15. ASA YANG HANCUR

176 23 12
                                    

"Mencintai seharusnya tidak semenyakitkan ini...."


Note ; VOTE KOMEN SHARE





Kicauan burung perlahan masuk kedalam indra pendengarannya, sedikit mengernyit kan dahi ketika merasakan cahaya matahari perlahan masuk kedalam indra penglihatan. Hanindiya mengerjabkan matanya beberapa kali, merasakan sebuah tangan yang melingkari tubuhnya, perlahan dia membuka matanya, sempat terpaku beberapa detik dia terhenyak ketika melihat Gala yang memeluk tubuhnya, dengan spontan dia mendorong tubuh Gala sehingga membuat laki laki itu terbangun.

"Tidur lagi...." Gala menarik pinggulnya, semakin merapatkan tubuh mereka. "Masih ngantuk..."

Hanindiya membeku, dia menatap Gala dengan murka. "APA YANG LO LAKUIN SAMA GUE BRENGSEK!"

Perempuan itu berteriak dengan keras, dia melemparkan bantal dengan kasar kearahnya sehingga dengan pelan Gala menahan tangan nya.

"Kamu tenang dulu, ya?" ujarnya menenangkan Hanindiya yang masih memberontak, dia sesekali menutup telingannya ketika perempuan itu menyebutkan berbagai macam nama binatang kepadanya.

"APA YANG LO LAKUIN SAMA GUE, JAWAB!!" mata Hanindiya kini berkaca kaca.

Gala mengelus tangan Hanindiya, berusaha menenangkan perempuan itu. "Saya jelasin. Kamu bisa dengerin sambil tenang dulu kan?"

Hanindiya menggangguk sembari mengatur nafasnya.

"Kamu semalam keserempet mobil Hanindiya. Jadi saya membawa kamu kesini untuk mengobati luka kamu, setiba disini kamu mengalami demam yang tinggi mangkanya saya merawat kamu disini, masalah kenapa kita bisa tidur di ranjang yang sama dan berpelukan itu kamu sendiri yang minta sama saya buat temenin dan peluk kamu waktu kamu tidur, tapi saya berani bersumpah selain meluk kamu saya beneran nggak melakukan hal yang lain sama kamu, jadi kamu bisa tenang kan sekarang? Kamu masih kurang sehat, kalau kamu marah marah saya bakal kurung kamu disini selama berapa hari sampai kamu benar benar sembuh."

Mendengar tuturan pria itu Hanindiya terhenyak, dia tidak habis pikir dengan dirinya yang melakukan hal sememalukan itu dengan Gala, sejenak dia terdiam rasanya untuk menampakkan wajahnya kepada laki laki di hadapannya ini sangat sulit, dia sudah telanjur malu. Hanindiya tau bahwa dirinya selalu kehilangan kendali ketika tubuhnya sedang lemah, apalagi ketika berhadapan dengan laki laki di hadapan nya ini.

Melihat Hanindiya yang bersemu merah Gala berusaha mengalihkan pembicaraan. "Kamu sarapan dulu, tubuh kamu masih belum sehat sepenuhnya."

Walau enggan Hanindiya menggangguk menuruti perintah Gala, toh dia juga sudah kelaparan.

"Di apartemen saya cuman ada makanan seadanya, nggak apa apa kalau kamu makan seadanya dulu?" tanya Gala sembari membuka kulkasnya.

Hanindiya hanya mengiyakan toh dia juga bukan orang yang suka memilih makanan, apa yang di berikan orang kepadanya akan selalu dia terima.

"Tapi saya ada alpukat, mau saya buatkan alpukat kocok?" tanya Gala lagi, dia memandang Hanindiya yang duduk di meja makan.

Seketika mata perempuan itu berbinar, dengan semangat dia menggangguk. "MAU MAUUU."

Gala terkekeh kecil melihat tingkah Hanindiya.

"Tuan putri tunggu sebentar yaaa, saya masakin omelet sama alpukat kocok kesukaan tuan putri."

Hanindiya membeku, dia merasakan dejavu yang kesekian kalinya. Dia menggelengkan kepalanya pelan, jangan sampai terkecoh dengan sikap laki laki itu kepadanya, bagaimana pun juga walaupun terasa sama, namun sekarang kedaannya susah berbeda, sebisa mungkin dia harus terbiasa bahkan harus membiasakan diri ketika merasa sedang dejavu.

Hi, Gala.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang