17. PEDULI

6 2 0
                                    

Mama sudah kembali lagi ke ruangan. Tapi aku berpura-pura tertidur saja.

" Loh teman kamu dimana Chel? "

" Ini baru ngabarin kalau dia pulang duluan Tante. Ada urusan mendadak sepertinya "

Tak lama setelah itu kulihat Chelsy kemudian pamit pergi. Setelah aku mendengar suara pintu tertutup aku langsung membuka mataku.

" Loh dah bangun anak mama "

Kata mama kemudian mendekatiku.

" Nih makan dulu!! "

Kata mama menyerahkan kotak bekal.

" Mama dapat ini dari suster katanya dari seseorang gak tau deh siapa "
Jelas mama karena melihat ku yang kebingungan.

" Cewek atau cowok ma? "

" Mana mama tahu "

" Gak guna punya mama "

Kataku lirih namun sepertinya masih bisa di tangkap gendang telinga mama. Sontak saja mama melototkan matanya.

" Bilang apa kamu hah? Coba ulangi lagi!!! "

Katanya garang dengan tangan yang mengepal. Sepertinya ia akan menghabisi ku kali ini. Aku memejamkan mataku takut tatkala tangan itu mendekati wajahku.

" Untung sayang.....ummmmm gemesnyaa anakkuuuuu "

Katanya sembari mencubit kedua pipiku secara bersamaan. Sontak saja aku mengaduh kesakitan. Pipiku yang sedang bonyok itu tak membuat manusia yang menyandang gelar mamaku itu merasa kasihan.

" Mama sakit "

Kataku memelas. Akhirnya mama melepaskan tangannya dari pipiku. Pipiku terasa berdenyut.

" Mama kejam KDAK "

Mama mengkerutkan keningnya tak paham.

" Kekerasan dengan anak kandung "

Setelah aku mengatakannya mama malah mengencangkan tawanya. Aku semakin mengerucutkan bibirku kesal. Mama terlihat menghapus sudut matanya yang berair karena terlalu lama tertawa.

" Udah udah makan dulu nih dari orang misterius itu. Berdoa dulu ya. Takutnya ada racunnya "

" Maaaaaaaaaa "

Aku merengek seperti anak kecil yang digoda oleh mamanya.

" Udah udah Raka makan dulu. Makan sendiri atau di suapi? "

" Makan sendiri aja. Nanti kalau di suapi bukan sembuh malah lumpuh "

Kataku kesal. Mama tertawa puas.
Mentang mentang tak ada papa dengan teganya mama menjaili anaknya yang sedang sakit ini. Mama duduk di kursi yang tersedia di pojok ruangan.

" Ada kertasnya "

Kataku lirih ketika di dalam wadah bekal yang berisi bubur itu terdapat beberapa kertas yang menempel di penutup wadah bekal itu.

Kertas itu di gulung dan di lekat kan dengan solatip. Aku membuka satu dari empat gulungan kertas itu.

" Maaf ya Rak, gara gara lu jadi pahlawan kesiangang buat gue kemarin sampai muka lo yang jelek itu jadi tambah jelek. Sakit gak sih Rak?. Di pukulin kek gitu? "

Okey gulungan pertama ini sudah membuatku menyungut kesal. Aku membuka gulungan yang ke dua.

" Napa? Lo marah ya gue panggil Lo Rak? Tapi cocok banget apalagi di kasih kejelasan rak piring atau sepatu? "

Aku membuka gulungan ketiga. Isinya masih berbeda jauh dengan ekspektasi ku.

" Di makan ya bekalnya gue sendiri yang buat. Kalau gak enak ya tetap di makan. Awas kalau lo buang. "

Aku menarik sudut bibirku.  Kemudian membuka gulungan terakhir.

" Dari Cinta untuk Rak sepatu jelek "
Aku geleng geleng sembari tersenyum. Mama tiba tiba menempeleng kepala ku.

" Punya anak satu, stres lagi "

Katanya mengejekku.

" Mamaaaaaaaa "

Kataku merengek. Beliau tertawa kemudian merampas wadah bekal di tanganku.

" Biar mama suapin. Bukannya di makan malah senyum senyum sendiri nanti "

Katanya aku mengangguk.

" Nanti papa cemburu lo ma!! "

Mama tertawa keras bersama denganku. Memang papa sangat posesif walaupun itu dengan anak kandungku sekalipun

Setalah makan mama menyuruhku untuk tidur. Tak ada yang bisa ku lakukan selain menurutinya. Bubur yang Cinta buat membuat rasa kenyang ku terpelihara sampai malam. Mama papa memaksa ku untuk makan. Tapi apalah yang bisa mereka lakukan jika aku menolaknya.

" Kenapa sih anak mama? "

" Anakmu juga! Ga tau dari tadi senyum senyum sendiri "

Aku tak menghiraukan tatapan aneh dari mama papa. Aku memejamkan mataku.

Pagi ini dokter mengecek kondisi ku katanya aku sudah di perbolehkan pulang. Mama pun meninggalkan ruangan ini menuju ke administrasi rumah sakit. Untuk membayar ruang inap ku.

Aku kembali merebahkan tubuhku setelah beberapa menit tadi duduk. Tiba tiba pintu terbuka. Ada seorang suster menghampiri ku dengan wadah bekal yang sama persis di sampingku cuma warnanya saja yang berbeda.

" Titipan dari temennya mas "

Kata suster itu langsung menaruh wadah itu ke meja. Kemudian kembali pergi. Aku tak perlu tanya siapa yang memberikannya. Pasti Cinta kenapa coba di titipkan. Dia terlalu gengsi untuk mengakui secuil rasa itu tumbuh di hatinya.

Aku rasa bukan. Ia menjaga hati Chelsy. Karena sangking senangnya aku di perbolehkan pulang sedari tadi mama belum membelikan aku makanan. Alhasil aku memakan pemberian Cinta dengan lahap.

Setelah aku menghabiskan makanan tadi mama kembali keruangan dengan membawa bubur  untuk ku makan.

" Mama telat! Raka dah kenyang "

Kataku merajuk. Mama pun ikut mengerucutkan bibirnya kesal.

" Dari siapa? "

" Calon mantu mama. Ntar deh aku kenalin "

Kataku ngawur. Mama membulatkan matanya kemudian memejamkan matanya kembali sembari mengucapkan kalimat berbahasa Arab yang tak aku mengerti. Mungkin ia sedang berdoa.

" Alhamdulillah anak mama gak homo "

Aku terbelalak kaget dengan kalimat mama.

" Mama kira kamu tu ga normal karena gak pernah ngenalin ke mama cewek kamu "

" Yah kan belum ada yang cocok ma.... Ini baru nemunya sekarang "

Kataku kemudian mama terkekeh. Kemudian beliau mengemasi barang barang yang berada disini. Beliau menatanya hingga rapi kembali.

" Jagoan papa nih ayok pulang "

Aku tersenyum tatkala papa dengan siap siaga menjemput ku meninggalkan segala kesibukannya di kantor. Akhirnya aku bisa kembali pulang. Tak lupa aku membawa 2 wadah bekal dariku Cinta.

" Otakmu masih di tempatnya kan sayang? "

Tanya mama ngelantur sontak saja membuat papa menbelabakan matanya.

" Mama gak boleh gitu! Istighfar "

Mama terkekeh sembari beristigfar. Kemudian kami pulang.

Jangan lupa vote and comment ya. Makasih banyak udah mau baca ya. Mampir ke cerita aku yang lain juga ya.

bukan dia yang aku inginkan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang