Chapter 21

17.2K 1.1K 23
                                    

NOT EDITED

Bagiku apalagi seorang cewek bukanlah hal mudah berada di sini , dikerubuni oleh pemikiran-pemikiran yang melambung jauh dari batas sewajarnya, penuh dengan sesak dan debu, dan puing-puing bangunan yang hampir roboh.

"Tere-"

Aku mengangkat kepalaku, dan saat itu rasa sakit di sekitar bibirku mulai terasa.

"Ya Tuhan," Rey berlari ke arahku lalu membuka kembali ikatan itu.

Aku memegang sudut bibirku, darahnya mengering tapi sakitnya malah menjadi-jadi.

Tangan Rey bergerak ke arah wajahku.

"Pergi."

Rey berhenti.

"Tere-"

"Gue bilang pergi!!" teriakku di depan Rey yang memandangku seakan tidak percaya bahwa aku adalah Tere yang pernah ia kenal.Aku langsung membuang pandanganku, tidak ingin menatapnya terlalu lama. Atau perasaan itu, akan timbul kembali.

"Rey?"

Rey berbalik.

"Gue sendiri yang akan balas dendam sama kakek lo."

Rey hanya tertunduk lalu kembali melangkah keluar.

***
Aku mendekatkan diriku ke beberapa sudut ruangan mencari cara untuk keluar dari tempat ini tanpa sepengetahuan dari siapapun.

Tapi, hasilnya nihil. Tempat ini benar-benar di batasi dengan tembok dan ventilasi kecil yang bahkan seekor tikus pun tak akan cukup untuk menerobosnya.

Aku kembali duduk ke tempat dudukku, kakiku bergerak gelisah. Bayangan Mama tiba-tiba muncul , aku merindukannya. Dimana beliau sekarang? Apa Mama berada di bangunan yang sama denganku?Atau sedang berada di tempat lain? Rasa khawatirku hilang begitu mengingat jawaban Rey bahwa beliau baik-baik saja.

Rey.

Entah setiap kali memikirkan atau menyebutkan nama itu dalam hati, membuat sebagian tubuhku seperti mati rasa. Tidak pernah aku berpikir, akhirnya akan seperti ini.

Tapi, ketika kau mencintai seseorang, apapun yang mereka lakukan membuatmu harus berpikir dua kali untuk membencinya. Dan itu lah yang ku rasakan sekarang.

Sebagian dari diriku merasa takut dengan Rey dan sebagiannya lagi seperti sebuah geng 'percintaan' yang menolak mentah-mentah geng 'ketakutan' untuk masuk ke dalam wilayah mereka. Yah, tepat perasaan itu mengalahkan ketakutanku.

"Tere" sahut Rey yang sedang berdiri beberapa meter dariku

Aku mengangkat kepalaku dan memasang wajah bertanya lalu kembali tertunduk.

Untuk apa aku memperlihatkan wajah seperti itu?Bukannya aku harus bersikap dingin?

Rey melangkah mendekatiku dan kembali duduk di kotak besar itu yang terletak tepat di samping kursi yang sedang ku duduki.

Ada hening yang cukup lama, untukku keheningan itu sama sekali tidak membuatku gelisah atau bingung, aku hanya tidak ingin bicara.

"Lo mikirin apa?" tanyanya

Aku menghela nafas cukup panjang "Mikirin sesuatu yang gak harusnya terjadi" ucapku dingin

Bisa kurasakan Rey menoleh ke arahku melalui sudut mataku untuk waktu yang lama, sampai akhirnya aku merasa gusar dan menoleh sinis ke arahnya "Kenapa?" tanyaku pasrah.

Dia masih menatapku, ada ketakutan di mata Rey namun tak terlalu tampak jika hanya dilihat sekilas saja.

"Kenapa lo ngelakuin ini ke gue Rey? Gue pikir selama ini lo itu orang yang bakal selalu ngejagain gue tapi nyatanya lo malah sebaliknya"

Flip Flopजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें