Cerita ini hanya fiktif belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun alur cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.
• • •
Teddy tersedak. "Apa? Gimana mah? Lamaran?", Teddy memukul dadanya yang terasa sakit karena tersedak.
"Maksud mamah dan papah, kalau memang serius, ayo kita ke rumahnya dan melamar Reana", suara tante Patris terdengar berhati-hati. Sementara sang suami hanya diam dan mengangguk.
Teddy tertawa dibuatnya. "Mah, ini Teddy baru beberapa bulan sama Reana", jelasnya. Dia lalu memegang kedua tangan sang ibu. "Teddy memang serius dengan Reana, mah", ujarnya. "Tapi Teddy inginnya hubungan ini dibawa santai dan tidak terburu-buru."
Tante Patris menghela nafas mendengarnya. Tapi dia tersenyum. Diulurkan tangannya untuk memegang wajah Teddy. "Yang penting, putra mamah ini bahagia."
Sang ibu terdiam lalu melanjutkan. "Tapi yaaaa kalau dua hingga tiga bulan lagi lamaran juga nggak papa dek", godanya.
Teddy tertawa kecil dan mengangguk. Semenjak perkenalannya dengan Reana, hari-hari pria itu terasa jauh lebih berwarna. Selama ini hidup Teddy hanya seputar bekerja. Namun sejak kehadiran Reana di dalam hidupnya, pria itu jadi merasakan perasaan yang sudah lama tidak ia rasakan.
Selalu ingin berada di samping gadis itu, mendengar suaranya dan melihat senyum yang terukir di wajahnya. Membayangkan Reana menyambutnya di rumah saja sudah membuat dirinya tersenyum. Apalagi membayangkan membangun keluarga dengan gadis itu.
Tapi dirinya tidak ingin terburu-buru. Dia ingin menikmati waktu berduaan dengan Reana. Biarlah semua berjalan apa adanya. Perjalanan ini masih panjang, pikir Teddy.
• • •
Sementara itu di perjalanan pulang, ibu Aira tersenyum bahagia. Reana yang sedari tadi memperhatikan ibunya, menggodanya. "Ibu, kok dari tadi senyum-senyum terus?".
Sang ibu menoleh ke arah Reana. "Kan ibu lagi happy nduk", jawabnya. Reana terkekeh.
Sesampainya di rumah, Reana dan sang ibu masuk ke dalam rumah. "Ibu duluan ya nduk", seru sang ibu sambil berlalu masuk ke dalam kamar.
Reana mengangguk dan berjalan ke dalam kamarnya. Gadis itu menyempatkan diri untuk mengabari Teddy. "Mas, aku udah di rumah. Thank youuu for tonight", tulisnya.
Reana lalu merebahkan tubuhnya di atas kasur. Hari yang panjang, pikirnya. Tak lama kemudian Teddy menelepon dirinya.
"Malam mas", sapa Reana sambil tetap rebahan di atas kasur.
"Malam sayang", suara Teddy terdengar sangat lembut. "Jadi gimana? Sudah siap untuk mas lamar dalam waktu dekat?", goda pria itu sambil terkekeh kecil.
Mendengarnya membuat Reana tertawa. "Ih mas jangan bercanda begitu", serunya.
"Hahaha.. Tapi aku nggak bercanda", jawab Teddy.
Reana tersenyum.
"Mas cuman tau satu hal.. I want to spend the rest of my life with you", lanjut Teddy. Pria itu tersenyum. Dia membayangkan seandainya saja gadis itu sedang berada di hadapannya. Teddy pasti akan memeluknya.
"Hehehe..", Reana terkekeh. "Aku juga kok mas", jawabnya.
"Kalau gitu, mas langsung lamar aja ya? Besok?", goda Teddy lagi.
"Eh siapa yaa dulu bilangnya nggak mau buru-buru?", kali ini gantian Reana yang menggoda kekasihnya. Teddy terbahak dibuatnya. Pria itu ingat betul saat pertama kali dia mengungkapkan perasaannya ke Reana. Dia tidak mau terburu-buru.

YOU ARE READING
#ReaDy for Love • Completed ✅
RomanceFreddy, seorang abdi negara yang prioritas utamanya adalah negara, kemudian bertemu dengan seorang gadis secara tidak sengaja. Ketidaksengajaan ini lalu membawa mereka ke dalam kisah yang berwarna-warni. "Jika tidak denganmu, maka tidak dengan siapa...