159. Good Bye, Dad

2.8K 392 3
                                    

Setelah menempuh perjalanan sekitar 10 menitan dari hotel tempat Gavriel menginap, akhirnya kini Gadis dan Gavriel tiba di sebuah rumah dua lantai yang memiliki halaman cukup luas. Saat sampai di tempat ini, Gadis bisa melihat ekspresi wajah Gavriel yang tampak sedikit sedih. Tanpa bertanya tentang apa yang terjadi di masa lalu, Gadis memilih menggandeng tangan Gavriel.

"Gav, kalo kamu enggak siap, lebih baik kita tunda saja kedatangan kita ke sini."

Gavriel menggelengkan kepalanya. "Enggak, Dis. Kalo bukan sekarang mau kapan lagi kita ke sini?"

Gadis diam memandang Gavriel sampai akhirnya Gavriel yang mengajak Gadis untuk melangkah memasuki halaman rumah ini. Kala sudah sampai di depan pintu utama rumah, Gavriel segera membunyikan bel. Beberapa saat menunggu hingga akhirnya pintu itu dibuka oleh Emma.

Layaknya orang bertamu, Gavriel mengucapkan salam dan mengatakan tujuannya datang ke rumah ini. Saat Emma mempersilahkan Gavriel serta Gadis memasuki rumah ini, Gadis bisa merasakan remasan tangan Gavriel pada tangan mereka yang sedang tertaut semakin kuat hingga Gadis mendongak untuk melihat wajah Gavriel yang tetap fokus menatap ke arah depan.

Kini Gadis baru bisa menyadari jika apa yang terjadi kepada Gavriel saat memasuki rumah ini kemungkinan karena rumah ini mengingatkan Gavriel akan masa kecilnya. Saat duduk di sofa ruang tamu, Gadis bisa melihat banyak sekali foto-foto masa kecil Gavriel dan Ella saat bersama Damian. Mata Gadis berhenti cukup lama untuk memperhatikan sebuah foto kecil yang ada di bingkai warna coklat yang terbuat dari kayu. Di sana terdapat foto keluarga Gavriel lengkap tidak hanya bersama Damian namun juga Nayunda. Hanya dengan memperhatikan foto itu saja setetes air mata turun membasahi pipi Gadis. Cepat-cepat Gadis mengusapnya dengan tangan. Jangan sampai Gavriel mengetahui hal ini.

Demi apapun juga, Gadis tak pernah mengira jika keluarga yang tampak harmonis seperti ini pada akhirnya justru harus bercerai berai. Ibu tinggal di Hongkong, Ayah di Hawaii, sedangkan kedua anaknya berada di Indonesia. Itupun tidak tinggal di kota yang sama. Sumpah, jika menjadi Gavriel, Gadis tidak tahu akan sehampa apa hidupnya tanpa kehadiran keluarga terlebih di hari-hari libur panjang. 

Saat Damian menghampiri Gadis dan Gavriel di ruang tamu, sontak saja Gadis mengakhiri penjelajahan kedua matanya untuk menyusuri apa saja yang ada di tempat ini. Gadis langsung berdiri dan ikut menyalami Damian.

Saat Emma mengajaknya untuk membantunya memasak di dapur, Gadis tahu jika sebenarnya ini adalah cara Emma untuk memberikan waktu Gavriel berdua saja bersama Ayahnya.

Gadis kira rumah ini cukup kecil sehingga ia bisa mendengarkan apa yang sedang dibicarakan Damian bersama Gavriel tapi tebakannya ternyata salah. Di dapur ini nyatanya cukup jauh dari ruang tamu dan untuk pertama kalinya Gadis melihat dapur rumah pribadi yang selengkap ini.

"Jangan kaget lihat dapur ini yang terlalu lengkap untuk ukuran rumah pribadi, karena pemilik rumah ini adalah seorang chef."

Gadis hanya tersenyum saja. Sepertinya pertanyaan yang menggelayuti kepalanya benar-benar bisa terbaca di atas kepalanya. Kini lebih baik ia diam dan lebih banyak membantu pekerjaan Emma saja untuk memasak sarapan pagi.

Di waktu yang sama di ruang tamu rumah Damian, Gavriel sedang berusaha untuk tidak meledak dengan keputusan Damian yang menyembunyikan penyakitanya dari dirinya dan Ella.

"Aku akan kembali ke Indonesia siang ini, Dad," ucap Gavriel setelah beberapa saat ia dan Damian sama-sama terdiam.

"Apa kamu tidak ingin mengundur waktu kepulangan kamu dan menemani Daddy beberapa hari lagi dengan tinggal di sini?"

Gavriel menggelengkan kepalanya dan kini ia mencoba fokus menatap Damian yang duduk di hadapannya. "Perkataan Daddy barusan ini berbeda seratus delapan puluh derajat dengan tindakan yang Daddy lakukan."

From Bully to Love Me (Tamat)Where stories live. Discover now