Apo tertidur sambil memeluk Mile sepanjang malam. Keesokan paginya Apo kehilangan Mile lagi.
"PhiMii! PhiMii kemana?" teriak Apo. Lalu ia mendengar suara shower hidup dari kamar mandi, Lalu Apo pun tenang karena Mile hanya dikamar mandi. Apo pun tertidur lagi.
Tak lama Apo terbangun lagi, tidurnya tak nyenyak. Mile masih tak kelihatan dan suara shower masih terdengar.
"Masih jam 6 pagi, kenapa PhiMii mandi pagi sekali? Kalau sekarang jam 6, tadi aku bangun jam berapa? Masa PhiMii mandi jam 5? Gak seperti biasanya?" Apo bicara sendiri. Tak biasa Mile mandi sangat pagi jika tak ada kegiatan yang mengharuskan berangkat pagi.
Dengan penasaran Apo masuk kedalam kamar mandi yang sudah tak ada kuncinya karena di dobrak oleh Mile karena Apo pernah mengunci dirinya didalam.
"PhiMii!" teriak Apo.
Mile duduk dibawah derasnya pancuran air shower yang mengeluarkan air dingin. Suhu kamar sangat dingin juga didalam kamar mandi. Mile membiarkan dirinya terus menerus entah dari kapan terguyur dinginnya air shower.
Apo langsung mengganti air shower menjadi mode air panas. Badan Mile sangat dingin, Apo berusaha menghangatkannya. Dirasa cukup Apo mematikan air dan mengambil handuk dan jubah mandi Mile.
"Phi sedang apa? Phi bisa sakit! Kenapa mandi begitu lama dan dengan air dingin? Phi mikirin apa? Kasih tau Po?"
Dengan telaten Apo mengganti pakaian Mile dengan baju yag lebih hangat dan merebahkan Mile di ranjang dan menutupnya dengan selimut tebal.
"Coco!"
"Selamat pagi Tuan Apo. Ada apa? Mengapa pagi sekali bangunnya?"
"Coco tolong bawakan makanan dan minuman hangat untuk PhiMii. Serta panggilkan dokter. Entah berapa lama PhiMii mandi dibawah shower dengan air dingin. Kalau Po ga menemukannya mungkin PhiMii sudah membeku. Sekarang badan PhiMii demam."
Apo naik keatas ranjang dan memeluk Mile membagi kehangatan tubuhnya.
"Phi, PhiMii kenapa? Po bingung kalau Phi gak bicara kaya gini. Po harus gimana? Phi ada yang sakit kah?" Mereka saling bertatap. Mile mengelus wajah Apo yang teraliri cairan bening dari mata indahnya. Mile menghapusnya .
"Maaf.. Maafin Phi bikin Po khawatir." akhirnya Mile bersuara
"Gak perlu minta maaf, Po baik-baik saja. Kita makan dulu biar perut Phi hangat." Apo menyuapi Mile dengan sop ayam yang hangat. Segelas susu coklat sudah menanti.
Tim dokter datang untuk memeriksa Mile.
"Eeeee... maaf saya butuh privasi. Boleh tinggalkan kami berdua?" pinta dokter pribadi Mile.
"Apa Po harus keluar juga?"
"Sebaiknya begitu, maaf ini hanya urusan pasien dan dokter."
"Tapi Po mau tahu tentang kesehatan PhiMii!"
"Kalau itu nanti saya infokan setelah saya bicara pada tuan Mile."
"Baby, cuma sebentar. Tunggu diluar dulu ya. It's ok baby."
"Baiklah, jangan lama-lama. Po akan bawakan PhiMii buah-buahan."
Sebagai dokter pribadi Mile, ia sangat menjaga kerahasiaan. Karena ia tahu Mile bukan orang sembarangan. Dan segala info mengenai dirinya akan sangat penting dan berbahaya jika jatuh ketangan orang yang salah. Juga ia harus menjaga nama baik Mile sebagai orang terpandang. Tentang kesehatan Mile salah satunya, ia harus diskusikan bersama Mile sebelum memberitahukan kepada anggota keluarga dan pegawai yang lain.
Apo menunggu dengan cemas, ia berjalan mondar-mandir di depan kamar. Tak lama pintu terbuka dan dokter keluar.
"Tuan Mile sudah selesai tuan Apo bisa masuk."
"Lalu dokter apa yang terjadi?"
"Tuan Mile hanya stress saja. Saya sudah berikan obat penenang untuk mengatasi stressnya. Dan kalau sekarang Tuan Mile demam itu karena mandi air dingin yang kelamaan saja. Sudah saya berikan obat nanti tolong diingatkan untuk di makan. Tak ada yang serius. Saya permisi dulua Tuan Apo."
Apo tak sabar langsung berlari kedalam kamar dan memeluk Mile.
"PhiMii sekarang makan obat dan istirahat ya, Po akan menjaga PhiMii disini. Katakan saja apa yang Phi butuhkan."
"Phi hanya butuh Po memeluk Phi." Mile tersenyum lemah. Demamnya masih tinggi. Badannya terasa terbakar.
"Kalau itu tanpa Phi minta akan Po berikan sebanyak Phi mau."
Apo memeluk MIle selama mereka berada di ranjang. Karena obat Mile lebih banyak tidur. Dokter memberikan obat penenang karena Mile terlihat gelilsah setelah penculikannya kemarin.
Dokter memang mencurigai jika Mile mengalami trauma dan syok, entah apa yang mereka perbuat hanya Mile yang tahu dan belum mau membaginya dengan siapa pun.
Sudah 4 hari Mile terbaring tanpa semangat. Dan Apo setia menemani.
Pada suatu malam Mile memluk Apo erat, ia menempatkan wajahnya di ceruk leher Apo. Deru napas Mile membuat Apo terpancing, Po bergairah. Apo memberanikan diri mencium dahi Mile lalu pipinya dan sekilas mengecup bibir Mile.
"Sudah 4 hari PhiMii tak menyentuh Po dengan napsu. Biasanya sedikit-sedikit PhiMii nyosor duluan. Sekarang Po lagi mau dicium kenapa PhiMii diem aja? Apa PhiMii gak suka lagi sama Po?" dialog Apo dalam pikirannya, sambil ia menatap wajah Mile yang berjarak sangat dekat.
Terpaksa Apo mengubur angan-angannya untuk bermesraan dengan Mile. Mungkin Mile masih lelah dan masih memikirkan kejadian kemarin.
Seminggu berlalu dan Apo merasa tak tahan lagi, ia harus bertanya pada Mile. Megapa ia tak lagi menginginkan Apo. Menyentuh duluan saja tidak. Mile senang di peluk tapi tak memeluk balik. Lebih sering membelakangi Apo.
"Phi...apa Phi sudah ngantuk?" Apo bertanya pada Mile yang sedang makan obat.
"Belum ngantuk. Mungkin sebentar lagi setelah makan obat. Kenapa?"
"Phi mengapa Phi berubah? Phi tak lagi senang mencium dan memeluk Po, Phi dingin sekali. Apa Phi mau membatalkan jadian kita? Kalau seperti itu Po ngerti kok. Kejadian kemarin mungkin masih membekas di pikiran Phi. Kalau Po hanya jadi pengganggu, Po akan kembali kekamar Po saja."
"Oh, maaf baby." Mile menatap iba. Ia tahu apa yang Apo maksud. Ia memang belum mau bermesraan dengan Apo. Pikirannya masih sesak dengan kejadian itu. Mile belum mau membicarakannya.
"Maaf kalau Po ada salah, atau Po tak bisa membuat Phi bahagia."
"No baby. Po segalanya untuk Phi. Maaf, beri waktu Phi untuk menyelesaikan semuanya. Menghilangkan dari pikiran Phi. Maaf kalau Po merasa begitu. Semua tak benar. Phi sayang dan cinta sama Po, dan tak mau jauh dengan Po. Cup!" Mile mengecup kilat bibir tipis Po.
Apo pun tersenyum, ia memang harus bersabar hingga Mile bisa seperti dulu.
"Maaf Po gak peka, Po akan sabar menunggu PhiMii melupakan semuanya dan kembali seperti dulu. Po akan merawat PhiMii dengan baik."
Mile terbangun di tengah malam, perlahan ia keluar dari rengkuhan pelukan Apo yang tertidur manis. Apo menjalankan tugasnya dengan baik dengan memeluk Mile sepanjang malam.
"Ternyata ada mahluk yang sangat manis di bumi ini. Dan dia milikku. Maaf kalau Phi kacau, tunggu sampai Phi bisa melupakannya. Dan membalas dendam." gumam Mile.
Lalu ia mencari ponsel dan menghubungi Jonas.
"Jonas, lakukan yang aku tulis di chat. Dan laporkan semuanya. Jangan ada yang tahu."
"Baik tuan Mile."

KAMU SEDANG MEMBACA
Who's The Boss?
FanfictionMile tiba-tiba harus menampung sorang anak dari kenalan Papanya. Dengan berat hati ia menerima. Dan menganggapnya sebagai adik atau bagian dari keluarga mereka. Mile tak tahu sama sekali sosok anak yang akan di titipkan ayahnya ini. Bahkan ia sudah...