kehidupan kedua: bagian empat 🌻

35 17 1
                                    

Cahaya matahari menyinari mata seorang gadis yang sedang tertutup rapat. lantaran terganggu, sepasang kelopak mata yang menutupi mata itu perlahan terbuka, menampilkan netra hitam yang terlihat menenangkan.

Haerin terbangun dari tidurnya lantas bersiap-siap untuk mandi . Jam menunjukkan pukul 06:00,  angka Yang sempurna.  Setelah mandi ia akan lari pagi. Kemudian ia turun di ruang dapur terdapat seorang wanita —Lusi tengah memasak. Haerin menghampiri sang ibu, untuk meminta izin kepada nya. Sesudah di berikan izin lantas ia melenggang pergi.

Dia merentangkan kedua tangannya, menghirup napas nya, tiba-tiba angin semilir meniup wajah nya seolah-olah tahu apa yang Haerin butuh kan pada pagi ini. Kemudian ia berlari menyusuri beberapa perumahan.

Sehabis Lari pagi ia mampir ke mini market, untuk membeli sebotol minuman. selesai membayar nya di kasir ia melenggang pergi untuk pulang.

Saat melewati sebuah gang kecil, ia melihat dua pria berjas hitam tengah memukuli seorang pria. Pria itu menurut Haerin sangat familiar. Ia bersembunyi sambil memerhatikan siapa pria yang mereka pukuli. Ia menangkap wajah pria itu , pantas saja ia kenal  ternyata itu kakak laki-lakinya. Jake tengah meringkuk kesakitan sambil meringis kesakitan.

Haerin jadi kasian dengan Jake , ia berinisiatif menghampiri kedua pria berjas hitam itu. Pukulan pria berjas hitam itu di tahan oleh Haerin

pria itu menoleh sambil mendecih kesal "jangan ikut campur!"

Haerin lantas menjawab "lebih baik kau pergi jangan ganggu dia!" Pria itu beranjak pergi ke arah Haerin

"gadis lemah seperti mu lebih baik pergi! atau aku akan—"

"ngomong-ngomong ada cctv tuh, ouh ya teman ku merekam tindakan kalian" potong Haerin berbohong seraya menyilang kedua tangannya di dada.

"sialan! ayo pergi" ajak pria tersebut terhadap temannya. Setelah memastikan pergi Haerin menghampiri Jake.

"sudah tidak ada lagi Jake" Haerin menenangkan nya.

Jake yang tadinya menundukkan kepalanya pun mendongakkan kepalanya melihat siapa yang membantu nya. Terkejut bukan main ternyata Haerin sang adik.

"terimakasih" ucapnya malu-malu .

"sama-sama ayok pulang!" tanpa aba-aba ia menarik tangan Jake untuk pulang. Ia melihat di pergelangan tangan Jake terdapat beberapa luka memar.

Di perjalanan pulang tidak ada yang membuka suara, suasana begitu canggung. Jake terus memerhatikan sang adik yang asik bersenandung kecil.

"Vanessa!" panggil Jake membuat sang empu menoleh.

"ada apa?" tanyanya ketus, Jake tau perbuatan nya pada tempo hari ini tak akan di maafkan.

"kenapa kau bersikap baik pada ibu?" tanya nya membuat Haerin menggeleng heran bukan main.

"ya karena dia yang melahirkan kita berdua seharusnya kita hormati dia"

"tapi kau tau kan sifat busuk ibu? kau lupa? kau bahkan pernah menguping pembicaraan ibu saat itu " Haerin mengernyitkan bingung dengan Jake.

"maksudnya? jelaskan aku tak tau aku lupa!" serunya berharap di jelaskan.

"aku akan menjelaskan nya tapi sambil duduk di kafe dekat sini, biar aku yang bayar"

••🌿••

"Sebenarnya apa yang terjadi hingga kau lupa?" tanya Jake seraya meminum soda

Haerin bingung harus menjelaskan kejadian nya "i-itu, aku amnesia, waktu itu Danielle bilang aku di pukul oleh perundung ku di kepala ku dengan keras sehingga menyebabkan aku lupa"

seven life, seven fates in another worldWhere stories live. Discover now