4

13.7K 921 14
                                    

Uh! Mereka mengenakan pakaian couple sekarang! Renzi tersenyum sendiri melihat itu semua.

Saat Renzi masih terus memikirkan itu semua dengan tangan kecil yang masih menggenggam pakaian itu, ia merasakan ada air yang jatuh dari atas, ia mendongak untuk melihat air apa yang jatuh, kedua mata bulat itu mengerjab saat melihat pria yang baru menjadi suaminya hari ini tengah menunduk menatap kearahnya, rambut pria itu terlihat basah dan tampan, eh?

Melihat wajah Kalandra dari bawah seperti ini, itu jauh lebih tampan dan gagah, kenapa ia baru sadar? Dan kenapa Renzi terlihat sangat kecil sekarang saat pria itu berada dibelakangnya seperti sekarang?!

"Pakaian saya," ujar Kalandra, karena saat baru keluar dari dalam kamar mandi tadi, ia melihat punggung kecil pemuda itu tengah mengarah pada lemari pakaian miliknya, ia merasa jika Renzi belum mengambilkan pakaiannya tapi sekarang saat ia berada dibelakang pemuda itu ia melihat pemuda itu mendongak dan mengerjab seperti sekarang, dengan tangan kecil menggenggam pakaian miliknya.

"Ini!" Renzi membalik tubuhnya, memberikan pakaian itu dengan tak santai, sebelum berjalan kearah ranjang tidur mereka, membuat Kalandra menaikan satu alisnya melihat tingkah pemuda itu, kenapa pemuda pendek itu marah?

Ia menatap kearah pakaian itu sebelum kembali masuk kedalam tempat berganti pakaian, pria itu merasa ia tak seharusnya merasa aneh dengan tingkah Renzi karena memang pemuda itu aneh dan sedikit gila.

Kedua mata bulat itu melihat kearah Kalandra yang tengah masuk kedalam tempat berganti pakaian, sebelum menyentuh bagian dada miliknya, kenapa saat pria itu membalas tatapan yang ia berikan tadi, jantungnya jadi berdetak dengan sangat cepat?

"Apa aku sakit? S-sakit ja-jantung? Bunda ... Lenzi nda mau sakit," ujar Renzi, ia merasa mungkin saja ini sakit jantung karena biasanya jantungnya tak berdetak dengan sangat kencang, tapi sekarang? Saat melihat pria itu tadi jantungnya jadi sakit! Apa ia tak boleh dekat dengan suaminya itu? Tapi nanti bundanya marah kalau Renzi melakukan itu semua!

Ia menunduk setelah pemikiran itu mulai masuk, mungkin nanti saat bertemu dengan kedua orang tuanya, Renzi akan bertanya apa kedua orang tuanya apa ia memang memiliki riwayat penyakit jantung atau memang ini hanya hal biasa?

Pemuda itu kembali mendongak saat mendengar suara pintu terbuka, tatapan itu mengarah pada Kalandra yang sudah mengenakan pakaian tidur yang sudah ia pilihkan tadi, warna itu memang sangat cocok untuk suaminya itu, perpaduan antara warna hitam dan juga navi, sedangkan pakaian tidurnya berwarna navi, cukup bisa dikatakan couple! Jantungnya kembali berdetak dengan cepat saat mengingat jika pakaian mereka samaan! Ia terus memerhatikan pria itu yang tengah berjalan kearah sofa dengan membawa sebuah selimut, apa mas Kalandra-nya ingin tidur di sofa? Tapi kan ranjangnya masih muat untuk mereka berdua! Bundanya selalu tidur bersama dengan ayahnya walaupun tempat tidurnya kecil tapi kenapa sekarang saat ia sudah menikah, malah suaminya tak ingin tidur satu tempat dengannya?

Renzi turun dari atas tempat tidur setelah melihat pria itu mulai merebahkan diri di sofa, tangan kecil itu dengan cepat meraih tangan suaminya itu membuat pria itu tersentak, "tidul aja sama Lenzi! Tidul di sofa itu nda enak! Lenzi nda libut kok pas tidulnya! Lenzi tidul na diem!" ujar Renzi saat melihat tatapan penasaran dari pria itu.

"Saya di sini saja," ujar Kalandra, sedikit tak percaya melihat pemuda itu begitu agresif denganya, semua orang yang tak saling mengenal dan dinikahkan pasti tak ingin tidur bersama tapi pemuda itu? Baru satu hari ia sudah dibuat berpikir dengan keras seperti ini saat bersama dengan Renzi, apa lagi setahun atau seterusnya?

Pemuda itu menggeleng dengan cepat mendengar apa yang pria itu katakan barusan, "nda bisa! Halus tidul beldua! Kata bunda kalo pasangan yang udah nikah itu halus tidul beldua! Kalo nda, bakalan ada hantu yang datang kedalam kamal meleka! Kamu nda mau kan ada hantu disini? Hantunya selem kata bunda!" ujar Renzi, kedua mata bulat itu terlihat melotot seakan-akan mengatakan jika perkataannya barusan sangat serius.

Kalandra terdiam, alasan baru dan perkataan diluar nalar lagi. Mungkin jika tak dituruti maka pemuda itu tak akan membiarkan dirinya beristirahat dengan baik sekarang, dengan malas ia mulai beranjak dari sofa dan berjalan kearah tempat tidur, karena demi apapun berurusan dengan pemuda itu dan berbicara sangat banyak itu melelahkan, itulah mengapa dirinya memilih untuk diam saja sejak dulu.

Ia mulai merebahkan dirinya sebelum menutup kedua matanya, persetan dengan pemuda itu karena dirinya ingin segera mengakhiri hari yang melelahkan ini. Berurusan dengan pemuda itu sangatlah melelahkan.

Renzi mengerjab saat melihat pria itu mulai tidur sekarang ini, padahal ia yang memanggil pria itu tadi tapi kenapa sekarang dirinya ditinggal sendirian?!

"Nyebelin! Ish! Balu kali ini Lenzi kesel sama olang! Mana olangnya pasangan Lenzi sendili," ujar pemuda itu, ia mulai berjalan kearah ranjang tidur milik mereka, sebelum ikut merebahkan dirinya diatas tempat tidur juga, ia memiringkan tubuhnya agar bisa menatap suaminya yang tengah tidur sekarang ini.

"Selamat tidul mas Kalandla~" ujar Renzi, bundanya selalu mengatakan bahwa ia tak boleh marah dengan pasangannya sendiri karena itu tak baik, ia tak ingin melanggar itu semua.

"Lenzi sebenelnya mau bicala banyak sama mas Kalandla, cuman mas Kalandlanya ilit banget bicalanya, Lenzi jadi nda ngelti jadi cuman diem aja sejak tadi," gumam Renzi, tapi masih bisa di denger oleh Kalandra yang belum tidur sejak tadi.

Cukup lama tak terdengar suara pemuda itu lagi, membuat Kalandra mulai membuka kedua matanya lagi, melihat kearah samping dimana pemuda itu tengah tidur sekarang, ia pernah melihat sebuah kata-kata, jika kita tak menyukai sesuatu cukup diam, jangan membuat seseorang yang bahagia bersama dengan kita terluka karena perkataan tak suka yang kita berikan. Itu lah yang ia lakukan sekarang karena sampai sekarang dirinya masih berusaha menyesuaikan perbedaan mereka yang sangat jauh, pemuda itu dengan segala tingkah aktifnya dan ia dengan segala sikap dinginnya.

Kalandra mulai beranjak dari atas tempat tidur untuk mengerjakan beberapa dokumen yang sempat ingin dirinya kerjakan tadi, ingin tidur hanya alibi untuk tak bicara terus dengan Renzi, karena untuk sekarang dirinya masih menyesuaikan semuanya secara perlahan-lahan.

Tatapan itu mengarah pada handphone miliknya saat ingin fokus mengerjakan dokumen yang ada, tertera nama temannya disana membuat tatapan itu menjadi sangat datar, apa yang ingin teman bangsatnya itu katakan sekarang ini? Ia penasaran dan juga muak secara bersamaan, karena temannya dan juga pemuda itu tingkahnya sama, banyak bicara.

Bersambung...

Votmen_

MAS KALANDRA {BXB} END✔️Where stories live. Discover now