Chapter 15 - Mengusik

13 3 1
                                    

"Sampai kapan pun gue nggak akan pernah maafin lo, dan sampai kapan pun gue berharap lo nggak akan pernah menemukan kebahaiaan lo."

~ Tarunika Mega Tara ~

Semesta memang tidak pernah berhenti memberikan kejutannya. Bahkan setiap detiknya terus terukir kisah baru. Kemarin sedih, sekarang bahagia. Sekarang bahagia, besok sedih. Seperti itu terus berulang. Kekecewaan yang Tarunika rasakan, diganti dengan hal yang luar biasa. Tiba-tiba tanpa diduga, seorang hadir memancarkan binarnya. Menyalurkan kasihnya. Memberikan rasa yang bahkan belum sempat terpikirkan oleh Tarunika. Malam itu, ketika Baskara meminta izin pada Tarunika untuk serius kedepannya, jelas saja membuat Tarunika terkejut. Ia tidak pernah memikirkan jika harus secepat itu untuk memulai hubungan baru.

Tarunika memang masih kacau. Banyak hal-hal buruk yang menghantuinya. Tarunika membutuhkan waktu untuk mencintai dirinya sendiri. Ia ingin menyembuhkan pemikirannya yang kacau. Sejak Tarunika mengatakan belum siap untuk memulai, ia pikir Baskara akan berubah. Mungkin saja laki-laki itu ingin menjalin hubungan dengan orang yang sudah pasti-pasti saja. Namun, ternyata laki-laki itu terus mengiringi langkah Tarunika. Tidak menuntut dan tidak memaksa. Laki-laki itu benar-benar memberikan Tarunika waktu.

Satu pekan ini mereka jarang bertemu. Baskara mulai mempersiapkan keberangkatannya untuk Latsitardanus. Sedangkan Tarunika juga harus mempersiapkan pentas seninya. Setelah selesai kelas, ia akan latihan hingga malam hari. Beberapa kali Baskara menjemputnya, singgah sebentar untuk makan, lalu ia akan mengantarkan gadis itu pulang.

Tarunika sempat tidak bersemangat, padahal ia ingin sekali mengantarkan Baskara di pelabuhan karena laki-laki itu berangkat ke Sumatra Barat menggunakan Kapal KRI Banda Aceh. Namun, di hari yang sama Tarunika harus melaksanakan pentas seni.

Saat ini Tarunika berada di belakang panggung sambil memainkan ponselnya.

Baskara Aji Sukma

Aku berangkat dulu, ya, Cil
Semangat pentasnya, maaf nggak bisa hadir.
Semangat terus, jangan kangen. Latsitardanya cuma 30 hari kok.

Tarunika Mega Tara

Hati-hati ya, Mas. Nanti kabarin kalau udah sampai.
Aku pasti semangat, kamu juga, Mas.

Baik, baik, yaa

Baskara Aji Sukma

Baik-baik juga
Sehat-sehat terus, jangan tidur larut malam, inget itu.

Tarunika Mega Tara

Nggak janji

Baskara Aji Sukma

Eh, awas kamu, ya, Cil. Harus nurut

Tarunika Mega Tara

Iya, iya, Mas bawel

"Tarunika, ayo siap-siap. Ngapain, sih, lo, Tar? Udah pada ngumpul ini," omel Liora karena dia adalah Sutradara. Gadis itu sedari tadi serius sekali. "Buruan!"

Tarunika tersenyum. "Iya, iya."

Acara pentas seni itu dimulai pukul enam sore. Pementasan itu dimulai dari penampilan kecil seperti pembacaan puisi, tari, hingga musikalisasi puisi. Sorakan dari penonton terdengar hingga di belakang panggung. Ketika lampu dipadamkan dan hanya ada lampu pentas dinyalan benar-benar suatu hal yang sangat indah. Apalagi melihat kursi penonton yang sangat penuh. Tarunika dan teman-temannya tidak menyangka jika banyak yang hadir untuk menonton.

Mari Saling BerterimaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang