BAGIAN SEMBILAN BELAS

167 37 40
                                    

________________________

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

________________________

Satu kata untuknya mendefinisikan tempat ini. Menakjubkan. Mata hazelnya langsung merasa termanjakan dengan pemandangan elok nan asri yang ada di tempat ini. Bahkan, seingatnya selama menjalani misi bersama rekan-rekannya menjelajahi Galaxy. Belum pernah ia menemukan tempat seindah ini.

"Cantik sekali," gumam sang gadis tanpa sadar. Menuai senyum lembut dari pria yang terus mendayung di belakangnya.

"Reaksi putriku juga sama sepertimu ketika pertama kali melihat tempat ini. Planet Sargia."

"Sargia?" beo Yaya.

Kakek BoBoiBoy mengangguk. Menggerakkan dagunya, memberi titah untuk Yaya melihat ke depan. Yaya menurut. Meluruskan lehernya kembali, sedikit terkejut dengan adanya kabut tebal yang tiba-tiba saja menerpanya. Membuat ia tanpa sadar memejamkan mata, dan begitu netranya terbuka kembali.

Ia terperangah. Mulutnya menganga tanpa ia sadari. Membentuk ekspresi lucu di wajah manisnya. Oh, tolong jangan salahkan wajah bodohnya kini. Salahkanlah apa yang ada di depannya.

Sebuah pohon. Pohon raksasa yang ia yakini besarnya bisa sama dengan Gunung tertinggi kelima di dunia. Makalu. Batangnya besar sekali seperti perut gunung. Jangan lupakan ranting-rantingnya yang panjang. Menjadi tempat daun-daun sebesar telinga gajah menaungi tanah di bawahnya. Berperan layaknya awan.

"A-apa itu?"

Kekehan kecil datang mengudara. "Lebih baik persiapkan dirimu untuk terkejut, Nak. Kita bicarakan pohon besar itu nanti."

Yaya kembali menoleh ke belakang. Tidak paham dengan maksud Kakek BoBoiBoy memperingatinya demikian.

"Apa maksud Kak-AAAAAAAAAAA."

Ia jatuh. Ia benar-benar jatuh. Bagaimana bisa ia jatuh? Bukankah ia di atas sungai bersama kakek tadi? Oh ya, dia bisa terbang bukan? Dia bisa... .

"Tutup matamu, Nak!"

Yaya terkejut, masih dengan posisi melayang ia refleks menuruti suara itu. Lupa dengan apa yang ingin ia lakukan, lantas....

Byurr!!!

Bukan. Itu bukan tubuh Yaya yang menghantam air. Karena ketika ia membuka mata, ia melayang. Bukan dengan cahaya merah muda seperti kuasanya. Tapi di atas daun hijau lebar layaknya permadani.

Matanya kembali mengerjap. Mencoba mencerna apa yang baru saja terjadi. Pertama ia melewati kabut, lalu melihat pohon raksasa, lalu ia jatuh dari ketinggian. Dan bisa ia lihat ketinggian tadi ialah air terjun. Dan yang jatuh ke air tadi adalah sampan yang ia naiki sebelumnya.

Tapi, darimana datangnya permadani daun ini?

"Kau baik-baik saja, Nak?"

Yaya mendongak. Melihat raut wajah lembut Kakek BoBoiBoy yang teduh. Ia mengangguk. Mendudukkan dirinya lebih nyaman di atas daun lembut ini.

BOBOIBOY : PETAKA BAHARUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang