23

9.3K 696 5
                                    

Sebulan berlalu, sekarang baik Renzi mau pun Kalandra sibuk dengan urusan mereka masing-masing, Kalandra yang sibuk mengenakan pakaian dan juga Renzi yang sibuk mengenakan serum diwajahnya yang memang sangat sensitif selama ini.

"Mas buluan ih! Kita udah ke siangan tau!" ujar Renzi dengan menatap kearah suaminya itu yang tengah sibuk dengan pakaiannya sendiri, pemuda itu tak tanpa sebab mengatakan jika mereka kesiangan karena sekarang sudah mau pukul 12 siang dan mereka baru selesai siap-siap, ini semua karena mereka bangun kesiangan akibat tidur terlalu larut.

Mereka sibuk menikmati indahnya bulan semalam sehingga tak sadar jika hari sudah mulai pagi dan alhasil suaminya itu memberi saran untuk mereka tidur sebentar sebelum bangun nantinya, karena harus mendatangi pernikahan Al hari ini tapi nyatanya kalimat sebentar itu bisa sampai pukul 11 siang sehingga membuat Renzi pusing tujuh keliling! Mungkin lain kali ia tak perlu setuju dengan usulan suaminya untuk melihat indahnya bintang dan juga bulan di langit malam karena ujung-ujungnya mereka akan bangun kesiangan!

"Sebentar," ujar Kalandra dengan mengenakan dasi miliknya, jujur ia menyukai wajah cemas pemuda itu sekarang karena terlihat sangat menggemaskan, bukan seram sama sekali. Ingin sekali ia menarik pipi pemuda itu namun sekarang bukan saatnya bercanda, ia takut Renzi malah marah nantinya.

"Kita udah telat ini," ujar Renzi dengan menarik tangan suaminya itu agar segera mengikuti dirinya, membuat Kalandra hanya diam melihat itu semua, bahkan langkah kaki mereka sangat berbeda tapi pemuda itu malah menariknya seperti ini, ia harus memelankan langkah kakinya agar tak menabrak si manis. Ah si manis? Sekarang setelah bersama selama beberapa bulan, ia menjadi sangat bucin pada pemuda itu.

"Pelan-pelan nanti kita jatuh," ujar Kalandra memperingatkan karena sekarang mereka tengah menuruni tangga.

"Iyaaa," jawab Renzi namun masih mempercepat langkah kakinya sehingga mereka sampai didalam mobil, pemuda itu hanya diam membiarkan suaminya mengemudi dengan tenang tanpa mengganggu sedikitpun karena mereka harus cepat sekarang, tak ada waktu untuk bercanda atau pun bicara.

Sedangkan Kalandra menahan senyuman miliknya sejak tadi, saat melihat secara terang-terangan wajah manis pemuda itu saat tengah merasa cemas seperti sekarang, ia yang teman sejak kecil Al bersikap biasa saja, tapi Renzi? Mungkin pemuda itu takut membuat Al sedih karena mereka datang terlambat, padahal itu hal biasa bahkan jika memikirkan perasaan seseorang, dulu saat ia menikah temannya itu tak datang sama sekali jadi jika sekarang mereka terlambat itu tak masalah, bukannya ingin balas dendam.

"Santai, kita pasti akan segera sampai walaupun saat sampai disana sudah pasti acara pernikahan mereka sudah selesai. Mungkin saat kita sampai nanti hanya tersisa acara lainnya, bukan melihat pernikahannya secara langsung." ujar Kalandra, sedekar untuk mencairkan suasana yang terlihat menegangkan karena pemuda itu merasa cemas sejak tadi.

"Padahal Lenzi pengen liat meleka nikah ... cuman nda papa sih kan kita masih bisa datang sekalang ini ... nanti aku minta maaf sama temennya mas Kalandla kalena kita datangnya telat," ujar Renzi dengan nada sendu, ia yakin pasti teman suaminya itu merasa sedih karena mereka datang terlambat, ia bisa merasakan itu semua apa lagi itu teman satu-satunya suaminya itu.

"Baiklah, nanti kita akan minta maaf sama dia karena datang terlambat sekarang. Tapi kamu jangan tegang lagi, nanti malah pingsan disana karena terlalu tegang, dia baik, tak mungkin dia akan marah hanya karena kita datang terlambat sekarang." ujar Kalandra, masih berusaha menghibur pemuda itu, karena ia tahu hati Renzi terlalu lembut sehingga hal seperti itu bisa membuatnya berpikir dengan sangat keras.

"Em, Lenzi usahain bial nda kepikilan telus." ujar Renzi sebelum terjadi keheningan didalam mobil itu karena Kalandra sibuk menyetir sedangkan Renzi sibuk melihat jalanan diluar sana agar dirinya tak terlalu terpikir.

Beberapa menit kemudian mereka sampai ditempat pernikahan Al, dengan Renzi yang langsung keluar dari dalam mobil saat melihat mereka sudah sampai sedangkan Kalandra memarkirkan mobil lebih dulu, sebelum berjalan mendekat kearah pemuda itu dan menarik pinggang ramping itu agar lebih mendekat dengannya.

Mereka berjalan berdampingan masuk kedalam gedung pernikahan itu, sebelum langsung naik keatas panggung untuk mengucapkan selamat pada Al dan juga istrinya sekarang.

"Maaf ya kita datangnya telat kalena bangunnya kesiangan tadi," ujar Renzi mengatakan maaf seperti yang ia inginkan tadi karena mereka datang telat.

Sedangkan Kalandra hanya diam karena mengatakan itu semua hanya akan membuat Al menggoda mereka saja, karena ia tahu betul bagaimana temannya itu luar dan dalam karena sejak kecil mereka sering bermain bersama sampai sekarang masih berteman baik walaupun selalu bertengkar.

"Wah! Gue yang nikah, kalian yang bangun kesiangan. Habis ngapain kalian berdua? Bikin anak?" ujar Al dengan senyuman jahil miliknya, bahkan pria itu tak merasa malu sama sekali karena baru saja menikah tapi sudah bertiingkah seperti itu karena ia tahu istrinya itu akan mengerti jika seperti inilah sifat aslinya.

"Nggak! Kami bangun kesiangan kalena liatin bulan sama bintang semalem! Yakan mas? Lagi pula kita mana bisa bikin anak tau! Kan kami sama-sama plia!" ujar Renzi seperti biasa, membuat Kalandra tersenyum tipis melihat bagaimana respon polos dari istrinya itu, sudah sering di kerjain Al namun masih sering tertipu, itulah Renzi.

"Lo polos banget sih anjir! Nanti gue kasih ilmu deh biar lo peka sama ngerti gimana jalannya kita di dunia kayak gini," ujar pemuda yang ada disamping Al sekarang, ia merasa gemas sendiri mendengar jawaban pemuda itu.

"Kita bisa belteman!" Renzi senang, ia begitu bersemangat saat mendengar itu semua karena didalam pikirannya orang itu mau berteman dengannya dan membagi ilmu tentang pernikahan dan juga hal yang lainnya, karena jujur Renzi masih belum paham tentang begituan.

"Selamat buat pernikahan lo, jangan suka main-main lagi." ujar Kalandra, ini kalimat terpanjang yang pernah ia katakan pada temannya itu, karena selama ini komunikasi mereka berdua hanya sedikit tapi entah kenapa Al masih ingin berteman dengannya.

"Yoi, lo juga. Semoga pernikahan lo jalan mulu, kalo ada apa-apa tuh bicarain sama pasangan lo, walaupun dia polos tapi gue yakin dia paham apa yang lo maksud," ujar Al membalas apa yang temannya itu katakan, karena mereka berdua hampir sama hanya saja ia lebih ribut dan rusuh sedangkan temannya itu cenderung pendiam dan irit bicara.

"Hm." jawab Kalandra sebelum kembali menarik pinggang pemuda itu agar mendekat kearahnya dan mereka turun dari sana, agar bisa menikmati acara ini juga.

Bersambung...

Votmen_

MAS KALANDRA {BXB} END✔️Where stories live. Discover now