Chapter 16 - Penengang

15 3 2
                                    

"Udah, makanya video call bocilku."

~ Baskara Aji Sukma ~

Dengan tubuh yang gemetaran, Tarunika tetap mempertahankan dirinya untuk bisa berdiri. Tubunya terasa lemas sekali, hanya karena menhadapi seorang Argha. Tarunika merasa laki-laki itu bukanlah Argha yang dulu bersamanya. Ia benar-benar sudah berbeda. Atau memang Argha yang baru menunjukkan sifat aslinya saja. Jantungnya terasa mau copot, bulu kuduknya berdiri ketika Argha mendekatkan bibirnya di samping telinganya. 

"Gimana, balikan aja?" Argha menjeda ucapannya. "Lagian aku tahu kamu masih cinta sama aku, kan? Tar, kamu itu nggak cocok sama Baskara. Kamu cocoknya sama aku. Ngaku aja, deh, kamu deket sama Baskara karena kamu nggak bisa lupain aku, kan?"

Tarunika hanya diam, ia bungkam entah mengapa. Jadi, Argha menjauhkan tubuhnya untuk kembali menatap Tarunika. Ia tersenyum ketika melihat wajah Tarunika yang menatapnya penuh kebencian. 

"Ingat, ya, Tarunika. Aku nggak akan diam aja. Aku akan terus ganggu kamu. Sampai kapan pun. Tunggu aja kejutan-kejutan yang lain," ancam Argha. Laki-laki itu melangkah ke belakang hingga bergerak menjauh dan meninggalkan Tarunika dengan kekosongannya.

Tarunika menunduk, menghela napas lelah. Pundaknya meluruh. Tiba-tiba saja matanya meneteskan air mata. Tarunika merasakan ponselnya bergetar, ketika ia melihat ada panggilan dari Baskara. Ia hanya melihat saja tanpa menjawab panggilan. Kakinya melangkah meninggalkan tempat menyesakkan itu. Ia berjalan sendirian hingga saat ini berada di trotoar. 

Angin malam menerpanya, tetapi tidak berhasil mengeringkan air mata yang meluruh. Tarunika berjalan menuju halte sebelumnya. Suara guntur menghentikan langkahnya. Ia mendongak, menatap gelapnya langit. Ternyata hujan akan menemani langkahnya malam ini. Saat air hujan mulai luruh, ia tetap saja berjalan. Tidak berteduh. Hujan semakin deras, dan Tarunika tidak ada sedikitpun niat untuk berlari. Ia semakin menangis.

Setelah tiba di halte, ia berteduh di sana. Tidak ada satu pun orang. Hanya dirinya sendiri. Duduk melamun sambil menyandarkan kepalanya pada tiang penyangga. Tarunika mulai bernapas dengan mulutnya karena hidungnya tersumbat. Dingin sekali, tetapi ia tidak peduli. Hampir tiga puluh menit dan hujan masih mengguyur, tetapi tidak ada bus yang lewat. Tiba-tiba ada mobil yang berhenti di depan halte. Tarunika menegakkan tubuhnya.

Ada Raga yang keluar dari dalam sambil membawa payung. Ia sedikit berlari mendekati Tarunika. "Tarunika?"

"Ngapain?"

"Jemput lo," jawab Raga. "Gue disuruh Mas Baskara."

"Kenapa Mas Baskara?"

"Masuk dulu di dalam mobil. Gue jelasin."

Tarunika Ragu. Namun, tubuhnya sdah terasa kebas karena kedinginan sejak tadi. Jadi, ia mengikuti ucapan Raga. Setelah di dalam mobil, Raga yang berbicara dulu. "Gue udah kerja sama Mas Baskara. Beberapa hari yang lalu sebelum dia berangkat ke Sumbar. Dan tadi ini dia minta tolong buat jemput lo di halte deket kampus."

Tarunika diam saja mendengarkan cerita Raga.

"Lo gila apa, Tar? Ngapain nunggu bus sampe hujan-hujan gitu? Kan bisa pakai taxi online, sih." Raga beberapa kali menoleh ke arah Tarunika. Gadis itu masih diam saja menyandarkan kepalanya. 

"Basah kuyup gitu." Ia meraih tisu dan memberikannya pada Tarunika. "lap pakai tisu itu muka lo, tangan, kaki, biar nggak basah-basah banget."

Tarunika berbisik, "makasih." Ia mengambil beberapa tisu untuk wajahnya.

Raga terdiam bebeapa saat. "Lo nggak papa, Tar?"

Tarunika diam saja hingga mereka sampai di apartemen. Ia melepas seatbelt, menoleh pada Raga. "Jangan bilang Mas Baskara. Bilang aja kalau gue uda pulang dari tadi."

Mari Saling BerterimaDove le storie prendono vita. Scoprilo ora