kehidupan ketiga: bagian dua🌿

38 16 1
                                    

ekhem terimakasih sudah mendukung author ya :) hiks aku terharu banget dengan kalian sesungguhnya aku pengen bilang kalau:

Terimakasih banyak atas dukungan pada cerita aku

dan cerita gaje ini terinspirasi dari khayalan dan mimpi aku yang begitu random banget.

jujur deh, kalian pasti bertanya-tanya kok update nya lama banget:

soalnya ya temen-temen aku udah buntu dengan cerita ini terus kalau udah buntu males nulis. Terus ganti cerita dan buntu lagi . Tapi aku bertekad bakalan tamatin nih ceritanya, kemungkinan nih yah cerita ini bakalan sampai 20- 30 an bab
thanks ini cuma info dari aku
btw aku mau kasih info aja nih ya kalau admin punya emoticon perwakilan yaitu 🌷
yaps bunga tulip, entah ini berguna atau gak kalau aku ngasih info perwakilan emot

oke mulai aja nih


Bagaikan anak kecil, Haerin membulat kan matanya berbinar bahkan tak jarang ia selalu berdecak kagum. Hal itu membuat kakaknya berdecak sebal, ia pikir Hirika atau Haerin terlalu dramatis. Padahal setiap hari ia di suguhi kemewahan bak seorang putri yang jika dia ingin apapun pasti sudah ada di hadapan matanya, tak perlu bersusah payah untuk memikirkan bayaran nya.

Mereka berada di mall , walau Haerin tahu ini sudah biasa bagi orang pada umumnya untuk berbelanja di mall. Tapi apalah daya Haerin yang pada kehidupan pertama nya selalu ada di atas ranjang, seringkali ia habiskan momen-momen itu untuk melamun, membaca buku, atau menonton video dari ponsel milik Soodam. Sedangkan kehidupan keduanya ia hidup di keluarga yang ekonominya sedang, tak terlalu kaya dan miskin. Padahal niat awalnya untuk pulang ia ingin ibunya—Lusi untuk mengajak dirinya berkeliling, atau jalan-jalan. Tapi malah di bunuh terlebih dahulu oleh ibu brengseknya.

Tanpa sadar ia dan kakaknya sudah memasuki toko baju. kakaknya itu memilih sebuah pakaian yang menurut Haerin pakaian laki-laki, seperti nya kakaknya tomboy.

Haerin hanya menunggu di samping sang kakak. Kakaknya menyadari bahwa adiknya sedang melamun dan tak juga memilih pakaian heran. Padahal Hirika sering sekali membeli baju jika mampir di mall, adiknya terobsesi terhadap penampilan.

"Apa kau tak mau membeli baju juga?" tanya kakaknya pandangan nya belum lepas akan pakaian yang ia sentuh.

Haerin menoleh "apa boleh?"

Kakaknya itu langsung mengalihkan perhatian nya bingung. Siapa yang melarang nya?

"tentu saja, kau ini seperti kehilangan obsesi mu terhadap pakaian" balas kakak nya

"ouh, oke aku juga mau beli"

Setelah itu Haerin menuju ke sebuah pakaian yang menarik perhatian nya. Sebuah kaos oblong berwarna biru tua. Tanpa berpikir lagi ia langsung mengambil dan tak lupa membeli celana training dua berwarna hitam dan cream. Ia berjalan menuju ke kasir, kakaknya berada di sana sedang membayar. Lantas menoleh ke arah Haerin.

kakak nya terkejut melihat pakaian yang tidak biasa bagi Hirika "apa kau benar-benar mau beli itu?"

"iya, ada apa?"

"wah, apa kau sakit? ini tentu bukan style mu, aneh sekali apa kepala terkena batu besar? sehingga jadi lupa?" sosor sang kakak membuat Haerin berdecak kesal.

seven life, seven fates in another worldWhere stories live. Discover now