26.

927 168 23
                                    

Wang Yibo dan Xiao Zhan masuk ke dalam bioskop. Kedua pria itu duduk di bangku barisan kedua. 

Yibo meletakan dua cup minuman di sambing kursi, sementara Xiao Zhan memegang satu cup popcorn. 

Mereka kemudian duduk dengan tenang sembari menikmati tayangan di layar lebar tersebut. 

Film yang mereka tonton saat ini bercerita tentang penyesalan seorang ibu yang telah mengabaikan anaknya. 

Xiao Zhan merasa sesak di hatinya karena entah kenapa, film yang mereka pilih secara acak untuk di tonton itu, malah menceritakan persis seperti apa yang ia rasakan.

Xiao Zhan terus mengedipkan matanya, ia mencoba menahan air matanya yang seperti akan lolos keluar jika di biarkan. 

Wang Yibo melirik pria manis itu. Ia menggengam tangan Xiao Zhan dan tersenyum kecil. 

"Tidak ada yang melihat." Bisik Yibo sambil menepuk bahunya, menyuruh Xiao Zhan untuk bersandar disana. 

Xiao Zhan tersenyum kecil dengan ekspresinya yang sendu. Ia kemudian bersandar di bahu Yibo tanpa banyak kata. 

Tangan Yibo terangkat dan mengelus rambut pria manis itu dengan tenang, sembari mata kedua orang itu fokus pada film di depan mereka. 

Akhir dari kisah di dalam film tersebut adalah, sang ibu kehilangan anaknya. 

Air mata Xiao Zhan tanpa sadar terus bercucuran, membahasi baju Wang Yibo. Namun pria manis itu sama sekali tak merasa malu dan canggung sedikitpun saat menunjukkan kesedihannya. Saat bersama Yibo, ia bisa  menunjukkan segala sisinya. Ia tak perlu menyembunyikan sisinya yang sedang sedih, terluka ataupun senang. 

Yibo sendiri tak menertawakannya atau menyuruhnya diam saat ia menangis. Justru pria Wang itu mendukung saat Xiao Zhan mengekspresikan setiap emosinya, termaksud saat ia menangis. 

Setelah film itu selesai, semua orang keluar dari bioskop. Wang Yibo membuka topinya, ia mengenakan topi tersebut di kepala Xiao Zhan tanpa bertanya. 

"Apa kamu sudah merasa baikkan sekarang?" Tanya Yibo sambil menggenggam tangan pria manis itu. 

Xiao Zhan mengangguk, "Perasaanku terasa lebih lega sekarang." Jawab Zhan sambil tersenyum lepas.

"Syukurlah. Mau pergi ke rumahku?" Ajak Yibo. 

Xiao Zhan kembali melirik Yibo. Ia berpikir sejenak, lalu mengangguk. 

"Baiklah." 

Di saat yang bersamaan di sebuah restoran mewah, tepatnya di ruangan VIP, para nyonya-nyonya yang tampak elegan, duduk dengan makanan dan gelas berisi wine di hadapan mereka. 

"Nyonya Xiao, selamat ya, putramu berhasil meraih juara 1 lagi." Kata nyonya In, memuji nyonya Xiao. 

"Terimakasih nyonya In." Jawab nyonya Xiao dengan senyum kecil. 

Beberapa nyonya lainnya saling melirik satu sama lain, seolah memberi kode di mata mereka dengan senyum yang mengejek. 

"Ah, kami dengar, putra pertamamu juara 2 lagi di perlombaan kali ini ya? Putra ku Fai, dia memenangkan lomba juara biola, lalu memenangkan lomba olimpade juga. Oh astaga, aku tidak tahu kenapa putraku harus begitu cerdas." Kata nyonya Chen, dengan senyum halus yang menyindir nyonya Xiao. Terihat jelas ejekan di mata wanita paruh baya itu. 

Nyonya Xiao menatap nyonya Chen dengan tatapan tajam. Namun ia mencoba menghilangkan rasa kesal di hatinya. 

"Benar. Putraku juga selalu berusaha keras. Tidak apa-apa untuk tidak memenangkang lomba, walau begitu dia tetap menduduki peringkat 1 di sekolahnya. Aku memutuskan untuk membebaskan putraku untuk memilih apa yang mereka sukai sesuai bakat mereka." 

Accepting & Forgiving (Yizhan 🦁🐰) Where stories live. Discover now