Kehidupan ketiga: Bagian ketiga

36 17 3
                                    

  Setelah lonceng istirahat berbunyi Haerin segera menuju ke kantin bersama Rei dan Mira, saat disana tempat duduk sudah terisi penuh. Rei menyarankan untuk mengusir salah satu bangku di dekat pojok. Tapi, Haerin menentang keras karena itu tidak baik. Saat ini matanya terus mencari sambil membawa nampan. Hingga Netra nya menangkap seorang gadis duduk sendirian di dekat jendela kantin sebelah kanan. Ia berinisiatif menghampiri gadis itu, Rei dan Mira pun mengekori Haerin.

"hai" sapa Haerin sehingga gadis itu menoleh.

Ia terkejut dan terlihat ketakutan. Ia langsung berdiri sambil membawa nampan nya.

"silakan duduk Hirika" ujarnya menundukkan kepalanya.

Haerin mencekal pergelangan tangan nya dan menatap tanda nama di seragam milik gadis itu, 'Hanni Pham'.

"Mau kemana? duduk saja disini bangku di kantin sudah penuh, jadi duduk di sini bersama kami"

Hanni menurut masih menundukkan kepalanya. Lalu mereka berempat duduk, Rei dan Mira asik berbincang-bincang, sedangkan Haerin sedari tadi mengamati Hanni yang makan dengan menundukkan kepalanya takut bahkan ia bisa melihat tangan kanan yang memegang sendok itu bergetar.

"apa kau takut dengan ku?" tanya Haerin tiba-tiba, Rei dan Mira langsung menatap Hanni.

"I-iya a-aku takut" jawabnya terbata-bata

"hei, kalau orang berbicara lihat orang nya" tegur gadis bermata kucing itu, Hanni dengan perlahan-lahan mendongakkan kepalanya.

"oke bagus"

"apa kabar mu ?" Haerin berbasa-basi sambil menyuapkan sesendok makanan ke dalam mulut.

"baik, aku baik"

"hei jangan takut dengan ku, ayo berteman" ajak Haerin mengulurkan tangannya seraya tersenyum manis membuat Rei tersedak.

Hanni hanya melihat tangan Haerin yang masih mengambang di udara. Lantas ia menjabat tangannya membalas dengan senyuman.

"Baiklah ayo berteman"

"tapi kenapa ingin berteman dengan ku Hirika?" tanya Hanni memastikan.

"aku hanya ingin saja berteman dengan semua orang termasuk diri mu" jawabnya santai melanjutkan makannya.

Mira lantas menepuk pundak Haerin lantaran ia tak percaya akan perubahan sikap gadis itu. Haerin menoleh lalu memicingkan matanya.

"apa kau yakin?" tanya Mira

"iya, aku yakin" balasnya santai langsung melanjutkan makannya.

"apa yang terjadi dengan mu?" tanya Rei yang sedari tadi memperhatikan.

"ah ayolah teman-teman, oke aku akan menjelaskannya kenapa aku berubah. Jadi, aku ingin mengubah sikap ku yang Shibal  ini menjadi baik karena aku tak mau lagi melihat orang menderita karena diriku" jelasnya sehingga membuat ketiga gadis di situ melongo.

"em, maaf Shibal itu apa?" tanya Hanni dengan wajah polosnya.

"Shibal is sialan"

ketiga orang disana mengangguk-angguk paham. Setelah itu mereka melanjutkan makannya, Rei juga mulai mengajak Hanni berbicara sebab Haerin menyuruh nya untuk berteman.

Bel pulang telah berbunyi sekarang semua siswa telah menghamburkan dirinya keluar dari sekolah. Begitu juga Haerin, ia menunggu dirinya di jemput maka dari itu ia sedari tadi menunggu di depan gerbang sekolah sendirian lantaran semua siswa-siswi sudah pulang semua menyisakan diri nya dan penjaga sekolah.

Saat menunggu, seorang wanita datang tanpa senyuman ia menghampiri Haerin, lantas berdiri di samping Haerin.

Wanita itu juga sepertinya sedang menunggu jemputan datang, wanita bersurai panjang menoleh ke arah Haerin.

seven life, seven fates in another worldTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang