Bab 98. Membaca Hasil Lab

121 7 0
                                    


Seluruh mansion menanti 14 hari terlewati. Suasana mansion sedikit dingin dan sepi. Tapi tidak dengan hasrat Mile yang terus menggoda Apo ketika Mamanya tak melihat.

Sementara Apo sedikit murung, entah apa yang dipikirkannya semua campur aduk. Meski Mile sudah meyakinkannya ia tetap tak tenang karena ada perasaan tak tega pada seorang bayi mungil tak berdosa.

Bahkan ketika bayi itu belum lahir kedunia sudah menanggung beban berat, keberadaannya sungguh tragedi. Belum lagi jika ia benar darah daging Mile, ia menjadi rebutan kedua keluarga dan statusnya sangat dirahasiakan.

Apo merasa ia adalah penghalang bayi itu untuk bahagia. Penghalang bayi itu untuk mendapatkan kasih sayang kedua orang tuanya

"Memikirkan apa lagi baby? Kau masih menyalahkan dirimu lagi? Harus berapa kali aku mengatakannya? Harus dengan cara apa aku mengatakannya? JIka status kita tak akan berubah. Dan anak itu akan mendapatkan keadilan dan kesejahteraan."

"Po gak mikirin apa-apa kok."

"Jangan bohong, lihat cake dipiringmu sudah menjadi remahan karena kau aduk-aduk saja seperti makanan burung. Jangan pernah bohong dengan perasaanmu sayang. Jika Po sedih ceritakan, kesal atau takut ceritakan sayang. Phi akan menjawab semua pertanyaan dikepala Po. Jangan di pendam."

"Phi apa siap jika menjadi Papa?"

"Phi rasa siap. Phi punya contoh Papa yang baik. Dan pendamping yang baik pula ada di pelukku. Hmm..?"

"Phi, guna Po nanti apa sebagai pacar Phi untuk bayi itu? Apa tak aneh?"

"Aneh kenapa? Semua sudah biasa baby."

Dalam hati Po ingin mengutarakan perkawinan untuknya. Tak ingin selamanya menyandang status pacar. Tapi Mile tak suka pernikahan, seperti yang Po curi dengar. Bahkan menembaknya menjadi pacar saja Mile terpaksa, karena Po mensyaratkan demikian.

Ia urung mengatakannya. Lebih baik sekarang diam dan menunggu sampai pembacaan hasil itu datang. Semoga sesak didadanya bisa berubah.

"Enggak apa kok Phi. Mungkin aku cuma teringat zebraku yang juga punya anak. Aku lihat anaknya senang sekali menyusu pada ibunya. Dan ayahnya menemani disamping mereka."

"Oooh benar karena zebra. Mereka binatang Po, hanya itu hidup mereka, tak mengerjakan apapun. Jangan disamakan sayang." Apo hanya mengangguk dan memeluk Mile.

14 hari kemudian..

Mansion sedikit ramai dengan persiapan kedatangan beberapa tamu dari rumah sakit dan rombongan Kamila. Apo dan Mile sudah bangun dari pagi karena Apo tak bisa nyenyak tidur. Begitu juga Tuan dan nyonya Jordan. Jam 10 pagi mereka sudah selesai sarapan dan berkumpul di ruang tengah.

Jam 11.00 siang Kamila datang bersama beberapa pengawal. Ia tak membawa keluarganya.

Selang 30 menit pihak rumah datang dan langsung disambut dan diarahkan ke ruang tengah dimana yang lain sudah menunggu. Mile sedikit terkejut ketika melihat Luke berada didalam rombongan. Tak aneh karena ini layanan VVIP dari rumah sakit miliknya. Dan sebagai pemilik ia bebas menemani staffnya mendatangi pasien VVIP.

"Selamat siang Tuan dan Nyonya Jordan juga Tuan Mile dan Tuan Apo. Juga Nona Kamila. Terima kasih sudah mempercayakan pemeriksaan DNA di rumah sakit kami. Semoga anda puas dengan hasilnya nanti. Kami pastikan alat kami adalah yang terbaru dan tercanggih. Menjaga kerahasiaan adalah nomor satu.  Selanjutnya dokter laboratorium akan membacakan hasilnya."

"Selamat siang tuan dan nyonya semua. Kami sudah membawa hasil tes DNA janin yang sedang dikandung nona Kamila. Ada di dalam amplop ini. Saya akan buka sekarang."

Amplop itu di robek tandanya masih tersegel ketika keluar dari laboratorium rumah sakit.

"Setelah contoh darah berisi DNA tuan Mile kita cocokan dengan cairan amnion dari dalam rahim nona Kamila. Maka didapati hasilnya adalah 99% calon bayi atau janin didalam perut nona Kamila benar mengandung DNA tuan Mile. Dalam artian benar anak kandung tuan Mile. Hasil test ini sudah bisa diakui keabsahannya, dan tak diragukan lagi karena kami menggunakan metode dan cara yang paling canggih." ucap dokter lab.

Senyum Kamila paling terkembang lebar. Mile hanya mematung dan mengeratkan tangannya menggenggam tangan Apo. Begitu pula orang tuan Mile yang terkejut. Tak dipungkiri ada perasaan senang mereka memiliki penerus, tapi jika boleh memilih tak seperti ini caranya.

"Terima kasih atas layanan anda tuan Luke. Kami menerima hasilnya." ujar Jordan.

"Terima kasih tuan Jordan. Dan ini surat keterangannya disana ada rinciannya pemeriksaannya. Kami tak ingin mengganggu keluarga anda terlalu lama. Jadi kami permisi."

"Nanti dulu, kita makan siang bersama." ajak Nyonya Jordan.

Rombongan Luke memenuhi undangan makan siang itu. Luke mencuri pandang menatap ekspresi Apo yang tegang. Ada sedikit senyum diujung bibirnya. Itu yang ia susah terima, mengapa Apo terkesan biasa saja.

Setelah rombongan rumah sakit pulang Kamila mulai angkat bicara.

"Tuan Jordan, Mile, anda sudah lihat kalau saya tak berbohong. Didalam sini ada penerus keluarga kalian dan tenang saja saya akan menjaganya dengan baik."

"Karena anak ini tiketku untuk masuk kedalam keluarga Jordan dan mendampingi Mile!" pikir Kamila dalam bathinnya.

"Berapa yang anda minta untuk merawat anak Mile itu?" tanya Jordan.

"Papa mertua, tak semua di ukur dengan uang. Saya punya uang jika hanya untuk merawat bayi ini."

"Kami tak mau berhutang budi terlalu banyak. Modusmu adalah mengeruk kekayaan kami kan?"

"Tak semurahan itu Papa mertua. Bayi ini ada karena cinta. Dia akan lahir dengan dihujani cinta dari banyak orang."

"Lalu katakan apa maumu Kamila!" hardik Mile kesal. Karena tak mungkin Kamila hanya suka rela meminjamkan rahimnya untuk keluarga Jordan."

"Aku hanya mau bayi ini di besarkan bersama papa dan mamanya."

"Tidak akan terjadi. Setelah bayi ini lahir maka ia akan menjadi milik keluarga Jordan. Dan sebagai gantinya kau boleh meminta apapun. Dan mendapatkan uang bulanan dari keluarga Jordan."

"Tega kau Mile, berniat memisahkan bayi dan ibunya!"

"Aku tak akan memisahkan anak dengan ibunya jika ibunya tidak selicik dirimu."

"Bisakah kau menerima aku sebagai ibu dari anakmu? Dan diperlakukan sebagaimana ibu hamil yang butuh ketenangan dan kewarasan? Ibu hamil sangat mudah berubah mood yang mempengaruhi kondisi janin, asal kau tahu!"

"Kalau begitu nona Kamila tinggallah di mansion bersama kami, agar kami bisa menjaga keamanan dan kesehatan nona Kamila dan baby." ujar Apo.

"Apo! Kau tak berhak menentukan seperti itu! Aku tidak setuju!" Teriak Mile karena ia terkejut dengan respon Apo yang menurutnya membuat banyak masalah.

"Dengar ya, aku juga tak mau berada disini dengan segala peraturan dan penjagaannya. Aku masih mau bebas berkegiatan. Banyak kegiatan modeling dan iklan yang sudah mengkontrakku untuk produk ibu hamil. Jadi tak bisa aku batalkan, karena aku harus menjaga eksistensiku di dunia artis."

"Terserah kau saja, begitu lebih baik daripada bertemu denganmu setiap hari!"

Kamila berencana hidup bebas daripada di mansion ini bersama orang tua Mile juga Apo. Rasanya ia cemburu luar biasa.

Kamila pamit. Tak banyak diskusi diantara mereka, karena kondisi ini diluar kendali.

Who's The Boss?Where stories live. Discover now