25.

808 166 12
                                    

Nyonya Xiao berdiri di dalam kamarnya sembari mondar mandir. Sesekali ia menyibak rambutnya dengan kedua tanganya. 

Bayang-bayangan perkataan Wang Yibo terus terlintas dalam kepalanya. Membuat hatinya terasa tak tenang. 

Wanita paruh baya itu menatap sebuah foto yang terpajang di dindingnya. Foto pernikahan dirinya dan sang suami yang telah tiada. 

"Apa aku, salah? Aku hanya ingin Zhanzhan tumbuh sepertiku. Apa aku, terlalu egois?" 

"Aku hanya merasa kesal karena Zhanzhan tidak mewarisi bakatku. Tapi, apa aku terlalu serakah?" 

Nyonya Xiao bertanya-tanya pada dirinya sendiri. Namun ia tak menemukan jawabannya. Yang ada padanya hanyalah kegelisahan saat ini. 

"Aku, harus bicara dengan Zhanzhan."  

Nyonya Xiao membulatkan tekadnya. Ia lalu turun ke lantai bawah sebentar untuk mengambil air. Ia ingin meneguk air dingin untuk menghilangkan rasa gugup dan kegelisahannya. 

Nyonya Xiao mencoba untuk menurunkan egonya. 

Saat wanita paruh baya itu selesai minum air, ia beranjak kembali. 

Namun saat ia melewati ruang tengah, matanya menatap sosok yang berjalan ke arahnya. 

Nyonya Xiao menyadari bahwa sosok tersebut adalah Xiao Zhan. 

"Zhanzhan, ayo bicara sebentar." 

Xiao Zhan yang mendengar suara itu, menghentikan langkahnya dan menoleh ke samping. Ia menatap wanita yang tak lain adalah ibunya itu dengan wajah yang datar. 

"Mama.." Nyonya Xiao mencoba untuk bicara, namun ia terlihat ragu dengan ekspresi wajahnya yang masih terlihat enggan. 

Xiao Zhan menantikan hal apa yang ingin di bicarakan oleh ibunya. 

"Mama minta maaf." Kata nyonya Xiao dengan cepat. 

Xiao Zhan mengernyit, "Kenapa Mama, minta maaf?" Pria manis itu bertanya dengan tangannya yang di kepal erat. 

"Kamu mungkin menyalahkan Mama atas semua yang yang terjadi padamu selama ini. Zhanzhan, Mama tumbuh di keluarga yang sangat keras. Setiap hari Mama terus mencoba hal-hal yang tidak Mama sukai, Mama belajar Piano setiap pagi hingga malam di saat libur, terkadang Mama pingsan karena kelelahan. Namun Mama terus berusaha, kakek dan nenekmu tidak mau  nemerima alasan apapun. Yang mereka inginkan hanyalah keberhasilan." 

Nyonya Xiao menatap Xiao Zhan sambil tersenyum samar, "Karena Mama mendapat pendidikan seperti itu, Mama pikir, kamu juga akan berhasil kalau terus mengasah kemampuanmu. Namun seperti katamu, bakat setiap orang berbeda." 

"Maaf.. Mungkin sulit bagimu untuk menerima permintaan maaf secara tiba-tiba seperti ini. Tapi Zhanzhan, Mama juga tidak tahu bagaimana harus meninggalkan kebiasaan yang sudah di tanam sejak kecil ini. Hanya, tolong beri Mama untuk memperbaiki segalanya." 

Xiao Zhan mengepal erat tangannya dengan mata yang berkaca-kaca. Ia menelan air liurnya dengan susah payah dengan hatinya yang terasa nyeri. 

"Kenapa baru sekarang, Ma?" Xiao Zhan bertanya dengan suara yang bergetar. 

"Kenapa baru di saat aku sudah merasa lelah? Aku, sangat lelah Ma. Saking lelahnya aku sampai tidak tahu harus bagaimana.. Aku lelah dengan semuanya. Aku kesepian, aku marah saat melihat Mama hanya mempedulikan Baobao."  

Xiao Zhan menyapu air matanya dengan kasar. Seluruh tubuhnya gemetar. 

"Aku belajar setiap hari.. Bahkan di saat hidungku mengeluarkan darah sekalipun, aku mengabaikannya. Aku terus belajar dan berusaha keras, sambil berharap Mama akan mengakui kemampuanku. Namun, aku tidak mendapatkannya.. Mama tetap berbalik membelakangi aku. Walaupun terkadang Mama terlihat seperti mendukungku dengan menyuruhku untuk terus mempertahankan peringkat 1 di sekolah, namun Mama sebenarnya tidak benarbenar senang, kan?" 

Accepting & Forgiving (Yizhan 🦁🐰) Where stories live. Discover now