Kehidupan ketiga: bagian lima🥀

22 9 2
                                    

" semuanya palsu termasuk teman-teman ku"

- Kang Haerin/ Nakamura Hirika

Haerin membuka pintu kelas dengan tatapan lesu, semua murid disana memandang Haerin dengan kaget ada beberapa dari mereka menatap dengan sinis tak suka. Haerin langsung duduk saja di bangku nya lantas menumpu tangannya di meja. Ia tahu Rei dan Mira menatap nya dengan sinis begitupun dengan Hanni. Tapi kenapa mereka menatapnya seperti ini? Entahlah ia malas menanggapi mereka.

"Heh ini buat kamu." seorang laki-laki menyodorkan sebuah botol minuman berwarna coklat.

Haerin mengalihkan pandangannya ke arah laki-laki tersebut, ia bingung kenapa laki-laki  tempo hari yang lalu membenci nya dan memakinya kini perhatian kepadanya.

Haerin dengan senang hati menerima botol minuman tersebut "Terimakasih Riki."

Riki hanya berdehem lantas ia melanjutkan aktivitas nya kembali, yaitu bermain ponsel sembari memakai earphone di telinga dengan musik.

Haerin menatap botol itu lekat-lekat, tanpa ba-bi-bu ia membuka tutup botol tersebut langsung ia teguk. Ternyata minuman itu adalah susu coklat rasanya enak.

Seorang guru masuk dengan buku yang ia bawa tak lupa dengan kacamata yang bersandar di hidung. Ia tersenyum kepada murid-muridnya dan ia menatap Haerin begitu lama. Haerin sangat kenal itu siapa.

"Halo semuanya, saya adalah guru pengganti kalian. Perkenalkan nama saya Karina, guru fisika kalian yang lama sedang melakukan operasi usus buntu jadi saya akan mengajar hingga satu bulan kedepannya." jelas guru tersebut seraya membungkukkan badan nya .

"Selamat pagi ibu Karina." sapa semua murid terkecuali Haerin lantaran ia masih melongo dan menatap Karina dengan tatapan bertanya.

Setelah jam pelajaran habis, Haerin masih tetap tinggal di kelas dan ada beberapa murid tetap di kelas termasuk Riki. Sejak Rei dan Mira dekat dengan Hanni, mereka mulai membenci dirinya. Entah apa yang membuat mereka melakukan tersebut, atau Hanni menghasut mereka berdua?

Haerin melirik ke arah Riki diam-diam tapi pada akhirnya ia tertangkap basah oleh Riki yang menyadari nya. Riki menaikan alisnya bertanya melalui tatapan Haerin. Haerin pun hanya menggeleng gugup, lantas ia beranjak pergi untuk mencari Mira, Rei, dan Hanni.

Haerin sudah pergi ke beberapa tempat yang sering mereka kunjungi namun, ia tak menemukan ketiga temannya. Dan dia menyadari ada satu tempat yang belum ia datangi yaitu, taman belakang sekolah. Ia berinisiatif pergi kesana.

Benar dugaan Haerin ke-tiga temannya berada di sana. Dengan senyuman yang merekah di wajahnya ia menghampiri ketiga temannya, tapi tak sengaja Haerin mendengar ucapan yang menyakitkan dari ketiga orang tersebut untuk dirinya.

"Eh Mira kita sudah tiga tahun berteman palsu sama Hirika rasanya kita seperti babu," celutuk Rei diiringi tawa kecil diakhiri.

"Emang rencana ayah mu nona Hanni untuk membuat ayah Hirika bodoh itu bangkrut bagaimana? apa berhasil?" tanya Mira kepada Hanni yang sedang tersenyum jahat.

"Berhasil, pak tua bangka Nakamura itu sedang terjatuh dalam ke lubang hitam buatan tuan Pham" jawab Hanni.

Haerin merasa hatinya hancur, jadi selama ini ia di Bohongi? Haerin langsung saja pergi dengan hati-hati takut ketahuan bahwa tak sengaja menguping pembicaraan ketiga manusia tersebut. Dia berlari menuju kelas membuka pintu dengan kasar membuat beberapa murid disana terkejut.

Tanpa memperdulikan Haerin langsung saja duduk lantas menumpuk kedua tangannya dan menyembunyikan wajahnya. Riki yang berada di samping nya bingung dengan kelakuan gadis yang beberapa menit lalu pergi dengan wajah datar kembali lagi dengan wajah sedih.

Riki kemudian bertanya "Apa yang terjadi, Hirika?"

Namun Haerin hanya diam tak menjawab, Riki tak tau harus berbuat apa alhasil ia mengelus punggung gadis tersebut dengan lembut.

"Entah apa pun yang terjadi, aku harap semua akan baik-baik saja untuk mu, Hirika"


•🥀•

Setelah pulang Haerin segera mencari ayahnya alias tuan Nakamura di penjuru rumah sampai-sampai pelayan yang mengikuti nya kelelahan mengikuti Haerin.

"Nona, sebenarnya nona mau mencari siapa?"
tanya salah satu pelayan tersebut.

"Ayah, kalian tahu ayah kemana?"

"Dia sedang berada di kantornya,"

Dengan kesal Haerin duduk di sembarangan tempat di teras rumahnya yang besar. Membuat pelayan tersebut mengikuti hal sama seperti apa yang di lakukan oleh Haerin.

"Antar kan kesana," pinta Haerin.

"baik, nona"







:

:🥀::


Konflik sesungguhnya akan segera datang xixixi



seven life, seven fates in another worldOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz