Alena tertawa terbahak-bahak dibalik kemudi mobil Gavriel. Ia masih tidak habis pikir dengan kejadian yang terjadi di rumah keluarga Gadis. Tak pernah Alena sangka jika Aryanti akan begitu antusias mendengarkan cerita tentang Leander dan berakhir dengan keinginannya bertemu bocah itu secepatnya.
Gavriel yang duduk di kursi penumpang depan mobil rasanya ingin melemparkan bantal leher yang ada di lehernya ini ke arah Alena andai saja perempuan itu tidak sedang menyetir.
Sejak dua jam yang lalu mereka sudah pamit dari rumah orangtua Gadis. Yang membuat Gavriel tidak enak adalah selain masalah Leander, ia yang datang ke sana bersama Alena hanya memberikan dua kotak bakpia favorit Aryanti namun pulang dengan berbagai macam oleh-oleh yang memenuhi bagasi belakang mobilnya. Mulai dari serabi notosuman, serundeng kelapa, ampyang, rambak petis hingga intip ada semua. Gavriel bahkan mendapatkan titipan khusus untuk teman-taman kantornya dari Aryanti. Ia tahu jika dulu saat Gadis kembali dari mudik, ia selalu membawa berbagai macam oleh-oleh ini untuk teman-teman kantornya. Sehingga saat Gadis sudah tidak bekerja lagi beberapa temannya rela membeli makanan-makanan ini secara online.
"Lepas banget tawa lo, Len."
"Soalnya gue puas aja gitu. Siapa sangka acara kita di Solo ini menarik banget, ya?"
"Menarik jidat lo. Gue sekarang punya PR buat ajak Lean ketemu keluarganya Gadis. Mana gue sempat disangka duda satu anak pula."
"Halah, Gav... Duda mah statusnya jelas. Lha lo? Gue yakin juga sudah enggak perjaka, tapi statusnya doang lajang di KTP."
Gavriel tertawa mendengar perkataan Alena yang blak-blakan ini. Perempuan di sebelahnya ini pantas saja tidak kunjung mendapatkan pasangan. Alena yang blak-blakan ini lebih pantas dijadikan teman bukan pasangan menurut Ragil yang kini diamini oleh Gavriel. Karena perkataan Ragil benar adanya.
"Ngaca, Len... Ngaca."
"Kalo gue ngaca tentu aja cantik. Gue yakin orang enggak percaya lihat wajah seimut dan secantik gue ini sudah mau 35 tahun."
Gavriel menggelengkan kepalanya. Memang lebih baik ia tidak meneruskan pembicaraan gila ini bersama Alena si ratu ngedrakor dan dracin di kantornya. Ia juga satu-satunya karyawan wanita di kantornya yang tidak pernah melewatkan setiap acara fanmeeting atau bahkan konser dari para artis serta idol Korea. Alena bahkan rela merogoh koceknya dalam-dalam untuk membeli hal-hal yang berbau merchandise K-pop.
Di waktu yang sama dan tempat yang berbeda, Gadis rasanya ingin mengadu kuat jidatnya dengan tembok yang ada di kamarnya. Setelah mobil Gavriel keluar dari pintu pagar rumah kedua orangtuanya, ia harus menghadapi serangan pertanyaan yang bertubi-tubi dari keluarganya. Ia kira Mama dan Papanya sudah cukup puas karena Gavriel sudah membantu menerangkan siapa Leander sebenarnya.
Diawali dari Mamanya yang menangis tersedu-sedu kala mendengar kisah tragis keluarga Elang hingga berakhir dengan senyuman kala Gadis menceritakan jika Leander akan ke Solo saat piknik warga lingkungan tempat tinggal Gavriel dua minggu lagi. Mamanya sudah mengatakan jika ia harus bertemu Leander besok saat acara piknik itu berlangsung. Tidak peduli jika Mamanya harus menyambangi ke tempat wisata pun tetap akan beliau lakukan demi bertemu 'cucu dadakan'-nya.
Tok....
Tok...
Tok....
Suara ketukan di pintu kamarnya membuat Gadis menoleh.
"Siapa?"
"Saya, Mbak. Mbak Gadis buruan turun, Mbak."
Gadis segera membuka pintu kamarnya dan ia melihat wajah asisten rumahtangganya orangtuanya yang tampak panik.
YOU ARE READING
From Bully to Love Me (Tamat)
ChickLitGadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami ketahuan berselingkuh. Alasan Pradipta yang mengatakan bahwa Gadis sangat monoton dan tidak pandai da...