Bab 11

130 23 7
                                    

Usulan dari Didip semalam benar-benar aku realisasikan siang ini. Sejak pagi tadi aku terus memantau semua sosial media milik Mario. Dari ponselku sendiri dan bahkan sampai memakai laptop yang kuambil dari kamar mas Abi, berharap Mario membuat story kegiatannya hari ini.

Mataku rasanya tak bisa lepas dari layar ponsel maupun laptop demi satu status dari Mario. Ini lebih menegangkan daripada saat aku dulu menunggu pengumuman kelulusan SMA.

Tak hanya menunggu saja, akupun sholat dan berdo'a terus menerus untuk hari ini.

Aku percaya kombinasi dari kerja keras dan do'a pasti mantap hasilnya!

Dan benar saja, usaha dan do'aku hari ini tidak sia-sia. Bermodalkan status dari Mario yang menunjukkan dirinya berada di kampus, aku yang tadinya sibuk memantau sosial media Mario sambil menghabiskan dua katung snack jagung segera bangkit dan meloncat dari atas kasur. Kusingkirkan remahan snack jagung dari mulut serta bajuku. Tubuhku mendekat ke arah lemari, mengambil jaket anti sinar ultarviolet, memakai topi, serta dompet yang isinya bahkan tidak lebih tebal dari dompetku sendiri. Tak lupa juga aku menyemprotkan sunscreen pada wajahku. Cukup sunscreen saja, aku tidak perlu memakai make up untuk saat ini.

Katanya kan laki-laki sukanya yang natural saja, selain itu aku juga ingin Mario melihat wujud asliku.

Bukan berarti aku ini ular putih yang berubah wujud saat bulan purnama, aku juga bukan Remus Lupin yang berubah menjadi manusia serigala.

Aku ini Kenaka Surtikhanti yang berubah saat memakai make up saja. Selebihnya masih sama, onderdil dalampun masih asli tanpa proses tukar tambah, ataupun jual rugi.

Pokoknya aku sudah siap untuk melumpuhkan Mario siang ini.

Kenekatanku siang ini hanya Didip saja yang tahu. Sebelum aku berangkat, aku mengirim pesan pada Didip untuk meminta do'a restu agar acaraku siang ini lancar dan mencapai tujuan yang aku impikan.

Tak perlu menunggu jawaban dari Didip, aku segera memesan ojek online yang kuminta untuk berkendara secepat-cepatnya. Aku bahkan memberi tips sepuluh ribu rupiah saat sang tukang ojek menurunkanku di depan fakultas jurusan Mario, sebagai tanda terima kasih karena sudah kebut-kebutan.

Meski sebenarnya aku yakin uang sepuluh ribu tidak akan cukup menanggung resiko jika saja kami mengalami kecelakaan karena sudah kebut-kebutan.

Tapi buktinya kan aman-aman saja, jadi tak masalah.

Kepalaku celingak-celinguk menatap ke sekitar. Hanya ada beberapa mahasiswa saja di sini. Mungkin kebanyakan masih ada kelas. Tak mau berlama-lama lagi memperhatikan sesuatu yang tidak penting, aku melihat kembali pada status Mario, mencoba menebak di manakah Mario berada saat ini. Jari-jariku mencoba memperbesar sudut-sudut foto dari status Mario. Dari foto status Mario, aku tahu Mario saat ini berada di luar ruangan. Ada bangunan di depan Mario, tapi tidak jelas bangunan apa karena hanya terfoto sebagian kecil saja.

Tapi... ada satu petunjuk yang membuatku bersemangat dapat menemukan Mario dengan cepat saat ini.

Plang yang bertuliskan "Tempat wudhu pria" membuatku tahu bahwa Mario berada di depan masjid fakultasnya.

Yes! itu berarti tak jauh dari sini.

Jangan tanya kenapa aku bisa tahu, aku kan sempat berkuliah di sini juga. Sewaktu kuliah aku juga sempat menjelajah seluruh fakultas untuk tebar pesona. Dari kantin sampai kamar mandi sudah pernah aku jelajahi. Aku yakin satpam kampus akan merasa tersaingi jika mendengar pengalaman menjelajah kampusku ini.  

Langkah kakiku saat ini seperti di iringi oleh tabuhan team marching band yang membuatku makin memupuk keberanianku untuk bertemu Mario.

Dari kejauhan target yang kuincar telah terlihat, aku mempercepat langkahku. Tapi baru beberapa langkah ke depan aku melihat Mario tidak sendirian. Saat ini ada beberapa teman di sekitarnya. Kontan saja aku bersembunyi di balik pohon besar di sampingku.

Jawa-Jawa KotaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang