Bab 13

139 21 1
                                    

Maapkeun kalo banyak typo dan updatenya lama. Yang penting jangan lupakan aku aja😭🤣. Jangan lupa juga pencet tombol bintangnya😘

**
Setelah kemarin dan semalam waktuku habis untuk mengurusi urusan hati. Hari ini aku mulai memperbaiki urusan diri, yaitu kembali bekerja di toko ibu. Ternyata benar, meski sakit hati karena cinta ditolak, setidaknya perasaanku yang terpendam sudah tersampaikan dan tidak lagu menjadi beban di hati.

Mario sudah harus kudeportasi dari hati serta pikiranku, ada baiknya aku harus fokus pada diriku sendiri dan tentunya orang-orang terdekat di sekitarku.

Berkat kejadian semalam aku juga menyadari bahwa orang-orang terdekatku nyatanya sangat peduli pada keadaanku. Mas Abi yang ku pikir cuek dan dingin, malah menjadi orang yang paling marah saat kabur hanya karena patah hati, minusnya ya itu aku malah di marahi habis-habisan. Tapi, marahkan memang tanda sayang kalau kata ibu dulu.

Tak hanya itu, kejadian semalam juga membuat seorang Didip yang biasanya bersembunyi di belakangku saat ada mas Abi berani beradu mulut dan hampir adu jotos hanya untuk membelaku.

Tak disangka-sangka kejadian itu memang membuat rasa patah hatiku menguap entah kemana.

Tapi masa sih rasa patah hatiku luntur hanya karena sikap Didip semalam? Aku mengakui sosok Didip semalam terasa berbeda dari biasanya. Apa ya istilahnya?

Gentleman?

Idih! bisa-bisanya saat ini aku malah memikirkan hal-hal baik tentang Didip. Memang sih Didip sampai rela membelaku dan hampir saja berkelahi dengan mas Abi. Tapi Ini wajar saja kan? Pasti semua sepupu akan melakukan hal yang dilakukan oleh Didip. Aku saja yang berlebihan. Maklum lah, perasaanku semalam kan masih sensitif,  diberi perlakuan manis sedikit saja langsung melambung tinggi.  

Ngomong-ngomong mengenai kembalinya aku di toko saat ini, sebenarnya pagi tadi ibu melarangku untuk masuk bekerja. Ibu masih takut emosiku tidak stabil dan meledak-ledak jika saja di toko ada kejadian yang bisa memicu emosi dan malah berujung membuat pembuluh darah di otakku pecah hingga menyebakan aku menjadi stroke.

Aku bergidik ngeri saat ibu mengatakan kekhawatirannya yang cukup berlebihan itu.

Namun mengingat aku memang baru saja mengalami kecelakaan pada bagian kepalaku, wajar saja jika ibu khawatir sampai sebegitunya.

Tak hanya itu, ibu juga menduga bahwa kepergianku ke pelabuhan kemarin dipicu karena rasa shock setelah ditolak Mario. Kata ibu aku mungkin mengalami hilang ingatan sesaat sampai tak sadar pergi ke pelabuhan.

Padahal Didip sudah menjelaskan runtutan kejadian kemarin sampai mulutnya hampir berbusa tapi ibu masih saja memiliki dugaannya sendiri..

Beda lagi dengan bapak yang malah menyarankan aku untuk pulang dulu ke rumah eyang di kampung.

Jiwaku harus dibersihkan oleh orang pintar kepercayaan eyang.

Bapak merasa jiwa-jiwa yang patah hati akan rentan dimasuki oleh masuk halus. Bapak juga menduga tindakanku kemarin termasuk hasutan dari makhlus halus yang berasal dari Selat Sunda.

Aku hanya menggaruk kepalaku dan makin bingung mendengar semua ucapan kedua orang tuaku. Sempat aku menanggapi ucapan bapak, bahwasannya mungkin saja makhluk halus yang kata bapak berasal dari Selat Sunda tidak akan mempan dengan jompa-jampi orang pintar kepercayaan eyang karena keduanya sudah berbeda suku dan bahasa.

Yang satu Jawa yang satu Sunda, dibacakan jompa-jampi bahasa krama Inggil makhluk halusnya nanti malah bingung!

Tetapi tanpa diduga-duga sosok yang semalam menghakimiku habis-habisan pagi tadi malah berada di pihakku. Mas Abi memberikan penjelasan yang lebih masuk akal, bahwa aku tidak kerasukan atau ditempeli makhluk halus saat pergi ke pelabuhan kemarin.

Jawa-Jawa KotaWhere stories live. Discover now