan dokter menyelesaikan ucapannya dulu."

Senia mencoba menenangkan Samuel yang emosi saat ini.

"Tuan muda Langit selamat tapi dia mengalami cedera saraf pada tulang belakang..."

"Maksudnya apa? Kenapa Lo ngomong lama banget!"

"Sam!"Senia sedikit marah dengan Samuel, dokter belum menjelaskan sesuatu malah dia yang tidak bisa menahan emosi.

"Dia lama mom! "Samuel kesal sekarang dokter didepannya ini sungguh sangat lama dalam berbicara.

"Kenapa dengan Langit dok?"

"Tuan muda Langit mengalami cedera pada saraf tulang belakang yang berarti kemungkinan besar dia tidak akan bisa berjalan."

"Apa!"

Sungguh mereka sangat terkejut mendegar perkataan dokter itu.

"Maksudnya Langit lumpuh gitu! Lo bohong kan! Lo bohong!" Samuel menarik jas dokter hingga membuat dokter itu merasa sedikit tercekik.

"Sam jangan begitu!" Senia memeluk Samuel agar dia bisa tenang.

"Dia bohong kan mom! Nggak mungkin Langit lumpuh!"

Senia memeluk Samuel dalam dekapannya, dia juga tidak mengerti apa yang terjadi saat ini.

Flashback off

"Kenapa bang?"

Samuel sedikit terisak, "Gua.... Langit Lo .... Lo sementara nggak bisa jalan dulu."

"A-pa!"

"Maksudnya , maksudnya kan Lo baru jatuh dari tangga jadi Lo belum bisa jalan dulu."

Tidak mungkin, alasan apa yang Samuel ucapkan ini, tidak masuk akal, Langit bukan anak kecil yang bisa dibodohi, dia juga tahu arti tidak bisa berjalan, tapi itu tidak mungkin kan, ini tidak mungkin.

Dia harus menanyakannya dengan benar.

"B-ang aku lum-puh?"

LANGITDonde viven las historias. Descúbrelo ahora