Pukul dua belas malam Gadis sudah sampai di stasiun Balapan untuk menunggu kereta Turangga yang akan membawanya menuju ke Surabaya. Jam keberangkatan masih satu jam lagi. Sengaja Gadis mengambil kereta malam agar pagi hari pukul empat dirinya telah sampai di Stasiun Gubeng. Tentu saja pilihan Gadis kali ini adalah menginap di hotel yang ada di sekitaran stasiun Gubeng saja. Toh pagi hari ia juga harus menjemput Gavriel dan teman-temannya di Bandara. Ada rasa syukur di dalam diri Gadis karena selama tinggal di Surabaya, ia juga memiliki teman meskipun tidak banyak dan terlalu dekat.
Sambil menunggu kereta datang, Gadis mencoba membuka gadget miliknya untuk mengecek data-data yang sudah diemail Papanya untuk dirinya. Meskipun ia akan melakukan travelling bulan depan, orangtuanya tetap memintanya ikut membantu pekerjaan mereka. Karena dirinya juga membutuhkan penghasilan, Gadis mencoba menerima pekerjaan itu. Gadis benar-benar larut dalam laporan keuangan yang dikirimkan Papanya kepadanya hingga suara informasi bahwa kereta Turangga akan segera datang membuatnya mengakhiri apa yang sedang ia kerjakan.
Baru setelah masuk ke dalam gerbong peumpang, Gadis segera mencari tempat duduk sesuai tiket yang ia miliki. Waktu sekitar tiga jam sepertinya cukup untuk dirinya tidur dengan pulas tanpa gangguan. Terlebih kursi di sebelahnya juga kosong tak ada yang menempati. Baru juga Gadis memejamkan mata, suara notifikasi dari handphonenya membuat Gadis membuka matanya kembali dan mengecek siapa yang mengirimkan pesan kepadanya tengah malam begini. Ternyata sebuah pesan dari Alena. Gadis yakin perempuan itu sedang begadang di depan laptop atau televisi rumahnya untuk menyaksikan drama korea favoritnya. Segera saja Gadis membukanya.
Alena : Dis... lo beneran menjalankan rencana gila lo buat ke Surabaya weekend ini?
Gadis tersenyum ketika Alena masih saja memastikan hal ini meskipun jelas-jelas dirinya menolak untuk menemaninya ke Surabaya.
Gadis : Iya. Gue jadi ke Surabaya malam ini.
Alena : Sama siapa lo ke sana? Jangan bilang lo nekat ke sana sendirian.
Gadis : Sekarang gue berangkat sendiri, tapi besok pagi Gavriel sama teman-temannya nyusul gue ke Surabaya. Habis dari Surabaya kita mau ke Bali.
Alena : Astaga, Gadis....
Gadis : Why?
Alena : Pakai tanya lagi, ya jelas aja gue kaget. Lo cewek sendiri dan mau pergi sama empat laki-laki yang selalu bisa bikin celana dalam wanita kebakaran itu ke Bali. Salut gue sama lo, Dis. Belum genap satu minggu menjanda, lo sudah berhasil menembus circle pertemanan Gavriel yang bikin banyak perempuan di kantor kalo tahu hal ini pasti ngiri bukan main.
Gadis : Gue merasa teman-teman Gavriel baik dan unik. Mereka enggak ada yang kurangajar ke gue. Lagipula mereka kayanya sudah punya tambatan hati masing-masing.
Alena : Semoga aja gue enggak dengar kabar kalo lo habis di gangbang setelah malam ini.
Gadis : ALENA... SETAN LO!
Alena : wkwkwk...
Gadis memilih mematikan handphonenya dan ia kembali melanjutkan acara tidurnya yang terganggu karena pesan dari Alena yang benar-benar unfaedah.
Suara dari speeker yang memberikan informasi bahwa sebentar lagi kereta akan tiba di stasiun Gubeng membuat Gadis membuka matanya. Pelan-pelan ia menoleh dan dirinya cukup terkejut karena kursi kosong di sampingnya sudah berpenghuni. Entah kapan ada penumpang lain yang duduk di sampingnya namun ia tidak menyadarinya. Sepertinya ia tidur terlalu nyaman sepanjang perjalanan ini. Pelan-pelan Gadis membangunkan wanita paruh baya itu karena kakinya itu telah menghalangi jalan.
YOU ARE READING
From Bully to Love Me (Tamat)
ChickLitGadis Sekarwangi, tidak pernah menyangka jika rumahtangga yang ia bangun bersama suaminya, Pradipta harus berakhir ditengah jalan karena sang suami ketahuan berselingkuh. Alasan Pradipta yang mengatakan bahwa Gadis sangat monoton dan tidak pandai da...