Chapter 3 : RUANG BASKET

125K 6.2K 1.3K
                                    

Sebelum baca jangan lupa vote dan ramaikan kolom komentar. Jangan jadi silence riders yang baca baca doang! Hargai karya kami dengan memencet tombol bintang dan komentar di setiap paragraf.

Satu vote dan komentar kamu sangat berarti

HAPPY READING!!

***


Pintu UKS terbuka lebar saat Fronna masuk dengan satu bungkus makanan di tangannya. Fronna berjalan mendekat kearah Aluna. Namun, langkahnya terhenti saat ternyata Aluna mulai mendekat kearahnya dengan air mata yang terus mengalir.

"Lun?" Fronna tersentak kaget saat Aluna langsung memeluknya.

"Kenapa hidup gue gini, Na? Gue capek.." lirih Aluna.

Fronna membalas pelukan cewek itu. Ia tau jika sahabatnya itu tidak sedang baik baik saja. Setelah memberi ketenangan pada Aluna. Fronna menatap Aluna, kemudian tangannya menghapus air mata Aluna hingga tak bersisa.

"Lo harus kuat. Ini mungkin ujian dari Tuhan buat lo," ucap Fronna.

Aluna menggeleng pelan. "Tuhan gak adil, Na. Gue selalu di kasih ujian yang gue sendiri gak mampu buat ngatasinnya," ujarnya. Dadanya terasa sesak.

"Sini.." Fronna menarik tangan Aluna menyuruh cewek itu duduk di brankas uks. Fronna meletakkan makanan yang ia beli tadi di nakas kemudian kembali menatap Aluna dalam.

Tangan Fronna meraih kedua tangan Aluna. "Lo harus kuat. Aluna yang gue kenal gak bakal nyerah secepat ini."

"Aluna yang dulu udah mati."

"Gak! Lo masih ada. Aluna kuat, gue percaya itu."

Aluna semakin menangis mendengar itu. "Mama gue, Na."

Fronna mengangguk. "Gak usah dipikirin omongan orang lain. Percaya aja, mama lo gak mungkin ngelakuin itu," ucap Fronna menenangkan.

"Tapi itu udah jelas banget. Mama gue pelacur."

"Gak. Mama lo bukan pelacur," bantah Fronna. Aluna hanya terisak pilu, mengingat semua foto yang ada di mading tadi membuat hatinya begitu terluka.

"Udah ya, sekarang mending lo makan. Lo belum makan kan?" tanya Fronna. Aluna tidak menjawab, sebenarnya ia sudah makan bersama Sagara tadi.

***

Aluna berjalan pelan di koridor, semua pandangan sekarang tertuju padanya. Aluna merasa sangat risih dengan pandangan mereka, namun apa boleh buat, ia hanya bisa menunduk saja.

Aluna berjalan hingga akhirnya sekarang ia sudah berada didepan kelasnya. Aluna masuk, saat itu juga ia menghela napasnya kasar. Semua umpatan di kursinya sangat jelas tertulis. Aluna melesuri seluruh kelasnya, temen sekelasnya hanya tertawa menanggapinya sekarang.

Perlahan Aluna mengambil tisu di tasnya dan menghapus semua coretan di kursinya. Pandangannya melihat kearah samping, tidak ada Sagara, cowok itu sedang tidak ada di kelas.

"Woi anak pelacur! Mending lo keluar deh dari sekolah ini! Malu maluin sekolah kita aja lo!" sentak Fero ketua kelas mereka.

Mereka semua menyetujui ucapan cowok itu. "Lo gak malu apa orang tua lo pelacur hah! Kalo gue jadi lo mah bakal malu banget sih. Hahahahah," sambung siswi di kelas itu.

"Dia mah gak ada malunya. Dia aja jual diri ke abang gue," sahut Aletta. Cewek itu terlihat begitu cool sekarang dengan satu permen di mulutnya.

"Kelihatan sih pelacur nya. Orang mama nya aja pelacur," gelak tawa kembali memenuhi ruangan itu.

SAGARALUNAWhere stories live. Discover now