Kehidupan keempat: Bagian satu

24 9 2
                                    

Gadis itu terbangun dari tidurnya, kepalanya pusing berdenyut-denyut hingga ia mengerang kesakitan. Lalu ia memegang kedua kepalanya tak lupa mendesis sakit.

kedua matanya mulai jelas. ia langsung terduduk, matanya terus menelusuri tempat yang asing di pikiran nya. Bau obat-obatan menusuk hidungnya, Setelah itu gadis itu melihat lengannya sedang di infus. Sepertinya ia berada di rumah sakit.

"Kehidupan ke......empat?"

tanyanya pada dirinya sendiri. Kang Haerin kemudian terdiam, kembali ke posisi tidurnya. mengerjapkan matanya masih bingung.

Tiba-tiba pintu berwarna putih itu terbuka. Haerin menutup matanya pura-pura tidur atau pingsan. Ia tidak tahu siapa yang membuka pintu itu karena ia sedang menutup matanya, entah laki-laki atau perempuan?

"Hanayu, kakak kangen banget sama kamu, kapan bangun? Kakak janji gak Jahil lagi,"

Suara itu berasal dari arah kanannya dengan suara perempuan yang sedih. Karena kasihan, Haerin membuka mata perlahan-lahan seolah-olah baru saja bangun. Lantas ia mengaduh kesakitan.

"HANAYU KAMU BANGUN? " teriak perempuan itu dengan antusias lantas ia mendekatkan dirinya ke arah Haerin.

Haerin lantas menoleh ke arah gadis berambut pendek tersebut. Di lihat-lihat wanita itu sedikit tomboy, dengan rambut pendek, jaket berwarna hitam dan celana berwarna hitam sepanjang mata kaki.

"Ka....kak?"

Gadis berambut pendek itu sempat-sempatnya meneteskan air matanya. ia mengusap air matanya dengan kasar.

"Akhirnya bangun juga lo hanayu, Lo tau gak gue kangen banget sumpah," kemudian gadis itu memeluk Haerin secara tiba-tiba, membuat gadis bermata kucing itu sedikit terkejut.

"Lo? apa itu 'lo'?" batinnya bertanya-tanya dengan bahasa itu.

"Kak apa yang sebenarnya terjadi?" tanya Haerin, gadis berambut pendek itu melepaskan pelukan nya dan duduk kembali di kursi di samping.

"Lo gak inget sama sekali?" tanya gadis berambut pendek tersebut.

Haerin mengangguk tanda ia tidak tahu apa yang terjadi dengannya.

"Kak tunggu, 'Lo'  itu apa sih ? Aku gak paham kosakata 'Lo' jelasin," tanya Haerin membuat gadis berambut pendek itu tertawa lucu.

"Masa lupa sih anjir, Lo itu kamu. Lo kuno banget," jawab gadis berambut pendek itu.

Haerin hanya tersenyum saja. Gadis berambut pendek itu hanya menatap malas Haerin. Sungguh apakah ia lupa?

"oke kakak bakalan jelasin, no potong-potong. Jadi dua bulan lalu kamu kecelakaan bersama kakak. Saat itu mobil kita remnya blong gitu. Kakak juga sempat koma tapi cuma satu mingguan. Pas itu kita tujuannya mau jemput Isabel,"

Jelas gadis berambut pendek tersebut dengan tenang. Haerin termenung, ia mencoba mencerna.

"Lalu kak Isabel gak datang jemput aku?" tanya Haerin memainkan jari-jarinya.

"Katanya sih bentar lagi datang. Tapi Hanayu, kek ada yang beda sama lo,"

Haerin meneguk ludahnya tak tau harus menjawab. Haerin mengulum bibirnya gelisah. Gadis berambut pendek tersebut terus memperhatikan.

"Maksud Lo apaan sih kak?" Haerin berbicara dengan kosakata baru. Dia harus akting agar tak ketahuan. Sedangkan gadis berambut pendek memicingkan alisnya aneh.

"Ouh, gue kira lo sehabis kecelakaan lupa ingatan juga," ujar gadis itu. Tiba-tiba pintu itu terbuka dengan kasar akibat dorongan yang kasar.

"WEH! SANTAI DONG ISABEL! INI PINTU RUMAH SAKIT NJIR!" gadis itu terjengit dan kesal akibat kelakuan gadis berambut panjang yang ia panggil 'Isabel' tersebut.

"Maaf kak Ryujin, soalnya udah terlanjur seneng liat—HUWAA HANAYU!! GUE KANGEN SAMA LO!"

Isabel memeluk Haerin yang sedang menutupi kedua telinganya lantaran suara kedua gadis itu sangat cempreng membuat kedua telinganya sakit. Isabel melepaskan pelukan nya.

"Apaan sih kalian! sakit kuping ku," omelnya membuat keduanya tertawa melihat reaksi lucu dari Haerin.

Ryujin nampak berdiri dari posisinya "Gue keluar dulu mau bayar biaya rumah sakit,"

Setelah itu ia pergi, Isabel pun berbincang-bincang dengan Haerin. Sepertinya Haerin tampak cocok dengan kedua kakaknya.

Mungkin harus berwaspada kali ini, ia banyak belajar dari kehidupan sebelum-sebelumnya tentang siapa saja bisa menusuk seseorang dari belakang. Entah itu keluarga sendiri, teman, atau orang-orang di sekitar nya.

Sejak 20 menit Ryujin meninggalkan Isabel dan Haerin, akhirnya ia kembali dan duduk tak lupa ia juga sempat sempatnya membeli makanan untuk mereka.

"Ouh ya kata dokter, besok mulai pulang,"

Haerin pun mengangguk paham, lantas melanjutkan kegiatan makan nya dengan khusyuk.

"Eh, Lo pada tau gak?"  tiba-tiba dengan antusias Isabel berbicara hendak membagi kan info yang katanya berguna.

"Apaan?" tanya Haerin dan Ryujin barengan.

"Nah, tadi ada berita tentang penemuan mayat di Jepang seorang anak konglomerat," bebernya membuat Haerin berpikir.

"Pelakunya udah di tangkap?" tanya Ryujin seraya menyuap makanan ke dalam mulutnya.

"Udah kalau gak salah, yang bunuh anak konglomerat namanya—"

"Hanni Pham ya gak, sih?" potong Haerin membuat Isabel menatap ke arahnya.

"Kok Lo tau?" heran Isabel terhadap Haerin. Dia kan baru saja bangun dari komanya. Dan berita nya baru saja muncul

"Nebak aja, sih," balas Haerin acuh.

"terus yang di bunuh namanya Nakamura Hirika" beber Isabel membuat kedua orang itu mengangguk-angguk paham.

seven life, seven fates in another worldWhere stories live. Discover now