kehidupan pertama 🌻

98 26 3
                                    

Hati Haerin sangat sakit kala ia selalu mengingat ingat keluarga nya yang tak pernah mengunjungi nya selama 2 tahun ini. Pipinya sudah basah akibat air matanya. Haerin berusaha untuk percaya pada suatu saat nanti keluarganya datang, tapi rasa percaya itu hilang saat ia selalu menunggu kedatangan keluarganya yang sudah dua tahun tak segera mengunjunginya.

Lamunan Haerin buyar karena suara ketukan pintu. Dengan cepat Haerin menghapus air matanya agar tidak ketahuan ia habis menangis.

"Boleh kakak masuk?" ujar suara yang berasal dari balik pintu.

"Boleh kak," balas nya kemudian.

Seorang suster  tersenyum menampakkan lesung pipinya, lalu menutup pintunya dan segera menghampiri Haerin untuk memberikan makanan.

"Kak soodam," panggil Haerin.

"Ada apa Haerin?" sahut suster itu yang biasanya di panggil Soodam, soodam tengah menyendok makanan nya lantas menyuapi Haerin.

Haerin dengan senang menerima suapan itu dan mengunyahnya setelah itu menelan nya.

"Bagaimana dengan kabar keluargaku? apa mereka akan menjengukku?" tanya nya berhasil membuat soodam mematung .

Haerin yang tahu Soodam seperti itu menghela napasnya sedih. Ia sudah tahu jawaban Soodam nantinya pasti 'iya, pasti mereka akan menjenguk mu suatu hari nanti'.

"mereka akan—"

"Basi kak alasannya". potong Haerin ketus. Ia tak mau mendengarkan alasan sampah itu lagi .

"Ouh ya ngomong-ngomong kamu mau jalan-jalan?" Soodam berusaha mengalihkan topik pembicaraan itu.

"Tidak,"

"Kenapa? kamu tidak mau pergi ke taman?" tanya Soodam heran dengan Haerin.

"Aku benci melihat orang lain berjalan dan berlari sedangkan aku yang memiliki kaki lumpuh ini,"

Hati Soodam mencelos mendengar jawaban Haerin. Haerin memang lumpuh dari lahir dan ia juga mengidap penyakit TBC membuatnya harus berbaring di rumah sakit selama tiga tahun belakangan ini.

Haerin tiba-tiba terbatuk dengan keras, dengan sigap Soodam memberikan minuman tapi di tolak mentah-mentah oleh Haerin.

"Tidak kak, aku bukan tersedak." ujarnya menunjukkan tangannya yang bersimbah darah dari mulutnya akibat batu terlalu keras.

"Kakak akan mengambilkan obat ya? tunggu sebentar." Soodam meletakkan nampan berisi makanan di atas nakas, lalu berdiri saat hendak pergi tangannya di cekal oleh Haerin.

"Tidak usah kak biarkan saja."

"Kamu tidak mau sembuh emang? nanti kamu sakit loh."

"Iya aku tidak mau sembuh, buat apa aku sembuh kalau aku masih lumpuh? biar kan aku mati saja." balasnya membuat soodam menitikkan air matanya, ia langsung memeluk Haerin sambil menangis tersedu-sedu.

Haerin yang di peluk seperti itu merasakan sesak di dada, matanya memanas rasanya ia ingin menumpahkan kesedihannya di hadapan Soodam yang sudah ia anggap kakaknya sendiri.













•••



5 bulan berlalu kondisi Haerin semakin memburuk . Wajahnya pucat Pasih layaknya mayat hidup. Bahkan ia sering batuk berdarah, tubuh nya lemas. Haerin semakin yakin ajalnya tak lama lagi menjemputnya. Soodam khawatir akan kondisinya, mencoba ia menghubungi keluarga Haerin. Tapi jawaban yang di terimanya adalah kata-kata yang menyakitkan untuk Haerin.

Soodam sering menangis sendirian jika melihat kondisi gadis bermata kucing itu. Jika ia berada di posisi Haerin ia akan merasakan sakit hati terhadap keluarga nya.

Jujur Soodam membenci keluarga Haerin.

Hingga pada suatu hari, Soodam hendak mengunjungi Haerin, seperti biasanya jika ia akan memasuki ruangan Haerin ia akan mengetuk pintunya dan meminta izin. Tapi sayangnya kali ini tidak ada balasan dari Haerin membuatnya khawatir dan panik. Tanpa ada izin Haerin, ia membuka pintunya, yang ia dapati adalah gadis itu berbaring dengan darah di tangannya yang begitu banyak, membuat jantung Soodam panik. Segera ia membangunkan Haerin.

Seraya menepuk-nepuk pipi Haerin dengan pelan "Haerin bangun , kakak sudah ada disini......"

Haerin membuka kelopak matanya , pandangan nya buram lama-lama semakin jelas yang ia dapati sesosok wanita yang ia anggap kakaknya tengah memandang nya dengan raut khawatir.

Haerin berusaha membuka suara tapi ia layaknya bisu, tenggorokan nya sangat amat sakit.

"Ka.....kak." dengan terbata-bata ia berusaha mengucapkan beberapa kalimat.

"Jangan di paksakan" ujar soodam mengelus rambut nya.

"A....ku ti....dak kuat ,hhhhh la....gi....."

Soodam takut, ia meneteskan air matanya "Ayo kamu harus kuat buat kakak."

"Tidak b-bisa...." Haerin mulai menarik napasnya lalu ia hembuskan, mencoba menahan rasa sakitnya.

"Mungkin... ini ajal sudah menjemput ku" kata Haerin menitikkan air matanya.

"Jangan bercanda kamu Haerin, kamu harus hidup" bantah sang kakak menggenggam tangan Haerin lantas mengelus-elus punggung tangannya.

"Kal....au semisal .... aku di beri kesempatan oleh tuhan, aku...." suara Haerin tercekat merasa kan sakit luar biasa.

"Mau hidup kembali dengan nasib yang bai—" tak sempat Haerin menyelesaikan ucapannya ia menutup matanya tak kuat, matanya memberat dan akhirnya tertutup pandangan nya pun menjadi hitam , Dengan meninggalkan satu air mata yang jatuh ke bantalnya.

Dengan panik soodam berteriak histeris memanggil dokter. Dokter datang dengan suster langsung memeriksa kondisi Haerin.

"Bagaimana dokter?" tanya soodam serak.

Dokter memperlihatkan raut sedihnya "Saudari kang Haerin sudah tenang dan bahagia di atas sana suster soodam." tuturnya.

"Jangan bercanda dokter, Haerin itu kuat, tidak mungkin meninggalkan saya." sangkal Soodam.

"Maaf tapi kami tidak sedang bercanda." lirih dokter itu yang masih di dengar Soodam.

Seketika Soodam memeluk jasad Haerin lantas berteriak histeris, sambil mengucapkan kata 'maaf' berulangkali.

Soodam berpikir, apakah Haerin sedang berbahagia di atas sana? atau malah....... sedih melihat dirinya?

















••••

"maafin kakak Haerin, kakak tidak bisa menjagamu dengan lebih baik"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"maafin kakak Haerin, kakak tidak bisa menjagamu dengan lebih baik"









Maret ,03, 2024

seven life, seven fates in another worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang