Chapter 6 - Risau

20 2 2
                                    

"Ternyata jauh dari kamu tidak semudah yang aku bayangkan. Aku masih mencintai kamu."

~ Argha Dipta ~

Pagi ini Tarunika tidak ada kelas, tetapi ia memiliki janji untuk bertemu dengan tim tata panggung untuk pementasan drama yang akan berlangsung beberapa minggu lagi. Ia keluar dari unit apartemannya. Tarunika berjalan santai. Entah perasannnya sendiri atau bagaimana, tetapi setelah ia mendapatkan email Argha dan seseorang yang mengetuk pintunya waktu itu membuatnya menjadi was-was. Tarunika mengaitkan ketukan pintu dengan email Argha.

Ketika ia berjalan sendirian, ia akan menoleh ke sekitarnya. Namun, ia berusaha menghilangkan pikiran buruknya. Ia berjalan menuju lobi, ia mengangkat ponselnya ke telinga untuk menghubungi seseorang.

"Halo, Liora?" sapa Tarunika sambil terus berjalan. "Gue udah kirimkan alamatnya, tolong temenin gue buat ketemu sama tim tata panggungnya, ya? Bisa kan?"

Tarunika mengangguk, mendengar jawaban dari seberang sana. "Lo bisa bantu menambahi apa yang kurang nanti."

Langkah kakinya terhenti. Membelokkan tubuhnya di balik pilar. Ia tampak cemas. "Lio, lo bisa datang lebih dulu, nggak? Kayaknya gue bakal telat."

Liora menyetujui. Setelah itu telepon itu diakhiri. Tarunika kembali melihat di seseorang depan lobi. Ada Raga di sana. Ternyata laki-laki itu masih berusaha menemuinya untuk meminta maaf. Tarunika malas sekali bertemu dengannya.

Ponselnya berdering. Melihat nama Raga di sana. Seperti biasa, Tarunika hanya melihat panggilan itu tanpa berniat menjawabanya. Ia melihat Raga masih bertahan untuk mencoba menghubunginya. Dari kejauhan, Tarunika melihat wajah Raa yang tampak kesal. Namun, Tarunika tidak peduli. Ia tidak akan pernah membalas atau menemui laki-laki itu.

Lama-lama Tarunika merasa capek juga mengintip di balik pilar. Sudah hampir sepuluh menit, dan raga masih belum pergi juga dari sana. Tarunika melihat ponselnya sebentar, lalu ketika ia melihat ke arah Raga, laki-laki itu sudah menghilang. Tarunika bernapas lega. Akhirya, ia keluar dari persembunyiannya. Lalu, dengan cepat meninggalkan tempat itu.

***

"Oke, jadi tim kami sudah melakukan survei tempat pentasnya. Membutuhkan empat sampai lima backdrop, kemudian ada empat wing, dan kami juga menyiapkan kebutuhkan untuk lighting," ucap Rendi sebagai tim tata panggung yang kelompok Tarunika sewa. "Oh iya, nanti lantainya juga akan kamu pasang vinyl."

Tarunika sudah duduk di hadapannya bersama Liora.

"Mungkin ada tambahan khusus untuk warna lampunya?" tanya Rendi.

"Kami butuh warna merah, biru, dan kuning." Tarunika menoleh ke Liora. "Apa lagi, ya?"

"Itu sudah cukup, sih." Liora menyetujui.

"Baik. Oh iya, kami juga harus mengetahui properti apa saja yang ada di setiap scene. Bisa dijelaskan?"

Tepat setelah itu, ponsel Tarunika berbunyi. Fokusnya terpecah. Jadi, ia meminta Liora untuk menjelaskan. Ia melihat ponselnya. Ada pesan dari Raga. Tanpa membaca, ia malah menelungkupkan ponselnya.

"Oke, sudah cukup jelas. Tim kami akan memasang satu hari sebelum pementasan. Semoga berjalan lancar hingga hari H," ucap Rendi mengakhiri meeting itu.

"Terima kasih, Mas," ucap Tarunika dan Liora.

Saat Rendi meninggalkan meja meeting, Liora menghadap Tarunika. "Tar, gue deg degan banget. Ini pertama kali gue jadi sutradara. Gue takut kalo pas pementasan ada apa-apa gimana?"

Mari Saling BerterimaWhere stories live. Discover now