Chapter 7 - Tiba-tiba Hadir

17 2 2
                                    

"Aku langsung ke WA aja, soalnya mau lebih dekat."

~ Baskara Aji Sukma ~

Sejak satu minggu terakhir ini pikiran Tarunika sangat kacau. Setelah bangun tidur ia akan merenung beberapa saat, meneliti sekitarnya memastikan bahwa ia aman. Ia juga sering tidak fokus ketika berbicara melalui telepon dengan Mamanya. Bahkan Mama sempat bertanya keadaannya. Tarunika hanya menjawab bahwa ia kelelahan karena tugas dan organisasinya. Padahal ia sudah berusaha menghilangkan semua pikiran buruk. Namun, tetap saja, ia akan gelisah tanpa sebab.

Oleh karena itu, ia bangun pagi hari ini untuk olahraga. Tarunika sadar ia malas-malasan sekali berolahraga. Mungkin dengan berolahraga pikirannya kembali pulih. Ia juga tidak sendiri. Ia mengajak Dhara untuk joging bersama di salah satu taman. Jaraknya tidak jauh dari apartemennya.

"Lama banget nggak menghirup udara segar gini," kata Tarunika. Ia mencari keberadaan Dhara yang katanya sudah datang lebih dulu. Tak lama ia menemukannya.

"Tumben banget datang duluan," seru Tarunika.

"Loh, jangan salah, Mbak. Gue ini semangat poll kalo joging." Ia membanggakan diri. Tarunika hanya mengangguk saja.

Mereka mulai berlari. Tarunika akui, Dhara keren sekali bahkan sudah tiga puluh menit ia masih tetap semangat. Sementara Tarunika sudah engap. Kelihatan sekali kalau Tarunika tidak pernah berolahraga. Ketika Tarunika memelankan kecepatan larinya, Dhara akan mencibir sambil tertawa. Lalu, Tarunika akan mempercepat larinya.

Ketika mereka berlari dengan jarak yang berdampingan—lebih tepatnya karena Dhara yang menyeimbangkan kecepatan lari Tarunika, Tarunika bertanya. "Lo ke sini sendirian?"

"Iya lah, masa sama Mas Baskara?"

Tarunika memutar matanya. "Gue nggak bilang gitu, ya."

"Ciee udah mulai tanya-tanya penasaran nih."

Tarunika mendorong pundak Dhara karena tidak terima. Namun, tetap saja Dhara menggodanya. Lalu, karena sebal Tarunika berlari lebih dulu.

"Ketauan banget saltingnya." Dhara tertawa.

Saat ini mereka duduk di kursi kayu panjang di bawah pohon. Baru saja Dhara datang sambil membawakan minuman untuk Tarunika. Gadis itu menahan tawanya melihat Tarunika yang masih kelelahan. Dhara menutup kembali minumannya.

"Mbak."

Tarunika menoleh, menunggu Dhara kembali bersuara.

"Kemarin Argha hubungi gue lagi."

Tarunika menegakkan tubuhnya. "Oh, iya?"

Dhara mengangguk. "Dia maki-maki gue, bilang kalau gue nggak seharunya membongkar semua aibnya."

"Nggak pernah berubah," gumam Tarunika. Ia menarik napas sebelum kembali berkata, "akhir-akhir ini dia juga melakuakn hal yang sama ke gue."

"Sumpah?" Dhara memutar tubuhnya hingga benar-benar menghadap Tarunika.

Tarunika mengambil ponselnya di saku. Ia memperlihatkan email yang dikirim oleh Argha. Ponselnya sudah berada di tangan Dhara, gadis itu membacanya. Tentu saja sambil menunjukkan raut wajah yang jijik dan geli.

"Dia juga mengirimkan kotak hitam yang isinya surat di depan apartemen gue. Dia berniat mengganggu." Tarunika menceritakannya.

"Astagaa, berarti dia ada di sekitar lo, Mbak?"

Tarunika mengangkat bahunya.

"Dia tuh nekat banget, hati-hati, ya, Mbak." Dhara melihat kegelisahan Tarunika. "Gue nggak nakut-nakutin, ya. Cuma waspada aja."

Mari Saling BerterimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang