Chapter 4 - Terbelenggu

21 3 2
                                    

"Gue juga manusia, gue punya hati, Ga. Tapi, orang-orang yang nggak punya hati seperti kalian datang dan mengacaukan semuanya."

~ Tarunika Mega Tara ~

Tarunika melahap suapan terakhir sarapannya. Ia tidak akan pernah melewatkan sarapan pagi. Meskipun terburu-buru ia akan tetap mengisi perutnya. Namun, hari ini ia bangun lebih awal. Jadi, dia memiliki waktu santai untuk sarapan dan perjalanan ke kampus. Tarunika hanya memiliki satu kelas hari ini, lalu setelah itu ia akan berkumpul dengan tim pementasannya untuk berlatih.

Ia menyudahi sarapannya. Bergerak keluar dari unit apartemennya. Ketika Tarunika sudah berada di lobi, langkahnya terhenti. Ingin berbalik arah, tetapi laki-laki itu lebih dulu menarik tangan Tarunika.

"Tar, lo nggak pernah balas chat gue lagi?" tanya Raga setelah berhasil menghalangi langkah Tarunika. Laki-laki itu mengenakan baju rapi.

"Lo nggapain di sini?" tanya Tarunika tidak suka.

"Ketemu lo." Raga kembali berbicara. "Lo uda ketemu sama Dhara, ya? Dia bilang apa ke lo?"

Tarunika menatapnya tajam. "Gue buru-buru, ada kelas. Minggir."

"Yaudah selesai kelas gue temuin lagi, ya?" pinta Raga.

"Apa, sih?" Tarunika semakin tidak suka. "Gue ada latihan."

"Yaudah, selesai latihan," kata Raga. Ia menghela napas sebelum kembali berbicara.  "Tar, kita harus bicara. Gue mau menjelaskan sesuatu."

Tarunika terdiam sejenak. Mengalihkan pandangannya sebelum menatap tajam Raga di depannya. Laki-laki itu tinggi sekali sehingga Tarunika harus mendongak. Tarunika menarik dalam napasnya. 

"Ga, ternyata lo sama Argha itu sama aja," ucap Tarunika membuat Raga terdiam. "Sama-sama pembohong."

Raga bergeming. Dan kesempatan itu digunakan Tarunika untuk melangkah pergi. Kehadirannya benar-benar mengganggu pagi Tarunika. Entah apa yang akan dijelaskan oleh Raga. Apa pun itu, tetap saja dia berbohong. Dan Tarunika tidak menyukai itu.

Dari sekian lamanya Argha berbohong, tega sekali Raga tidak memberitahu sedikit pun kebenaran pada Tarunika. Tarunika tidak habis pikir oleh orang-orang seperti mereka. Jika Tarunika memikirkannya, jelas akan mempengaruhi hati dan perasaannya dalam sehari ini. Maka, ia memilih untuk mengacuhkannya. Ia akan mengikuti kelas dan latihan drama dengan benar hari ini.

Namun, Raga tidak membiarkan ketenangan itu. Ia terus menelpon Tarunika. Sampai-sampai ia harus senyapkan ponselnya karena benar-benar menganggu.

"Hp lo bunyi terus, Tar," ucap Amara saat mereka sedang latihan drama.

"Adik sepupu gue lagi iseng," jawabnya berbohong.

Di perjalanan pulang, Tarunika membuka lagi ponselnya. Benar-benar dipenuhi oleh penggilan Raga. Tarunika masih mengabaikannya. Ia menoleh ke arah jendela. Melihat lampu-lampu jalanan yang mulai berpendar. Duduk melamun di dalam bus adalah kebiasaan Tarunika. Lalu, terkadang dia akan tertawa sendiri melihat tingkah manusia di jalanan yang kadang lucu baginya.

Ketika sampai di halte, ia bergerak turun. Benar-benar sudah petang. Ia berjalan untuk menuju apartemennya. Langkahnya santai sambil menikmati malam. Kepalanya mendongak, dan tepat setelah itu langkahnya terhenti. Dengan jarak yang tidak jauh ia melihat Raga berdiri menatap ke arahnya. Tarunika hanya menghela napas lelah. Dan kini, mereka berakhir duduk di café di sekitar apartemen Tarunika.

Setelah minuman mereka diantar, Tarunika mengatakan, "Gue nggak punya banyak waktu. Langsung aja."

"Gue tahu, lo pasti udah dikasih tau sama Dhara," kata Raga terjeda, lalu kembali berkata, "tentang Argha."

Mari Saling BerterimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang