130. Jangan manja ke orangtua

3.3K 465 9
                                    

Solo di pagi menjelang siang ini cukup membuat Elang merasa nyaman berada di sini. Apalagi ia sudah selesai berenang di kolam renang hotel dan kini ia sedang bersantai sambil menikmati menu sarapan pagi pesanannya. Sambil bersantai menikmati hangatnya sinar matahari pagi hari ini, ia membuka handphonenya dan melihat beberapa gambar 'aib' Gadis yang dini hari tadi ia ambil tanpa sepengetahuan Gadis sendiri. Wow... siapa sangka jika Gadis akan separah ini ketika terkena cacar air. Kini Elang mencoba untuk mengecek handphonenya. Tidak ada pesan penting kali ini. Ia beralih untuk melihat story teman-temannya. Hanya gelengan kepala yang bisa Elang lakukan karena ternyata ketiga temannya sudah membuat story yang mengatakan bahwa mereka menikmati weekend ini bersama pasangan. Di mulai dari Gavriel yang membuat story dengan memfoto Gadis yang sedang menonton televisi dari jarak jauh. Lalu ada Aditya yang memfoto keadaan basecamp pendakian gunung Sumbing sambil menambahkan caption seakan ia sedang menanti keluarga kecilnya. Elang yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepalanya. Terakhir dan yang paling mencengangkan adalah Wilson yang sedang membuat story berlibur di pantai. Tidak perlu bertanya, pasti Wilson pergi ke sana bersama Chava karena tujuannya datang ke Jogja adalah untuk menemui Chava yang sedang liburan di kota itu weekend ini.

Sebuah panggilan dari Gavriel masuk ke handphone Elang yang membuatnya mau tidak mau mengangkat panggilan itu.

"Ada apaan, Bro?"

"Kapan lo ke rumah sakit? Koper gue tolong bawain ke sini. Gue mau mandi."

"Buru-buru banget? Emang lo habis ngapain?"

"Lo pikir aja sendiri apa yang gue lakuin di RS. Buruan lo ke sini. Gue mau mandi sebelum ortunya Gadis datang."

"Sejam lagi gue sampai sana."

Elang langsung mematikan sambungan teleponnya dengan Gavriel. Ia memilih menikmati aktivitas minggu paginya terlebih dahulu sebelum mengantar koper Gavriel ke rumah sakit.

Di waktu yang sama, di kamar ruang perawatan Gadis, dokter baru saja mengecek kondisi Gadis pagi ini yang menurut dokter meskipun kelelahan akut dan hipotensi Gadis sudah membaik, namun untuk cacar airnya masih membutuhkan waktu beberapa hari. Apalagi keinginan Aryanti yang menginginkan Gadis baru keluar dari rumah sakit saat kondisi cacar airnya sudah mengering dan hampir sembuh. Meskipun ini terdnegar keterlaluan namun Gadis tidak bisa menolak pilihan Mamanya itu.

Setelah dokter dan perawat itu keluar dari kamar perawatan ini, Gavriel segera membuka menu sarapan pagi yang membuat Gadis menggelengkan kepalanya.

"Kamu aja yang makan, Gav."

"Kok gitu? Ini dibuat berdasarkan kebutuhan gizi harian kamu sama ahli gizi di RS lho, Dis."

"Tahu, tapi aku akan lebih berterimakasih ke kamu kalo kamu beliin bubur ayam aja pagi ini. Kayanya itu jauh lebih baik daripada sarapan pakai menu labu siam ini."

"Kamu masih enggak doyan makan ini sampai sekarang?" tanya Gavriel untuk memastikan kabar burung yang beredar di kantornya dulu jika Gadis tidak suka menu olahan yang berasal dari labu siam.

"Iya, masih enggak doyan. Maka dari itu kamu aja yang makan biar enggak mubazir. Lagipula sejak opname, setiap pagi Papa beliin aku bubur ayam di bawah."

Gavriel menghela napas panjang. Ia perhatikan Gadis yang meskipun awalnya ia anggap dewasa, nyatanya tetaplah seperti anak bungsu dan terlihat bahwa sejak kecil ia terbiasa dilayani oleh orang-orang sekitarnya.

"Dis...."

"Hmm...."

"Boleh enggak aku minta sesuatu sama kamu?"

Reflek, Gadis langsung menutup bibirnya dengan kedua tangan. "Jangan minta yang aneh-aneh."

"Iya, enggak aneh-aneh. Enggak usah ditutup bibirnya. Aku enggak minta dicium juga."

From Bully to Love Me (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang