Chapter 9 - Bersemu

18 3 0
                                    

"Itu tadi suka ngobrol, kalau suka orangnya kapan?"

~ Baskara Aji Sukma ~

Malam itu, Tarunika tidak tahu harus berbuat apa. Ia membalas pesan Baskara dan menceritakan semuanya. Laki-laki itu mengatakan untuk memastikan melalui CCTV di koridor apartemennya. Namun, sebenarnya CCTV di koridor apartemennya memang rusak sejak lama dan belum sempat diganti. Tarunika akan mengurusnya setelah ini. Tarunika sangat berterima kasih dengan Baskara malam itu yang mengalihkan ketakutannya. Ia bisa kembali tidur dengan tenang.

Keesokan harinya Tarunika menemui manager apartemen. Dan semuanya akan dipastikan aman. Tarunika sedikit lega. Karena hari ini Tarunika tidak memiliki kegiatan apa-apa, ia melangkah keluar menuju taman apartemen.

Ia hanya mengenakan baju santai. Celana dan sweater rajut oversize. Di taman itu tidak ramai karena hari kerja. Biasanya pada hari libur akan ramai karena banyak orang yang akan joging atau anak-anak kecil yang sedang bermain. Tarunika memilih untuk duduk di ayunan. Biasanya ia harus berebut dengan anak-anak kecil, tetepi ia bisa duduk dengan tenang di ayunan itu. Ia mulai bergerak mengayunkan, tidak kencang, tetapi masih terayun pelan.

Tatapannya menerawang jauh. Berkali-kali menghela napasnya. Sebenarnya Tarunika hanya membutuhkan peralihan saja. Seperti menyibukkan diri. Namun, ia terkadang juga lelah seperti itu. Adakalanya ingin berdiam diri tanpa melakukan apa pun. Kekosongannya beradu dengan angan-angan. Lalu, membiarkan yang semu kian mengabu.

"Tarunika?"

Semula mata basah Tarunika terpejam, kini terbuka karena suara berat itu terdengar. Seolah panggilannya tidak ingin Tarunika berlarut pada kepelikkan. Ia menoleh ke samping. Menemukan tatap itu secara langsung.

Teduh. Meskipun sinar matahari menerpa wajahnya. Parasnya semakin terlihat menarik. Tarunika mengerjap. Ia terlihat kebingungan.

"Mas, ada perlu apa di sini?" tanya Tarunika setelah melihat di belakang laki-laki itu, tetapi ia hanya seorang diri. "Sendirian aja?" lanjutnya.

"Tadi sama Dhara, sih, sebenarnya. Tapi, dia ada urusan mendadak. Jadi, titip salam aja," jelas Baskara. "Kami ke sini mau memastikan kalau apartemen kamu aman."

Tarunika mengangguk. "Oh, iya, sudah, Mas."

"Syukurlah."

Mereka sama-sama canggung. Ini pertama kali mereka bertemu. Mendadak Tarunika menjadi bodoh, tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan, ia masih duduk di ayunan karena terlalu bingung.

"Boleh ikut duduk di ayunan sebelah?" tanya Baskara yang membuat Tarunika sedikit bersyukur karena memulai berbicara terlebih dulu.

Tarunika menoleh ayunan di sebelahnya. "Ah, iya, Mas, duduk aja." Ia tersenyum.

"Apartemen di sini enak juga, ya?"

Tarunika tersenyum. "Itu agak berlebihan, sih, Mas. Padahal ini apartemen nggak mewah sama sekali."

"Udah oke, kok." Baskara melihat di sekitarnya. "Sejak awal di sini, ya, memang?"

"Dulu sempet ngontrak, Mas. Tapi nggak suka lingkungannya." Tarunika mengangkat bahunya.

"Sering melamun di sini, ya?" Laki-laki itu bertanya, tetapi Tarunika tahu ia sedang bercanda. Tarunika hanya menjawab dengan kekehan saja.

"Mas Baskara liburnya sampai kapan, Mas?" Tarunika menanyakan topik yang lain.

"Akhir bulan, Dek," jawabnya. "Setelah ini baru Latsitardanus."

Tarunika menyatukan alisnya. "Apa itu, Mas? Latsi...."

Mari Saling BerterimaWhere stories live. Discover now