35

7.1K 697 15
                                    

Kalandra terdiam melihat kearah kedua gadis yang merupakan sepupunya dan juga teman dari Renzi, kenapa mereka berada diluar? Tak masuk kedalam dan menemani istrinya? Apa karena ia datang sehingga mereka takut padanya?

"Didalam?" tanya Kalandra walaupun ia tahu jika si manis memang berada didalam sana, hanya saja ia ingin memastikan sesuatu, jika mereka hanya menganguk berarti kedua gadis itu memang takut padanya, mungkin karena Renzi sakit secara tiba-tiba sehingga mereka merasa bersalah padanya.

Lisa menganguk diikuti Dina yang melakukan hal yang sama juga, walaupun Renzi sakit secara tiba-tiba namun tetap saja mereka takut pria itu akan memarahi mereka karena tak bisa menjaga pemuda itu dengan baik.

"Izin sama dosennya," ujar Kalandra sebelum masuk kedalam ukk, meninggalkan kedua gadis itu diluar.

Pria itu melangkah masuk, berjalan mendekat kearah seorang pemuda yang tengah tiduran diatas brangkar dengan senyuman tipis miliknya sekarang.

"Baby?" ujar Kalandra dengan menyentuh punggung kecil itu, membuat si manis tersentak sebelum mendudukan dirinya dengan cepat, memeluk pria itu dengan sangat erat sekarang ini.

"Mas? Kepalanya Lenzi jadi pusing sekalang, padahal tadi nda pusing kok! Tapi sekalang jadi pusing," ujar Renzi dengan sangat pelan namun masih bisa di dengar oleh Kalandra sekarang ini, pria itu melepaskan pelukan yang Renzi berikan sebelum menangkup wajah pemuda itu yang terlihat pucat sekarang.

"Kita kerumah sakit ya? Biar kamu bisa dirawat dengan baik disana, dan di beri obat juga agar tak merasa pusing lagi," ujar Kalandra dengan bicara sangat lembut pada si manis sekarang, karena ia tahu bagaimana pemuda itu saat tengah sakit seperti sekarang ini.

"Nanti Lenzi disuntik nggak? Soalnya Lenzi takut sama jalum suntik, selem liatnya," ujar Renzi dengan mendongak menatap kearah suaminya itu sekarang ini.

Mungkin tadi ia hanya diam saja saat ada kedua temannya disini, karena takut membuat mereka cemas dan juga bingung, sehingga sekarang saat bersama dengan suaminya ia mulai mengatakan semua yang ia rasakan karena tahu pria itu pasti akan mengerti dengan apa yang dirinya katakan, walau pun ujung-ujungnya masih kerumah sakit.

"Kalau di perlukan pasti disuntik, demi kesehatan kamu juga kan? Tak ada dokter yang langsung memberi suntikan jika pasiennya tak memerlukan itu semua, nanti jika dokter ingin menyuntik kamu maka kamu harus menurut dengan itu semua, kalau tak di suntik pun itu bagus bukan?" ujar Kalandra dengan mengelus pipi memerah dari si manis sekarang, walaupun merasa cemas karena Renzi secara tiba-tiba sakit seperti ini, namun ia harus bersikap tenang karena tak ingin melakukan semuanya dengan terburu-buru sehingga menyebabkan semuanya hancur berantakan nantinya.

Renzi menganguk dengan pelan, karena apa yang suaminya katakan itu memang benar, jika di perlukan maka mau tak mau ia harus di suntik sekuat apapun ia menolak, namun jika tak perlu di suntik maka ia akan merasa lebih aman lagi.

"Em! Lenzi mau kelumah sakit, tapi temenin ya?" ujar pemuda itu dengan kedua mata yang terlihat mengerjab dengan pelan menunggu jawaban yang akan suaminya itu katakan, ia takut jika disana sendirian karena mungkin saja pekerjaan suaminya itu sangatlah banyak sekarang ini.

Kalandra tersenyum mendengar pertanyaan itu, apa mungkin si manis mengira ia tak akan menemani dia berada dirumah sakit karena terlalu sibuk? Demi apapun sebanyak apapun kerjaannya di kantor, jika menyangkut pemuda itu maka ia akan melakukan apa saja agar terus berada disamping pemuda itu sekarang.

"Jelas mas akan bersama kamu, memangnya kamu berpikir mas akan kerja? Kamu tahu? Uang bisa di cari namun kesehatan dan juga bersama denganmu tak bisa di ulangi lagi jika sampai mas membuat kesalahan nantinya." ujar Kalandra dengan mengangkat tubuh pemuda itu sekarang ini, karena tak ada gunanya mereka bicara terus sedangkan si manis mengatakan jika dia merasa pusing tadi.

Mereka keluar dari ruang ukk dengan Renzi berada didalam gendongan suaminya, memeluk pria itu dengan sangat erat seakan-akan jika pelukan mereka terlepas maka suaminya itu akan menghilang nantinya.

Banyak pasang mata yang memerhatikan mereka secara terang-terangan sekarang, namun Kalandra sama sekali tak peduli dengan itu semua sekarang, karena mereka tak akan mungkin berani padanya setelah apa yang terjadi beberapa bulan yang lalu.

"Lenzi ngantuk mas, sama pusing juga ... " lirih Renzi dengan memeluk suaminya itu semakin erat sekarang, sungguh pusingnya bertambah parah sekarang entah kenapa itu semua bisa terjadi, padahal ia sudah beristirahat dengan baik tadi.

"Sebentar hm? Mas akan segera membawa kamu kerumah sakit agar kita bisa memeriksakan keadaan kamu sekarang ini," ujar Kalandra dengan mendudukan pemuda itu di kursi samping yang ada didalam mobil miliknya, karena ia tak mungkin memangku pemuda itu karena akan lebih sulit lagi ia mengemudi nantinya.

Ia masuk kedalam mobil juga setelah memastikan keadaan Renzi sedikit lebih nyaman sekarang, walaupun dirinya tahu jika keadaan si manis sedang tak baik sekarang.

"Mas ... pusing ... mutel-mulel ... " lirih Renzi, bahkan kedua mata bulat itu sengaja pemuda itu tutup agar tak merasa semakin pusing lagi, sedangkan Kalandra sibuk mengemudi karena ingin segera sampai kerumah sakit sekarang, ia tak bisa melakukan banyak hal karena hanya dokter yang bisa melakukan itu semua. Ia tak ada pengalaman apapun jika seperti ini jadinya.

Beberapa menit kemudian, mereka sampai dirumah sakit yang paling dekat dari kampus, Kalandra langsung keluar dari dalam mobil miliknya sebelum berlari kearah pintu mobil yang ada disebelah, mengangkat tubuh si manis dengan perasaan cemas sekarang karena Renzi hanya bergumam dengan pelan saja tanpa mengatakan hal apapun lagi bahkan pemuda itu tak bicara dengannya. Ia berjalan cepat masuk kedalam rumah sakit sebelum petugas yang ada didalam sana memberi dirinya kursi roda agar bisa meletakan Renzi disana sebelum membawa pemuda itu kedalam ruang pemeriksaan sekarang ini.

Ia terdiam saat melihat pemuda itu dibawah masuk, karena nyatanya ia tak di perbolehkan ikut masuk kedalam sana sehingga ia hanya bisa terduduk di lantai dingin yang ada dirumah sakit. Jika ia tahu alasan perubahaan sikap si manis selama beberapa hari ini karena sakit, pasti sudah ia bawah kerumah sakit sejak dulu bukan sekarang sehingga Renzi harus merasakan ini semua lebih dulu. Rasa bersalah mulai mendatangi dirinya karena nyatanya ia juga tak peka dengan situasi yang pemuda itu alami sehingga hal seperti ini bisa terjadi, mungkin mulai sekarang ia harus lebih dekat lagi dengan pemuda itu agar bisa mengerti semua gerak-gerik si manis dan langsung tahu semuanya, bukan seperti sekarang.

Bersambung..

Votmen_

"Thlnya Lenzi mana?" 👶

MAS KALANDRA {BXB} END✔️Where stories live. Discover now