Bab 14

26.1K 2.2K 104
                                    

Langit mengerjapkan matanya pelan, dia baru saja bangun tidur dan hal yang sama masih saja terjadi, dia belum bisa melihat, dia menjadi rindu bisa melihat kembali.

Tubuhnya sedikit sakit, walaupun kasur yang dia tiduri adalah kasur yang sangat empuk tetap saja tubuhnya terasa kebas, dia tidak bisa bergerak saat tidur, sangat sulit rasanya ingin bergerak kekiri dan kekanan, susah sekali ingin merilekskan nya.

Langit menggerakkan kedua tangannya untuk duduk, berat sekali rasanya hanya menggunakan tangan dan bagian tubuh lainnya tidak bisa bergerak.

Langit tersentak saat ada seseorang malah membantunya saat duduk, dia pikir disini tidak ada orang, ah di lupa, walaupun ada orang dia juga tidak bisa melihat.

"Kenapa kau tidak memberitahu saja jika mau duduk hm?"

Siapa lagi ini, Langit sekali lagi dibuat bingung dengan suara yang tidak dia kenal, kemarin dia sedikit mengenal suara Luke, tapi sekarang sepertinya berbeda.

"Apa kau butuh sesuatu?"

"Si-apa?"Tanyanya ragu.

"Lucas, panggil aku abang Lucas."

Langit sepertinya bisa menebak sekarang jika orang didepannya ini pasti adalah abang dari Samuel.

"Mau kekamar mandi."Cicit pelan Langit yang membuat Lucas tersenyum.

"Apa? Aku tidak mendegarnya?"

"Mau kekamar mandi."Ucap Langit sekali lagi dengan nada yang sedikit keras.

"No, katakan yang benar, aku ingin kekamar mandi abang."

Langit hanya bisa menghela nafas pelan, padahal dia benar benar sudah tidak tahan, tapi orang didepannya ini malah mempermainkan dirinya.

"M-au kekamar mandi a-bang."

Lucas mengendong Langit dengan pelan, dia juga berusaha agar infus ditangan Langit tidak tergeser, dia membawanya dengan perlahan.

"Ringan sekali."Gumam Lucas, dia juga bisa melihat tubuh Langit kurus dan kecil, pasti jika Langit berdiri hanya sebatas dadanya, atau atas perutnya?

Apa Langit memang sekecil ini? Atau dia yang terlalu besar dan tinggi? Entahlah yang pasti dia suka saat merasakan menggendong Langit.

Lucas membawa Langit pada kamar mandi dan meletakkannya pada closed yang masih tertutup.

Dia membuka celana Langit yang membuat Langit langsung memegang tangan Lucas.

"Kenapa?"

Wajah Langit memerah."Ma-lu." 

"Holy shit! Kenapa sangat imut! Ingin rasanya aku memakan pipi yang memerah itu."Batin Lucas yang gemas dengan Langit.

"Untuk apa malu? Kau masih kecil, bahkan masih bayi, aku rasa itu tidak besar, bahkan tidak ditumbuhi rumput liar."Ucapan Lucas yang terlontar itu membuat Langit bertambah malu, wajahnya memerah.

Untuk pertama kalinya dia seperti ini, kemarin dia tidak tahu apa-apa, tapi yang jelas dia merasa jika ada seseorang yang mengantikan celananya dengan popok.

Dan sekarang, dia merasa jika popoknya sudah penuh, dia bertambah malu sekarang.

"Lihatlah, bahkan kau memakai popok, jadi kukira kau masih bayi, baby."Tanpa ragu Lucas menarik celana piyama yang dipakai Langit.

Dia juga membersihkan bagian inti Langit."Sudah kuduga, kecil."

Apa ini? Walaupun Langit tidak bisa melihat jika itu kecil atau besar tapi dia yakin jika itu tidak kecil juga.

Setelah membersihkan semua yang ada pada tubuh Langit, Lucas kembali membawa tubuh polos Langit pada kasur dan mengganti piyamanya dengan yang baru.

