4. RASA YANG ASING

371 33 30
                                    

⚠️VOTE, KOMEN, SHARE⚠️

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

⚠️VOTE, KOMEN, SHARE⚠️

"Memelukmu bagaikan ketidakmungkinan yang selalu aku harapkan."

*******

Hanindiya berusaha menetralkan penglihatan nya, dia melenguh pelan ketika kepalanya masih sedikit sakit, perempuan itu mengamati di sekeliling nya, dirinya sedang berada di rumah sakit, jarum infus terpasang di tangannya, lalu atensinya teralihkan ketika melihat Daniel yang tertidur pulas disampingnya dengan posisi terduduk, apa lehernya gak pegel?

"Lo udah bangun, Nin?" suara serak khas bangun tidur Daniel terdengar.

Hanindiya menggangguk pelan.

"Gue udah berapa lama disini, El?"

"Lo pingsan udah delapan jam, Nin. Gimana kondisi lo? udah mendingan?" ujar Daniel.

Hanindiya menggangguk, lalu mengambil minum di nakasnya. "Masih agak pusing, tapi udah gak sepusing tadi."

Daniel mengambil gelas Hanindiya, lalu di taruhnya kembali ke nakas. "Makanya kalau disuruh istirahat ya istirahat, lo sendiri tau Nin, kondisi tubuh lo kayak gimana, kata dokter lo sampai kayak gini faktor kecapekan sama banyak pikiran."

Hanindiya mengangguk. "Maaf ya ngerepoti lo terus, Nggak enak gue."

Daniel mengacak rambut Hanindiya gemas. "Gue tuh khawatir sama lo, Hanin, bukan merasa di repotin, Gue malah suka lo repotin terus."

Hanindiya tersenyum, setidaknya masih ada Daniel dan Shera yang selalu ada sisinya ketika dirinya sakit.

Atensi mereka teralihkan ketika melihat Shera datang dengan wajah panik.

Shera langsung memeluk erat tubuh Hanindiya, lalu menangis. "Gue kira lo kenapa kenapa Nin, Gue takut banget sumpah...."

Hanindiya tertawa kecil. "Udah jangan nangis, Gue udah nggak kenapa kenapa Sher."

"Gimana gue bisa tenang Anin, Gue takut lo ngedroop kayak dulu, takut banget lo kenapa kenapa."

Hanindiya, menyeka air mata Shera. "Udah dong nangisnya, Shera. Gue beneran cuman kecapekan serius."

Shera mengatur nafasnya yang tersengal, dia kembali memeluk Hanindiya, dia takut sekali kondisi tubuh Hanindiya drop seperti beberapa bulan yang lalu, Hanindiya sudah seperti saudara bagi Shera.

"Makanya nurut sama gue, Nin. Stop mikirin hal hal yang bikin lo bisa drop kayak gini."

Daniel yang hanya menonton mereka pun terkekeh geli. "Udah Sher, mending lo lap in ingus lo dulu gih, malu udah besar nangis nangis."

Shera menjabak rambut Daniel kesal. "Lo, jangan usil bisa gak sih?"

"Duh duh, Sher. Lagian lo lucu muka ingusan gitu." Daniel meringis kesakitan.

Hi, Gala.Where stories live. Discover now