Chapter 10 - Sandykala

19 2 4
                                    

"Thanks, Mas Baskara."

~ Tarunika Mega Tara ~

Setelah hampir setengah hari di persewaan sepeda, mengelilingi taman, bahkan hanya duduk di tepi danau ternyata benar-benar tidak terasa bagi Baskara. Hampir seharian pula ia bersama seorang gadis yang baru ia kenali akhir-akhir ini. Baskara rasa tidak terlalu buruk jika membayangkan dekat dengan seseorang selain sahabat dan keluarganya. Bahkan, dalam waktu yang tidak lama ia bisa banyak berbicara dengan Tarunika. Baskara mengakui pula bahwa dirinya bukan orang yang banyak bicara pada orang baru. Meskipun sedikit berusaha keras untuk mempunyai topik pembicaraan, ia bisa melakukannya. Dan ia rasa, respon Tarunika juga membantunya. Gadis itu memberikan respon yang baik. Ia banyak bertanya ini dan itu.

Baskara tertawa diam-diam ketika Tarunika menanyakan hal yang terkesan polos, seperti, "Gimana rasanya jadi TNI, Mas?" atau, "TNI itu takutnya sama apa, Mas?". Saat mendengarkan pertanyaan itu, Baskara menahan diri untuk tidak mencubit pipi gadis itu.

Sebelum keluar dari persewaan sepeda, mereka singgah juga di café outdoor yang ada di tempat itu. Dan tepat pada sore hari mereka keluar dari sana. Mereka juga sempat berfoto. Tarunika menagih ucapan Baskara ketika bersepeda tadi. Laki-laki itu akan membawanya ke tempat yang lebih indah. Selama perjalanan Baskara tidak memberitahu.

"Mas, aku nggak perlu takut bakal diculik, kan?" tanya Tarunika sambil menyandarkan tubuhnya di sandaran kursi mobil. Ia sangat kenyang sekali. "Masa iya calon TNI mau menculik calon rakyatnya."

"Ini dari tadi pagi kan sudah menculik kamu," jawab Baskara sambil fokus ke depan.

Tarunika menoleh. Ia tersenyum saja. "Eh, puter musik, nggak, sih, Mas?" Ia menegakkan tubuhnya.

"Boleh." Tangan Baskara terulur menyalakan musik. Terdengar lagu fly me to the moon. Lagu itu mengalun memenuhi ruang di antara Baskara dan Tarunika. Dan tanpa sengaja mereka bersama melantunkan liriknya. Sadar keduanya membuat saling tatap, lalu tertawa.

Tidak lama setelah melewati empat hingga lima lagu, Baskara menepikan mobilnya. Setelah terparkir, Tarunika adalah yang pertama kali turun. Ia mengagumi pantai itu. Tidak seperti pantai yang ada di kota asalnya. Pantai yang ada di depan mantanya saat ini benar-benar bersih. Dan di ujung sana ada dermaga. Dermaga itu yang menarik perhatian Tarunika.

"Gimana? Bagus, nggak?" tanya Baskara ketika sudah di samping Tarunika.

Tarunika mengangguk, menatap Baskara. "Ini bagus banget, Mas." Ia menunjuk dermaga. "Aku pengen ke sana."

"Ayo."

Dermaga yang benar-benar indah seperti melambaikan tangan pada Tarunika dan Baskara yang sudah berada di atasnya. Dermaga itu seperti bentuk huruf T, di tepi dermaga itu ada pembatas seperti pagar dan tiang lampu. Warna putih yang menambah kesan bersih.

Angin laut mulai menyapa. Mengibaskan rambut Tarunika yang panjang. Gadis itu mengambil ponselnya. Membuka kamera, mengambil beberapa gambar dan video. Hingga ia tidak sadar meninggalkan Baskara. Laki-laki itu tidak memperhatikan sekitarnya. Yang lebih menarik adalah gadis yang tengah sibuk mengambil foto.

Baskara juga membuka kameranya. Ia mengambil foto Tarunika diam-diam. Beberapa kali dengan gaya yang berbeda. Baskara melihat hasilnya. Ia tersenyum.

"Mas!" teriak Tarunika yang sudah berjarak jauh dari Baskara. Ia melambaikan tangannya, meminta Baskara mendekat.

Baskara berjalan mendekat.

"Kayaknya ini bakal jadi tempat favoritku deh, Mas. Bagus banget di sini."

"Tadi pas di tempat persewaan sepeda kamu juga mengatakan kalimat yang sama."

Tarunika menggeleng. "Ini yang lebih favorit, Mas." Mereka berada di tepi dermaga sambil memegang pembatas tepian. Tarunika menunjuk hamparan laut yang luas. "Liat, deh. Itu lautnya bagus banget. Dermaganya juga estetik. Aduh, suka poll."

Mari Saling BerterimaWhere stories live. Discover now