Kehidupan keempat: bagian dua

18 10 0
                                    

Pagi-pagi sekali Ryujin, Isabel, dan seorang laki-laki bersurai hitam agak panjang, mereka membantu Haerin berkemas-kemas untuk segera pulang.

"Akhirnya adik ipar gue udah bangun juga." ucap laki-laki tersebut merangkul Haerin sok akrab.

Haerin hanya menanggapi dengan tawa kaku kemudian melanjutkan berkemas. Setelah 20 menit berkemas, akhirnya mereka keluar dari rumah sakit dan masuk ke dalam mobil berwarna hitam.

Di dalam perjalanan Ryujin dan Isabel terus saja melempar candaan, sedangkan laki-laki yang sedang menyetir mobil kalau tak salah bernama Biru, hanya tertawa sebagai respon. Haerin hanya diam tak menggubris candaan mereka, dia asik memandang kaca mobil sambil mengamati di mana ia sekarang. Ia juga melihat sebuah bangunan panjang dan melewati nya. Haerin seperti pernah melihat bangunan tersebut tapi lupa nama bangunan tersebut.

Terus ia membuka ponselnya dan mencari tahu nama bangunan yang ia lihat tadi. Kemudian hasil pencarian nya mengeluarkan hasil. Ternyata bangunan tersebut bernama Monas dan berada di Indonesia Jakarta.

"Ouh jadi aku di Indonesia," monolog nya hanya bisa di dengar oleh dirinya sendiri.

•🥀•

Haerin menyelusuri rumah milik Hanayu, di ruang tamu ia melihat sebuah foto keluarga. Dapat di lihat di dalam gambar tersebut terdiri dari Ryujin, Isabel, Hanayu, wanita paruh baya alias ibu nya, dan seorang ayah.

Terlihat di dalam foto tersebut menampilkan senyuman bahagia, senyuman yang terlihat tulus tanpa ada paksaan. Haerin mengambil foto tersebut lantas mengusapnya seraya tersenyum tipis, hatinya berdebar merasakan kehangatan di dalam diri nya.

Tengah melamun Haerin di kejutkan oleh Isabel yang tengah berteriak berasal dari arah kamar. Dengan sigap Haerin berlari ke arah sumber suara tersebut.

"Kak Isabel kenapa?!" tanya Haerin lantas membuka kamar tersebut. Terlihat Isabel tengah ketakutan seraya berdiri di atas kursi.

"Ada apa kak?" tanya Haerin lagi.

"Itu ada kecoak besar." jawab Isabel menunjuk ke arah kasur. Haerin hanya menghela napas nya.

"Kirain apaan, biar gue aja yang ngurus." ujar Haerin lantas menuju ke kecoak tersebut dengan tangan kanan nya yang sudah membawa sapu entah dari mana ia mendapatkan nya.

"Dah beres," ujar Haerin kemudian ia pergi.

"MAKASIH HANAYU!" teriak Isabel membuat Haerin terkejut.

"Kayaknya aku bakalan terus kaget dan kupingku jadi budeg deh kalau di sini, semua keluarga ini suka banget teriak-teriak kayak monyet." monolog Haerin mengelus-elus dada nya dengan sabar.

Kemudian tak berselang lama Haerin melihat-lihat rumah Hanayu. Terdengar ketukan pintu dan suara seseorang.

"ASSALAMUALAIKUM AHLI KUBUR!" Haerin bergegas menuju pintu kemudian ia membuka tersebut terlihat seorang gadis imut.

"Eh?! Hanayu udah pulang aja nieh dari rumah sakit, gimana udah sehat kan?" tanya gadis itu dengan senyuman manis.

"Baik kak, eh a-anu kakak siapa?" tanya Haerin membuat gadis tersebut terkejut.

"Hanayu lo insomnia? eh amnesia? Lo lupa sama gue? aduh jahat banget, gue Winona temen nya Ryujin kakak lo, anjrit." gadis tersebut memegang dadanya dramatis seolah-olah ia tersakiti.

Haerin pun gelagapan, kemudian ia mencoba berpikir untuk mencari alasan. Kemudian munculah sebuah ide "YAHAHA! Kena prank kasian banget liat raut wajah lo kak,"

Raut Winona yang tadi nya tersakiti kemudian berganti menjadi datar, Haerin yang melihat itu merasa tidak enak.

"Nyebelin banget sih, kakak sama adik sama aja, btw Ryujin ada gak?" Winona bertanya lantas mengantungi kedua tangan nya di dalam saku baju nya.

seven life, seven fates in another worldWhere stories live. Discover now