27

8.8K 788 13
                                    

Renzi terdiam didalam kamar miliknya dan juga suaminya yaitu Kalandra, kedua mata bulat itu mengerjab terus-menerus untuk memikirkan apa yang harus ia lakukan sekarang selagi menunggu suaminya pulang kerumah beberapa menit lagi. Setelah Riki pulang, ia hanya tinggal sendirian dengan pikiran yang mengarah pada perkataan temannya itu, selama ini suaminya tak pernah mengatakan hal seperti itu atau memintanya untuk melakukan hubungan.

Riki mengatakan jika ia tak peka, padahal memang suaminya tak mengatakan apapun untuk memintanya melakukan hubungan, meminta lebih dulu sepertinya tak mungkin karena ia tak tahu bagaimana cara melakukan itu semua.

"Gimana cala Lenzi minta itu sama mas Kalandla? Nanti dia tanya gini 'kamu tahu dali mana hal sepelti itu' kan Lenzi bingung gimana cala jawabnya, kalena nda mungkin aku kasih tau kalau Liki yang kasih tau itu semua." ujar Renzi pada dirinya sendiri, ia ingin bersikap seperti biasanya sampai suaminya itu meminta lebih dulu, namun mengingat kembali perkataan Riki yang mengatakan tentang jajan diluar, ia merasa takut.

"Lenzi nda mau mas Kalandla jajan dilual! Kan disini masih ada Lenzi yang setia menunggu masnya minta duluan, soalnya kalo Lenzi yang minta duluan kan aneh soalnya aku nda tahu calanya, masa nda tau calanya malah minta duluan? Emang boleh?" tanya Renzi pada dirinya sendiri, ia ingin bertanya pada Riki namun temannya itu tak mengangkat panggilan telpon darinya! Menyebalkan!

"Gimana ini? Lenzi bingung sekalang .... mana bental lagi mas Kalandla pulang," ujar Renzi saat melihat jam yang ada di dinding, ini sudah mulai masuk jam sembilan malam itu artinya beberapa saat lagi suaminya itu akan pulang kerumah!

"Apa Lenzi mandi dulu? Nanti kalau mas-nya pulang balu deh bicalain semuanya lagi! Soalnya sekalang kalau belpikil sendilian, Lenzi nda bisa kalena bingung." ujar Renzi, pemuda itu memutuskan untuk membersihkan diri lebih dulu sebelum nanti mulai membicarakan semuanya bersama dengan suaminya itu, karena tadi Riki juga menyarankan agar ia membicarakam hal ini dengan suaminya juga bukan? Agar semuanya bisa lebih jelas dan juga pasti nantinya.

****

Kalandra terdiam saat mendengar suara dari ponsel miliknya saat ingin membuka pintu rumah miliknya dan juga Renzi sekarang. Tertera nama Al disana, membuat ia bertanya-tanya apa yang membuat temannya itu menghubungi dirinya sekarang? Apa mungkin Riki belum pulang dari rumahnya sehingga sekarang Al menghubungi dirinya untuk bertanya? Karena memang jika Riki dan juga Renzi sudah bersama maka akan sangat sulit menghubungi kedua pihak bawah itu.

"Kenapa?" ujar Kalandra tanpa basa-basi sedikitpun, terlebih pada Al yang sangat tak penting untuknya, temannya itu hanya akan merusuh saja.

"Lo udah pulang dari kantor belom? Udah sampe rumah?"

Kalandra bingung saat mendengar pertanyaan itu, mungkin saja Al memang ingin bertanya tentang Riki yang masih berada dirumahnya sekarang ini.

"Barusan pulang," ujar Kalandra apa adanya, sekarang ia mulai membuka pintu utama rumahnya bersama dengan Renzi sekarang.

"Sumpah! Pasti lo bakalan kaget soalnya tadi pas kerumah lo kan, leher bini gue penuh sama cupang nih. Nah karena istri lo yang sangat polos itu tau, dia nanya sama bini gue apa itu merah-merah, dan karena gue sama bini gue sama yaudah dijelasin dah tuh semuanya sama istri lo, sampai istri lo bilang kalau kalian belom pernah ngelakuin itu karena lo nggak minta duluan, anjir! Tahan banget lo! Lo nggak impotenkan? Intinya walaupun lo impoten, tolong kasih istri lo kepastian! Masa perawan mulu!"

Sambungan itu Kalandra matikan secara sepihak, ia sudah merasa waspada saat Renzi dekat dengan istri dari temannya itu dan sekarang itu semua terbukti. Ia memang tak meminta haknya sebagai seorang suami, karena selagi ia bisa mengatasinya sendirian kenapa harus meminta pemuda itu melayani dirinya? Ia tak ingin membuat pemuda itu kesakitan atau Renzi merasa sebagai pemuas nafsunya saja. Ia tak ingin orang-orang mengira ia menikahi pemuda itu hanya untuk ke puasannya sendiri, karena nyatanya itu semua salah.

Ia tak ingin di pandang berbeda oleh orang lain, karena menikahi pemuda sangat polos sehingga ia bisa memanfaatkan itu semua.

Kalandra berjalan kearah kamar miliknya bersama dengan Renzi, sebelum mengetuk pintu itu beberapa kali dan mulai masuk kedalam kamar mereka, pria itu terdiam saat mendengar suara pintu kamar mandi tertutup, pasti Renzi baru saja mandi sekarang padahal ini sudah lumayan larut, tak baik untuk kesehatan pemuda itu, karena mereka berbeda. Entah apa yang membuat Renzi baru mandi sekarang ini, mungkin karena terlalu memikirkan perkataan Riki, ia tahu betul bagaimana istrinya itu.

Ia berjalan dengan tenang kearah sofa yang ada didalam kamar mereka, dengan melepas kemeja yang ia kenakan sekarang, ini merupakan kebiasaan yang sulit untuk ia ubah selama ini. Tatapan itu mengarah pada pintu kamar mandi, dengan pemikiran mengarah pada perkataan Al tadi, memang ia tak melarang Renzi berteman dengan siapapun itu karena ia juga seperti itu jadi tak seharusnya dirinya banyak melarang ini dan itu, tapi saat tahu pemuda itu berteman dengan Riki, ia merasa was-was untuk itu semua karena istri temannya itu lumayan liar, tak polos seperti Renzi.

"Untung baru itu yang dia katakan selama mereka berteman, mungkin jika lebih dari itu aku akan menegur Riki. Karena pemikiran mereka jauh berbeda bahkan tentang ciuman saja Renzi kurang mengerti apa lagi hal yang lainnya, berbeda dengan Riki yang sudah tahu tentang itu semua." ujar Kalandra, ia masih tak habis pikir akan mendapatkan kejutan seperti itu saat baru pulang dari kantor.

Tatapan itu terkunci saat melihat Renzi baru saja keluar dari dalam kamar mandi sekarang, ia tersenyum menatap kearah pemuda itu sebelum menepuk pangkuan miliknya, ini kebiasaan yang sering mereka lakukan sejak pindah rumah, saat pulang kerja pasti ia harus memeluk si manis lebih dulu.

Pemuda itu memicing sebelum duduk diatas pangkuan suaminya itu, dengan tatapan yang masih terlihat was-was, karena tumben sekali Kalandra ingin ia duduk diatas pangkuan pria itu saat dia tengah telanjang dada seperti sekarang ini.

"Nda mau mandi dulu?" tanya Renzi, tangan kecil itu mengelus pipi suaminya dengan pelan tanpa memerdulikan jika sekarang pria itu belum mandi.

"Sebentar lagi, mas ingin mengisi energi terlebih dahulu sebelum mandi, karena kerja tadi cukup menguras tenaga." ujar Kalandra, ia memeluk pemuda itu dengan pelan, menikmati aroma manis yang selalu ada ditubuh Renzi setiap harinya. Ia menyukai aroma ini karena menenangkan.

Bersambung..

Votmen_

MAS KALANDRA {BXB} END✔️Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu