Bab 24

22.8K 1.9K 21
                                    

Setelah mengetahui orang yang membuat Langit menjadi sengsara Lucas mulai marah, kenapa daddynya ini tidak langsung saja membawanya dan membunuhnya.

"Apa kau sudah lemah? Jika iya maka aku melakukannya sendiri!"Tekan Lucas yang melihat Luke tidak bergeming.

"Tenang lah Lucas."Ucap Roger yang membuat Lucas harus rela menahan emosinya,"apa alasanmu Luke?"

"Apa? Aku hanya ingin kembali memastikan dan mencari bukti, dan setelah itu kita mulai beraksi."

"Kau..."Lucas ingin rasanya memarahi Luke kembali tapi ditahan oleh Lucky.

"Luke benar, setelah kita mencari seluruh bukti kita akan bermain dengannya, tapi sebelum itu lebih baik kita membuat mereka menderita bukan."Kembar memang pikirannya sama, Lucky tahu betul apa yang dipikirkan oleh Luke, pasti Luke akan bermain terlebih dahulu dengan bagian kecil sebelum intinya.

"Ck awas saja jika kau berlama lama, aku akan menghabiskan mereka sendiri!"Lucas keluar dari sana terlebih dahulu, meredam emosi yang sudah menggunung.

"Apa? Jangan melihat ku seperti itu."Ucap Luke yang juga pergi dari sana.

"Anak itu, apa kau memikirkan apa yang aku pikirkan Roger?"Tanya Reva bersmirk penuh arti.

"Ya, sepertinya anak anak kita menurun darimu."Ucap Roger yang membuat para anak dari cucu yang masih ada disana jengah.

"Jangan iri, makanya cepatlah menikah."Ucap Roger memeluk Reva dalam dekapannya.

"Orang tua ini, kau sudah bau tanah jadi jangan macam macam."Lucky sedikit tersinggung dengan perkataan ayahnya itu.

"Belum tentu yang bau tanah ini akan pergi, biasanya yang lebih muda terlebih dahulu."Ucap Roger semakin menjadi.

Reva hanya memaklumi anak dan suaminya, mereka seperti itu hanya bercanda tidak serius,dan itu membuat keluarga mereka tetap hangat.

"Tapi jika kau ingin menikah kau harus memilih sesuai dengan peraturan keluarga, dan kami yang akan menentukannya." Ucap Reva yang menyauti perkataan Roger.

"Ck apa apaan, jangan bahas perempuan dengan kami!"

Perempuan memang benar benar menyusahkan bagi Immanuel dan Sean bahkan Lucky tersendiri.

Sebenarnya anak anak dari Lucky tidak melarang jika ayah mereka menikah lagi, tapi satu hal yang pasti mereka juga harus mengetes calon ibu dari mereka, cocok atau tidak bagi ayah mereka, jangan salah jika mereka saling cuek satu sama lain atau bisa dikatakan tidak peduli, malahan mereka lah yang akan maju duluan jika sesuatu terjadi dari salah satu mereka.

Sean memilih untuk pergi saja dari pembahasan yang tidak bermutu ini, untuk apa dia membahas jika dia tidak tertarik pada hal itu, hal itu diikuti oleh Immanuel dan Lucky.

"Apa?"Tanya Roger saat Reva malah menatapnya.

"Kau sudah tua jadi tidak perlu bersikap seolah kau muda."

"Tidak ada kata tua dalam kamusku, lihatlah apa aku terlihat tua?"Roger mendekatkan wajahnya dan menyatukan keningnya pada Reva.

"Bahkan kau sudah bau tanah."Ucap Reva yang berlalu dari sana.

Perkataan itu sedikit menohok bagi Roger, dia mencium bau dari badannya, "aku tidak mencium akan adanya bau tanah."

Tinggalkan Roger yang seperti itu, beralih pada Langit yang tiba tiba terbangun dari mimpi buruknya, wajah yang basah dengan keringat membuat dirinya terlihat sangat lelah, Senia yang melihat itu panik, hal itu membuat Samuel dan Saka yang tertidur disamping Langit ikut terbangun.

"Ada apa mom?"

"Ya mom ada apa?"

Mereka masih linglung karena benar benar baru bangun.

"Langit kau bisa dengar mommy?"Senia menepuk pelan pipi Langit yang masih menetralkan nafasnya, rasa pusing seketika melanda dikepalanya membuat ia menjambak kuat rambutnya.

"Aaaargg..."

"Langit!"

"Adek kenapa?"

Samuel dan Saka  yang melihat itu jelas merasa takut, mendegar teriakan dari ruangan Langit para keluarga Robert segera datang.

"Apa yang terjadi? Ada apa dengan Langit?"Lucas naik kekasur dan mencoba melepaskan tangan Langit yang menjambak rambutnya sendiri.

"Aaaargg sa-kit...."

"Apa yang terjadi? "

"Panggil Immanuel!"

Para anggota keluarga Robert memanggil Immanuel, entah sangking paniknya mereka tidak menggunakan teknologi yang ada dikantong mereka dan disisi kasur Langit.

"Apa yang terjadi?"

"Langit sadar baby!"

"Langit!"

"Dimana Immanuel itu sialan!"Luke sungguh murka saat Immanuel lama sekali muncul.

"Langit berdarah!"Teriak Senia dan hal itu juga bisa dilihat oleh mereka jika hidung Langit mulai mengeluarkan darah.

Immanuel segera datang setelah memeriksa pasien lain, dia dengan cepat mengambil tindakan, umpatan bisa ia dengar olehnya.

"Dari mana saja kau!"

Immanuel tidak peduli, dia dengan ligat mengecek tubuh Langit hingga mereka semua dikejutkan dengan Langit yang tiba tiba pingsan.

"Langit!"








Baca juga cerita Gua jadi duda ok!😊😊

LANGITNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