Bab 21// Memaafkan

57 7 2
                                    

Kedua pasangan tersebut sudah sampai di RS Pelita Harapan. Termasuk, putri yang menangis karena kesalahannya lalu memeluk erat tubuh Agnes.

Bahkan putri tidak ingin jauh darinya.

Bagaimana pun, putri sudah mengangap Agnes adalah seorang bunda yang baik dalam kehidupannya.

" Bunda, maafin putri. Sudah membuat sakit hati, bunda. Putri justru tidak tahu, jika diantara kalian, ada hubungan yang sangat harmonis" papar putri ia masih memeluk erat tubuh Agnes secara erat.

" Bunda, sudah maafkan putri. Lain kali, putri jangan asal bicara".

"Siap bunda, bunda jangan sedih terus. Nanti om Reza bakal lindungin bunda pastinya".

" Pasti dong putri, om juga akan menjadi pelindung untuk bunda" jawab Reza yang disamping putri, ia menetralkan dirinya agar tidak mudah sedih.

" Hore, jadi bunda dengan om udah lama menikahnya?" Kenapa tidak pernah bilang kepada putri".

" Putri kemarin itu masih kecil, dan sekolah di Bandung. Lagian, itu sudah lama."

" Hmm, tuh kan bunda dan om tidak pernah melakukan untuk hal yang baik kepada putri. Pokoknya putri ingin melihat kalian berdua menikah diulang " jawab putri yang ingin keduanya mengulang pernikahannya.

Billy juga Elina sempat terkekeh, melihat bocah kecil merengek untuk mengulang pernikahan Agnes juga Reza.

" Sayang, tidak bisa. Karena bunda Agnes masih banyak tugas sekolah, dan om Reza juga banyak tugas di sekolah" gumam Elina, ia tidak menyangka jika putrinya sedekat itu kepada Agnes.

" Tapi ma, putri ingin melihat mereka bersatu. Lagian siapa sih yang sakit mama."tanyanya.

" Om Altar putri."tukas Billy yang berdiri ia memikirkan temanya tak sadar dari komanya.

"Om Altar itu siapa om?" Kenapa om itu, bisa disini, apa yang terjadi".

"Sayang, tidak baik banyak pertanyaan seperti itu, jangan banyak tanyak".

" Tapi ma, kan putri bukan yang ucap kotor. Apakah om Altar seorang yang akan meminang mama" ucap anak gadis, yang merindukan seorang papa.

" Itu benar".

" Serius mama. Yee bentar lagi, putri punya papa baru, tapi jika mulanya jelek putri tidak suka. Putri, mau kayak artis K-Pop mama" ujar putri yang fans dengan artis K-Pop.

Putri semakin kegirangan, tapi di suatu posisi, putri menginginkan yang tampan seperti artis K-Pop.

Mereka menunggu kehadiran Altar, yang sudah terbaring lama di RS Pelita Harapan.

Sudah semestinya Altar hari ini bangun. Tapi semuanya dibuat ketegangan karena Altar juga belum sadar.

Elina merasa berdosa, karena ulah dia. Altar juga belum sadar, dari komanya.

Kedua preman jalan itu, sengaja menghabisi nyawa Altar. Keduanya bertubuh kekar, dan sorot matanya tajam.

Kedua preman itu, menggunakan Sajam untuk menghabisi untuk siapa yang berani melawannya.

Elina tak habis pikir? Elina merasakan sesuatu yang tidak ingin ia tampakan kepada semua orang.

Tak lama, kemudian Elina menjadi histeris, dan mengangap dirinya seorang pembunuh berantai.

" Argh,, aku pembunuh. Jangan sebut diriku pembunuh".

Reza juga panik, karena tiba saja Elina berontak hebat dengan keadaan melamun.

Apa yang dipikirkan Elina. Putri dipangkuan Billy, sedangkan Reza bersama Agnes yang masih berada di pelukannya.

Seorang anak berusia 11 tahun, hanya bisa menangis dengan keadaan mamanya. Ia menganggap semua itu karena salahnya, karena dirinya tidak menjaga diri.

Agnes mencoba menenangkan Elina, sekuat apapun pasti bisa teratasi.

Agnes mencoba mengambil air mineral, dari dalam tasnya.

Ia mulai menopang tubuh Elina, perlahan  lahan untuk mencoba meminumkan kepada Elina.

Putri hanya memeluk Billy, ia tidak ingin melihat mamanya seperti itu. Ia takut, setelah tak dianggap oleh papanya. Ia semakin takut, dan beralih dipelukan Agnes.

"Tante , putri takut. Tante,  putri tidak ingin, mama seperti itu?"

Hiks,,

Hiks,,

Hiks,,

" Sabarlah sayang, mama Elina tidak terjadi apa-apa. Hanya mama Elina butuh istirahat, karena mama Elina begitu capek."

Ucapan Agnes begitu memaknai, baginya lembut seperti sutera. Dan ia merasakan, jika kehadirannya mampu membuat hidupnya berwarna.

Putri juga butuh waktu, agar mamanya bisa menjadi inspirasi untuk anaknya.

Bagaimana tidak, selama perceraian itu terjadi. Sikap Elina menjadi pendiam, tak banyak kata. Ia kadang menyahut, kadang hanya 2 kata saja.

Baginya Elina sudah bisa terkontrol, sehingga ia bisa memeluk putrinya.

Namun, putri tidak ingin dipeluk. Ia takut, karena putri sangat tidak ingin disentuh.

Sementara Agnes mencoba mengambil keputusan, agar Elina tidak mudah ceroboh dalam mengambil keputusan.

Sangat disayangkan, dibalik sikap Agnes yang mudah cuek, pendiam tapi ia masih memiliki sikap kepedulian terhadap sesama.

Apa yang terjadi selanjutnya? Apakah Altar segera sadar dari komanya. Dan untuk Elina perbanyak sadar, juga selalu ingat kepada Allah.

Guruku Adalah SuamikuWhere stories live. Discover now