34. Bibir Jontor

901 87 12
                                    

Dasar, sudah kenyang lalu ngantuk. Kalau aku mencuri ciuman lagi apa ia bangun ya?" Mile menatap lekat ketika ia menjatuhkan Apo di kursi mobil. Tangannya masih menjadi bantal untuk Apo.

Setelah berpikir cukup singkat Mile menetapkan jawabannya.
"Cium ajah deh.. bocah ini kalo tidur kaya orang mati!" pikir Mile yang langsung mendaratkan bibirnya di atas bibir Apo.

Tak puas hanya menempel Mile mulai mengulum bibir tipis itu hingga merah merekah dan bengkak. Apo masih saja tertidur dan tak memberi respon. Mile mengambil nafas panjang dan melihat hasil karyanya. Bibir bawah Apo merah dan sedikit bengkak.

"Yang pasti aku tak ingin berhenti, bagaimana kalau dia bangun ya? Ah bodo amat pasti ada alasan untuk menjawab pertanyaannya nanti. Heheheh."

Mile melanjutkan membuat karya di atas bibir Apo, kini ia mengulum bibir atas Apo.

"Glodrak!"

"Awww! Mark kau bisa nyetir gak sih!?" Mile membuka penghubung antara cabin supir dan penumpang hanya untuk memarahi Mark yang menyetir.

"Maaf tuan Mile jalannya berlubang cukup dalam dan tak terlihat, maaf." Mark merasa bersalah.

"Segera laporkan kerusakan jalan tersebut, kalau perlu kita biayai sendiri untuk memperbaikinya!"

"Baik tuan segera saya urus." Ujar Jonas sebagai tangan kanan Mile.

Karena guncangan yang cukup keras kegiatan Mile terhenti. Mile yang tadinya tak memiliki niatan untuk berhenti terpaksa dihentikan oleh guncangan mobil tadi. Kalau tak ada kejadian itu mungkin kini kedua bibir Apo jontor.

"Oh shit! Bibirku berdarah kena gigi! Aaaarrghh!" Mile mengumpat karena kini bibirnya jontor terantuk gigi Apo atau tergigit tak sengaja. Bibirnya sobek kecil dan mengeluarkan banyak darah, Tapi mudah terhenti dengan es batu yang tersedia di kulkas mobil.

"Hooooaaahhh!" Apo baru saja terbangun. Dan membuka matanya.

"Eung..Tuan Mile bibirnya kenapa? Kok bengkak dan berdarah?" tanya Apo polos. Menatap bibir Mile dari dekat.

"Tadi mobil terguncang cukup kencang bibirku terantuk gelas ketika sedang minum."

"Oh jangan minum ketika sedang dalam mobil kalau begitu berbahaya."

"Ya kini aku baru tahu! Menggunakan bibir di mobil berbahaya!"

"Coba Po lihat?" Apo yang sok tahu memegang dagu Mile dan meneliti bak dokter. "Sepertinya kita perlu ke dokter untuk menjahit lukanya."

"Apa separah itu? Sobek sedikit perasaan?" Mile tak percaya dengan apa yang di katakan Apo, dan memilih mengaca sendiri.

Lukanya tidak parah hanya lecet sedikit, memang berdarah banyak tapi sekarang sudah berhenti dan sedikit bengkak, besok juga sembuh.

"Oh iya cukup serius lukanya. Apa kau mau mengantarku ke rumah sakit?" tanya Mile yang sebenarnya menggoda Apo yang takut menginjakkan kaki ke rumah sakit.

"Eng..huh? Eh..tuan Mile rasanya seperti apa? Sakit atau tidak? Kalau sakit kita ke rumah sakit kalau tidak kita pulang saja." Cari cara agar bisa batal ke rumah sakit, ternyata itu ide buruk untuk nya.

"Sepertinya sakit sih? Jadi kita ke rumah sakit dong?" goda Mile lagi sambil melirik memperhatikan raut wajah Apo yang makin panik.

"Coba tuan Mile rasakan sekali lagi. Jangan buru-buru menjawab. Coba rasakan dan pikirkan lagi. Ke rumah sakit itu jika sakitnya serius."

"Loh tadi kan kamu sendiri yang menyarankan ke rumah sakit mengapa sekarang malah menghalangiku ke rumah sakit?"

'Engga gini..maksud Po bukan gitu. Eh, apa hanya diantar Mark saja bisa?"

Who's The Boss?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang