47. TERBONGKAR

8 2 0
                                    

" Happy Birthday Chelsy "

Ungkapku seraya memberikan hadiah terbungkus kertas berwarna pink kepada Chelsy. Gadis itu tersenyum lebar kemudian memelukku erat.

" Makasih Rakaa "

Aku ingin membalas pelukannya agar dia tidak kecewa. Tapi tiba tiba saja ada tangan yang mendorong tubuhku.

Hingga tubuhku mundur beberapa langkah. Ku lihat Kak Erdwin menatapku tajam.

" Jangan modus kau!! "

Aku terkejut mendengar bentakan darinya. Ya karena ini kali pertama aku melihatnya marah.

" Siapa yang modus. Orang Raka di peluk duluan. Masa iya di anggurin "

Kataku membela diri tapi malah mendapatkan toyoran di kepalaku. Setelah prosesi penyerahan hadiah selesai barulah prosesi memotong kue di mulai.

Walaupun aku terlihat sibuk meladeni Chelsy namun mataku tetap tahu kemanapun Cinta pergi.

" Cin, ayo kesana yuk "

Ajak salah satu temen perempuan sekelasku. Tapi gadis itu menggelengkan kepalanya sembari tersenyum.

Tatapan kita saling bertemu sejenak. Namun aku harus memutuskan kontak mata itu lantaran Chelsy yang manarik punggungku agar mendekat.

Paham akan kode itu aku merangkul bahunya dan membawa kepalanya bersender pada bahuku.

Aku melirik Cinta yang terlihat berpura-pura sibuk. Dari air mata yang tak bisa terhapus sempurna.

Aku bisa tahu ada air mata yang membasahi pipinya. Dari situ aku bisa melihat dia memang ada sedikit rasa untuk ku.

" Gue tahu Cin, lo cuma pura-pura gak suka dengan gue. Gue tahu lo cuman mau membuat Chelsy bahagia. Andai saja lo bukan cewek yang Bang Rafka suka. Gue bakal tetap nekat ngejar lo. Walau lo nolak gue "

" Gue pasti bakal cari akal agar Chelsy mau lepasin gue buat lo. Karena sejatinya rasa suka itu gak bisa di paksakan."

Gumamku sembari melihat apa yang ia lakukan dan dengan siapa saja ia berdekatan. Aku melihat Bang Rafka yang mendekati Cinta.

Bang Rafka terlihat menyerahkan sesuatu untuk Cinta. Hingga gadis yang semula murung itu tersenyum lebar.

" Rakaaa lo udah punya Chelsy. Jadi please gak usah cemburu sama Cinta. Dia milik abang lo!!! Sadar woy sadar!! "

Tak mau di kuasai api cemburu. Aku segera mengalihkan perhatianku. Aku menemani Chelsy untuk potong kue.

Dan aku mendapatkan suapan yang ke lima setelah kedua orangtuanya, Kak Erdwin, dan juga Cinta.

Setelah susunan acara telah terlewati. Tinggalah acara pesta. Kami bebas memakan apapun dan melakukan apapun yang pastinya bersifat positif.

Aku melihat Cinta yang berjalan menjauhi kerumunan. Karena khawatir aku mengikutinya.

Ia terlihat memasuki kamar mandi. Aku mengawasi kesekelilingku yang sepi. Akupun mengintip dari celah pintu kamar mandi yang tak tertutup rapat.

Terlihat Cinta menghadap cermin dengan sesekali mengusap hidungnya. Mataku tambah membola kala melihat darah mengucur dari hidungnya.

Tangannya memegang wastefel erat. Tangan itu mulai bergetar. Aku panik tapi tak mungkin juga aku masuk ke dalam sana.

" Aduh gimana ya? "

Aku mengetuk pintu itu tanpa berbicara. Agar Cinta mau merespon.

" Iya bentar "

Sahutan itu membuat ku sedikit lega. Ketika pintu terbuka menampilkan wajah pucat Cinta. Hidungnya memang sudah tak mengeluarkan darah namun hidung itu memerah.

bukan dia yang aku inginkan Where stories live. Discover now