Bab 17

24.5K 2K 26
                                    

Malam ini para keluarga Robert makan malam bersama dengan Langit, Langit yang dipangku oleh Luke sambil sesekali menyuapinya makanan.

Sungguh pemandangan yang sangat hangat.

Tapi ada yang mereka tidak sukai dengan Langit sedari tadi hanya diam, apa Langit mendiamkan mereka?

Pasti  ini karena mereka menolak permintaan Langit untuk pulang.

"Baby, jangan mendiamkan kami."Tekan Luke yang sudah menyelesaikan makan malam mereka.

"Benar, kami tidak suka, ayolah baby, jangan seperti ini."Samuel frustasi saat dirinya mengajak Langit berbicara tapi Langit hanya diam.

"Langit, apa kau kembali mengacuhkan kami."

Langit seperti diberi beribu tatapan tajam sekarang, sebenarnya ia tidak mendiamkan mereka, hanya saja dia malas untuk berbicara, dari tadi dia terus saja berbicara, mulutnya terasa pegal, bahkan ia berpikir hanya diam sebentar.

"Tidak, aku tidak apa apa."

Astaga itu lagi! Setiap mereka menanyakan Langit hanya itu jawaban yang diberikannya, mereka tidak suka.

Situasi yang tidak bisa dijelaskan.

"Sayang, apa kau masih marah sama kami?"Tanya Senia yang membuat dahi sempit Langit berkerut.

Sejak kapan dirinya marah sama mereka, sungguh keluarganya ini sedikit berbeda.

"Tidak mommy, aku hanya lelah berbicara dari tadi."Jawab Langit jujur yang membuat mereka panik.

"Astaga! Mas kamu harus memanggil dokter! Baby pasti kekurangan vitamin makanya ia cepat lelah."Ujar Senia yang diangguki oleh mereka semua.

"Ya, lebih baik baby diberi vitamin yang banyak agar dia cepat sembuh."Setuju Luke.

Bibir Langit hanya berkedut mendegar hal itu, sepertinya ia harus menjaga perkataannya agar keluarga barunya ini tidak berbuat seenaknya, apalagi ia harus meminum vitamin lagi, bahkan obat yang harus diminumnya sangat banyak.

Langit sepertinya dirimu harus berpikir kembali saat mengutarakan pendapat atau ucapan yang lainnya, jika tidak mereka pasti akan salah paham.

Bunyi pintu dibuka membuat mereka semua menoleh (kecuali Langit) siapa yang berani membuka pintu tanpa mengetuknya terlebih dahulu, kenapa tidak sopan sekali.

Saat Luke ingin angkat bicara pandangannya terhadap orang yang baru saja membuka pintu tu membuat dirinya harus mendatarkan kembali wajahnya, bagitu juga dengan Samuel dan Lucas.

"What? Aku hanya ingin memeriksa dia."Ucapnya dan berjalan kesisi Langit.

"Cepat sekali kau datang."Ucap Lucas, sebenarnya ia juga tidak suka, tapi demi Langit, ia juga harus merelakan jika Langit harus dilibatkan oleh dokter didepannya ini.

"Jangan seperti orang miskin, kita punya jet pribadi."

Lucas tercekat mendegar itu."Sialan! Berani sekali dia tidak sopan padaku!"Pikirnya dengan kesal.

"Nuel, apa kau sudah makan boy?"Tanya Senia yang melihat jika suasana kembali tegang,"Mommy memasak banyak, kau bisa makan jika kau belum makan."

"Hm, belum, terima kasih mommy."Jawab Immanuel yang selesai memeriksa keadaan Langit.

"Gimana bang kondisi Langit?"Tanya Samuel.

"Biarkan aku makan dulu."Ucap Immanuel yang duduk disamping Senia dan mengambil makanan yang diberikan Senia.

"Hey kau! Jauh jauh dari istriku!"Tiba tiba saja Luke mengendong Senia membuat Senia malu, bahkan dia memangku Senia.

"Mas jangan begini, ada anak anak."Senia ingin bangkit tapi ditahan oleh Luke.

"Tidak."Bantah Luke.

Sedangkan mereka hanya bisa memutar mata malas, terbiasa dengan Luke yang selalu saja begitu.

Langit hanya bisa tersenyum mendengar itu,  pasti jika ia bisa melihat, ia akan merasakan hangatnya keluarga ini.

LANGITWhere stories live. Discover now