"Infus sialan ini! Ingin sekali aku membuangnya!"Batin Lucas menggeram marah, dia menjadi susah mengerakkan tangannya untuk memasang pakaian Langit.

"Sudah baby, sekarang kau makan ok, kau pasti muak dengan bubur itu, jadi aku menggantinya dengan bubur yang lain."

Lagi? Jika bubur yang lain sama saja itu dengan sebutan bubur, tapi setidaknya Langit bersyukur, dia makan dengan baik walaupun rasanya tidak enak.

Lucas mendudukkan Langit dengan benar, dia mengambil bubur yang telah disiapkan dan menyuapi Langit pelan.

Saat Langit memakan bubur ini, dia merasa berbeda, rasanya enak, tidak tahu apa namanya tapi rasanya seperti ada sayuran dan juga jagung, enak sekali.

Melihat perubahan wajah Langit, Lucas tersenyum puas,"suka?"

Langit menganggukan kepalanya, dia menyukainya,"baguslah, aku juga menyukai bubur ini."

"B-ang mommy mana?"

"Kenapa mencari mommy Langit? Kita sedang berdua, apa kau tidak menyukai ku?"Lucas berbicara dengan nada yang sendu membuat Langit tergagap, bukan itu maksudnya, dia hanya menanyakan dimana Senia, biasanya Senia pasti ada disini, Samuel juga ada, tapi ini sunyi, dia tidak mendengar suara mereka.

"Bukan begitu, aku aku..."

"Tidak apa apa, aku hanya bercanda jangan dihiraukan, sekarang lanjutkan makan kembali ok, mommy dia pulang kerumah membersihkan diri, daddy, aku tidak tahu, dan Samuel, dia di suruh untuk sekolah karena sudah berhari-hari dia libur."

Langit jadi tahu sekarang, dia juga setuju jika Samuel sekolah karena dari waktu dia berada dirumah sakit dia merasa jika Samuel tidak pernah pergi dari sisinya.

"Minum susunya."Lucas menyodorkan segelas susu dengan memegang sedotan dan memberikannya pada Langit.

Langit  hanya diam membuat Lucas jadi merasa diacuhkan.

Lucas mendekatkan dahinya pada dahi Langit, membuat jarak mereka menipis, dia merasa hidungnya bergesekan dengan hidung Langit."Jangan mengacuhkanku baby! Aku tidak suka."

Langit sedikit bergidik ngeri mendegar suara dalam Lucas yang berat itu, dia sedikit takut.

"Apa aku menakutimu? Maafkan aku."Lucas mencium pelan mata Langit saat melihat Langit hanya diam dengan tubuh sedikit bergetar.

"Maaf baby, jadi jangan mengacuhkanku, mengerti."

Langit menganggukan kepalanya sebagai jawaban, sepertinya dirinya masih asing dengan keadaan seperti ini.

* * *

Sedangkan disalah satu perusahaan, seorang pria tengah menatap handphonenya yang dari tadi tertulis nama Immanuel disana.

Rasanya dia ragu untuk menekan layar panggilan itu.

Belum sempat dia menekan layar tiba tiba ponselnya berdering, sedikit mengernyitkan dahinya.

"Apa secepat ini dia sudah tahu?"

Luke, dia enggan untuk memanggil Immanuel untuk memeriksa putranya, tapi  malah Immanuel yang terlebih dulu menghubunginya.

Dengan enggan dia mengangkatnya.

"Aku akan datang."Ucap orang diseberang sana.

"Shit!"Apa yang dikatakan Luke benar, jika sudah Immanuel tahu pasti yang lain juga ikut tahu.

Jadi tidak rela dia membiarkan Langit dilihat oleh orang lain."Jangan beri tahu mereka."

"Bukan urusanku."Panggilan dimatikan sepihak membuat Luke mengeraskan rahangnya.

"Berani sekali dia mematikan panggilan secara sepihak! Tidak sopan, seperti ayahnya!"

Luke beranjak dari duduknya dan pergi keluar,"aku merindukan baby, padahal baru sebentar."

LANGITWhere stories live. Discover now