Epilog

21.9K 1.2K 76
                                    

Jangan lupa putar mulmednya setelah baca epilog ya. Rasanya gimana gitu, hehe
________________________
Hari ini adalah hari minggu, dan seperti biasa yaitu mengunjungi toko buku.

Kegemaranku pada novel tetap masih ada sampai sekarang. Malah hobby sampinganku adalah menulis. Aku tidak berbakat, hanya senang saja menuangkan isi pikiranku kedalam tulisan.

Aku mengenakan sepatu hak berukuran sedang berwarna peach, celana jins berwarna putih, baju hijau muda yang kulapisi dengan blazer berwarna peach.

Aku melangkah keluar dari dalam mobil, menuju ke dalam pameran buku. Banyak novel-novel terkenal dari era 80an sampai sekarang tersusun dengan rapi di rak buku.

Aku selalu senang berada di tempat seperti ini. Ada perasaan yang selalu memberiku ketenangan setiap kali melewati sekat antara rak satu dengan yang lain.

'Buku-buku ini hanya dipajang tidak untuk diperjual-belikan'

Tulisan yang tertulis di sepanjang rak buku itu membuatku kecewa, sebenarnya aku datang kesini berharap ingin membeli novel tempo dulu yang pernah berjaya di era-nya. Tapi sayang, tulisan itu sudah membuat niat awalku kesini pudar.

Aku mundur perlahan tanpa mengalihkan pandanganku dari rak buku dan tiba-tiba

'Buk!'

Aku langsung jongkok mengambil buku-buku yang berjatuhan di lantai "Maaf saya gak sengaja." ujarku sembari membereskan buku-buku itu.

Dia menunduk mengambil sebagian buku yang ada di tanganku, aku mengangkat wajahku dan...

"Loh?" aku terkejut begitu melihat laki-laki di depanku ini.

"Kamu? Eh maksudnya Anda?" kataku memperbaiki kalimatku yang terdengar tidak formal.

Ia sempat tersenyum kecil namun dengan cepat berganti menjadi wajah yang ramah.

"Hey" ucapnya dengan senyuman.

"Sendiri? Atau?" tanyaku.

Pria itu tersenyum kecil " Sendiri."

Aku hanya membentuk bulatan kecil di mulutku, sedikit tersenyum kecil dan merasa kikuk karena tak ada percakapan setelah itu.

"Oh kalo begitu, saya permisi duluan" ucapku sebelum pergi meninggalkannya. Namun, tiba-tiba lenganku ditahan.

Astaga, perasaan apa ini? Kenapa seperti ada yang menyetrumku?

Aku memasang raut bertanya padanya, dia melepaskan tangannya dari lenganku "Bisa temani saya jalan-jalan?"

Aku memasang raut wajah berpikir, menimbang-nimbang apakah aku harus keluar dengannya. Baru kali ini, aku keluar dengan seorang pria berdua selain dari Rey.

"Tenang saja, aku tidak akan menculikmu" ucapannya membuatku sedikit tersenyum malu.

"Oh, bukan begitu. Tapi, okay."

***
Senja sore di sudut Jogja, membuat kota ini terasa indah di mataku. Langit yang berubah menjadi jingga, serta lampu-lampu jalan yang mulai dinyalakan.

Kami berjalan di sepanjang trotoar ini, tak ada percakapan apapun, dari kami tiba sampai sekarang. Karena merasa kikuk, aku membuka suaraku.

"Anda suka juga ke toko buku?" tanyaku.

Kami terus melangkah, ekor mataku menangkapnya sedang tersenyum "Tidak juga" katanya.

Aku mengerutkan keningku "Lalu?"

"Lalu, mungkin kita bisa berhenti bicara formal." katanya sambil tertawa kecil.

Aku ikut tertawa "Tentu,"

Flip FlopWhere stories live. Discover now