Bab 115. Papa Yang Baik

190 10 0
                                    


"Suster, saya sudah membayar perawatan untuk minggu kemarin. Dan juga untuk 2 minggu ke depan. Gunakan semua cara untuk membuat istri saya segera sadar. Berikan obat yang terbaik. Jangan kecewakan saya. Ada 2 anak bayi yang tergantung dengannya. Tolonglah saya Suster."

"Tuan Apo tenang saja, kami akan melakukan yang terbaik. Tuan sudah mendapatkan perawatan yang paling baik dari rumah sakit ini. Jangan khawatir."

"Saya tak bisa terlalu lama karena twins di rumah bersama seorang pengasuh saja. Saya harus segera pulang setelah saya menjumpai istri saya dikamar. Permisi."

Apo berjalan ke dalam ruang perawatan Nat. Nat masih terbaring di sana tanpa bisa bergerak sama sekali. Selang dan kabel keluar dari tubuhnya terhubung dengan alat-alat canggih di sekitarnya. Dua buah layar menunjukkan grafik tanda kehidupannya. Kini Nat dalam kondisi lemah. Belum sadar dari koma.

"Nat, apa aku harus membuka amplop yang kau sebut kemarin? Apa aku harus memberitahukan kondisimu pada keluargamu? Aku takut mereka mengambil anakmu. Nat aku bisa kok merawat mereka sampai kau siuman, lalu kita akan merawat twin bersama. Nat mau kan? Po pulang dulu ya Nat, twins takut rewel. Mereka mulai tahu jika Po papanya. Mereka bayi yang lucu dan manis. Tak pernah menyusahkan. Milo lebih banyak menyusu hingga badannya lebih besar dari pada Nam. Nam mirip sekali dengan Nat, cantik. Pasti nanti secantik mamanya. Po permisi pulang ya Nat, segera lah sadar demi anak-anak."

Po segera pulang menemui twins, kini harinya dipenuhi oleh tangisan twins dan kerepotan lainnya yang ia sukai.

Twins mulai bisa cemburu dengan Apo, Mereka menginginkan di gendong dan dinyanyikan oleh Apo ketimbang Coco. Mungkin karena ketika hamil suara Apo lebih mereka kenal dibanding suara orang lain.

Kalau waktunya tidur, masing-masing memeluk seorang anak dan memberinya susu. Apo biasanya ketiduran sambil memeluk Milo atau Nam. Kalau sudah begitu Coco mengambil twins dan meletakannya di dalam box. Lalu mulai mengasuh tuan mudanya. Menyelimuti dan memperbaiki letak bantalnya. Menyediakan minum air putih di nakas dan menyiapkan baju untuk besok seperti kebiasaan di mansion.

"Hihihi, lucu sekarang aku benar-benar mengasuh bayi dan papanya. Begini rasanya punya 3 bayi." gumam Coco sambil melihat ketiganya tidur pulas.

Sudah sebulan Coco bersama Apo dan twins, sebulan juga Nat belum sadar. Uang Apo sudah habis 1M untuk perawatan Nat. Tapi Apo tak hiraukan itu. Ia tetap mau merawat Nat sampai kapan pun.

"Coco, berapa gaji yang Coco inginkan untuk merawat twins? Po masih punya banyak uang kok untuk mengaji Coco."

"Popo jangan cemaskan itu. Sampe saat ini Coco masih diberikan gaji oleh Tuan Mile. Itu saja cukup. Kalaupun tidak lagi digaji tuan Mile, Popo tak perlu khawatir, bukan Po saja yang punya tabungan, Coco juga punya."

"Jangan, Coco harus di bayar karena Coco kan harus memberi orang tua di kampung. Nanti Po gaji sesuai PhiMii gaji Coco. Jangan didebat lagi!"

"Terima kasih Po, jangan dipikirin sekarang."

"Ouuuh anak Papa bangun yaaa... jangan menangis sayang. Eh..kok..Milo badannya panas? Gimana ini Coco?"

"Jangan panik, bayi biasa seperti itu. Mungkin kurang minum. Berikan minum dulu. Kalau masih hangat diberi kompres dan obat penurun panas untuk bayi. Lalu dekap di dada Popo tanpa baju biar panasnya terbagi pada Po."

"Benarkah? Apa Po boleh melakukannya? Ini kan bukan anak Po? Apa Nat mengizinkannya?"

"Boleh, dan Nat pasti tak keberatan. Sini Coco tunjukan caranya. Po duduk yang nyaman di sofa ini, menyender yang santai. Buka kancing kemeja Po. Lalu baby Milo Coco letakan tengkurap di dada Po, lalu peluk dan tutup dengan selimut tipis ini. Nah selesai. Bisa sambil minum susu."

Who's The Boss?Where stories live. Discover now