kehidupan ketiga bagian enam

18 8 2
                                    

Dengan tergesa-gesa Haerin membuka ruang kantor khusus ayah nya dengan tidak santai. Tuan Nakamura terlihat kaget sambil mengelus dadanya, ia menatap Haerin dengan tatapan tajam membuat Haerin membalas dengan cengiran.

"Kamu ini bikin ayah kaget! Kalau ayah jantungan bagaimana?" omel Tuan Nakamura membuat Haerin tertawa kecil.

"Maaf ayah, soalnya ini penting banget. Ngomong-ngomong di izinin masuk tidak?"

Kemudian Taun Nakamura mengizinkan Haerin masuk dan tak lupa mempersilakan anaknya itu duduk di sofa dekat dengan meja kerjanya. Tuan Nakamura kemudian duduk di sofa paling kecil.

"Ada apa? Sepertinya penting sekali." Tuan Nakamura bertanya.

"Ayah, apa ayah kenal Tuan Pham?" tanya Haerin memastikan apakah ayahnya benar-benar mengenal sosok Tuan Pham.

Tuan Nakamura kemudian mengangguk "Iya dia itu sahabat kerja, bahkan dia ngajak kerja sama dengan perusahaan nya, emang nya kenapa?"

"Ayah harus batalin kerja sama dia ayah! dia itu jahat!" seru Haerin mencoba menyakinkan sang ayah.

Tuan Nakamura tampak bingung "Kenapa nak? Dia itu baik kamu saja tidak tau."

Haerin menggeleng ribut tak mengindahkan perkataan Tuan Nakamura "Itu semua topeng ayah, tuan Pham punya anak kan ayah?"

"Iya namanya Hanni Pham,"

"Nah iya, Tadi di sekolah Hae—Hirika mendengar ucapan Hanni. Dia bilang , emm maaf ya yah kurang sopan 'pak tua bangka Nakamura itu sedang terjatuh dalam ke lubang hitam buatan tuan Pham', nah gitu. Di situ aku sakit hati ayah, aku gak mau ayah kena lubang hitam itu," jelas Haerin berkaca-kaca takut ayahnya terkena lubang hitam itu.

Mendengar penuturan sang anak, tuan Nakamura memandang lamat-lamat Hirika mencari titik kebohongan sang anak. Namun yang ia dapati adalah raut gelisah sang anak. Ia kemudian berpikir sejenak.

"Nak, kamu gak bohong kan?" tanya tuan Nakamura memastikan.

"gak ayah, kalau Hirika bohong ngapain aku langsung ke kantor ayah dengan keadaan panik gini," balas Haerin lantas menatap kedua manik tuan Nakamura.

Lantas tuan Nakamura berpikir, benar juga apa yang dikatakan oleh Hirika. Walau anaknya sering kali berbohong, tak mungkin ia bersusah payah untuk menemui nya langsung di kantor nya. Biasanya Hirika akan menelpon nya.

"Baiklah, ayah akan membatalkan kerja sama dengan tuan Pham. Lagian itu tidak merugikan perusahaan ayah juga, ngomong-ngomong terimakasih sudah menyampaikan informasi ini, kemungkinan ayah akan jatuh ke lubang hitam tersebut, Terimakasih sekali lagi," putus tuan Nakamura kemudian tersenyum manis. Entah kenapa ia merasa terharu akan perbuatan kecil Hirika.

🥀

Sehabis pulang dari kantor milik tuan Nakamura, Haerin pulang. Saat ini ia tengah duduk di sofa ruang tamu, sedang asik bermain ponsel sendirian tanpa pelayan. Tanpa sadar ada sesosok perempuan tengah berdiri di belakang Haerin. Terpampang senyuman jahil di wajahnya.

"MALING!"
teriak sesosok perempuan tersebut.

"HA! MALING! DI MANA!?"

Haerin langsung berdiri di atas sofa, sembari mengacak rambut nya sangking terkejut nya ia. Bahkan ponselnya entah kemana perginya. Sesosok perempuan yang ternyata adalah Kazuha tengah tertawa terbahak-bahak sambil memegang perutnya sakit akibat tertawa. Saat ini posisi Kazuha tengah terbaring.

Haerin yang melihat itu langsung saja menerjang Kazuha dan memukul Kazuha tidak kuat. Ia kesal habis di kerjai.

"KAZUHA BODOH!!" cerca Haerin lantas berlari terbirit-birit menuju ke kamarnya.

Kazuha yang di cerca seperti itu membelalakkan matanya kaget. lalu ia mengejar sang adik kesal karena berani-berani nya Hirika memaki dirinya.

"BOCAH SINTING!"

Sedangkan para pelayan yang melihat adegan kejar-kejaran itu geleng-geleng kepala sesekali terkekeh lucu akibat aksi mereka berdua.

Hirika sudah sampai di depan pintu kamarnya dengan cekatan ia masuk ke kamarnya dan mengunci pintu. Kazuha tengah menggedor-gedor pintu tersebut.

"AWAS AJA YA! KALAU SUDAH KELUAR! BAKALAN AKU BALAS!" teriak Kazuha membuat Haerin tertawa keras di dalam kamarnya. Tertawa mengejek maksudnya.

🥀

Seperti biasa Haerin berangkat ke sekolah. Setelah turun dari mobil ia langsung saja berlari masuk ke sekolah dan tak sengaja berpapasan dengan Hanni, Rei, dan Mira. Hanni pun dengan cekatan mencekal lengan Haerin dengan kuat sehingga Haerin merintih kesakitan.

"Apaan Hanni?" tanya Haerin dengan nada ketus.

"Kamu denger ya perkataan ku di taman kemarin?" tanya Hanni mengintimidasi Haerin.

"Ha? Aku aja gak tau kalau kamu di taman. Jadi, mana tau aku dengan perkataan mu. sudahlah aku harus piket, bye." setelah itu Haerin pergi meninggalkan Hanni yang sedang kesal.

"Awas aja kamu Hirika," gumam Hanni dengan wajah yang memerah.

•••

Aku ubah bahasa nya biar gak baku baku amat sieh.

seven life, seven fates in another worldWhere stories live. Discover now