Chapter 9 - Revisi

21.1K 1.3K 4
                                    

Bandung pagi ini terasa panas, sementara anggota OSIS yang lain sedang bersiap-siap untuk mengadakan baksos, termasuk aku yang sedang mengontrol, dan membantu yang lain dalam mengangkat barang.

Wajahku mulai bercampur keringat, sementara Disa, sedang sibuk mengipas-ngipaskan buku ke wajahnya, menerbangkan helaian-helain tipis pada rambutnya yang terangkat.

"Dis, lo gantiin gue dulu bentar dong." pintaku padanya sambil menempelkan wajahku mendekat ke arah bukunya.

"Ya udah, " Disa berhenti mengipas "Nih, pegangin." ujarnya sembari memberikanku bukunya, yang tadi ia pegang, dan melangkah ke arah anak-anak yang lagi membawa kardus. Aku langsung duduk di bangku panjang saat itu, sambil mengipas-ngipaskan buku itu ke depan wajahku.

Tiba-tiba kursi yang berada di sampingku bergoyang dan aku menoleh mendapati Naufan sedang duduk, sembari mengikat tali sepatunya. Aku berhenti mengipaskan buku itu, dan duduk dalam ketegangan.

Dengan cepat, aku menggeluarkan ponselku berpura-pura memainkannya, padahal sebenarnya ekor mataku sedang mengawasinya. Usai Naufan mengikat tali sepatunya, ia sempat menoleh ke arahku sekilas, lalu ia beranjak dan masuk ke dalam ruang OSIS.

Aku memundurkan badanku setengah ke bawah, sambil bernafas lega. Bersyukur, karena dia tidak berusaha untuk mengajakku berbicara. Bisa-bisa, amarahku membludak kalau dia berani mengingkut hal yang tidak ingin aku ingat sama sekali.

Suara tepukan Pamela mengalihkan perhatianku, memanggil anak-anak OSIS yang lain untuk keluar. Doa kemudian lalu di pimpin oleh salah satu anak Osis, dan setelahnya kami berangkat.

***

Aku membuka mataku, saat mobil berhenti tepat di depan pagar berwarna putih. Sambil mngerjapkan mataku, serta membuka headset yang sedaritadi menempel pada telingaku, aku turun dari mobil, dan mengarah ke belakang bagasi. Memastikan, tidak ada lagi barang yang tertinggal.

Begitu aku berniat untuk masuk, sesuatu membuatku tiba-tiba tersentak. Aku mengeluarkan proposal yang aku masukkan di dalam tasku dan mengecek nama tempat panti asuhan yang akan dikunjungi.

Aku menepuk jidatku "Astaga, ternyata tempat panti asuhan Rey."

"Kenapa,Ter?" Aku menoleh, mendapati Pamela yang ntah, sejak dari kapan berada di sampingku.

Aku tersenyum masam "Gak papa. Btw, ini, tempat buat baksos ya?"

"Iya, emang kamu ga baca proposal gitu?"

Aku menggaruk keningku yang tidak gatal "Lupa, soalnya udah ga baca lagi."

Terakhir kali, aku mengecek proposal sebelum aku diajak kedua kalinya oleh Rey ke tempat ini. Bahkan, waktu itu aku sudah lupa dengan nama panti asuhan ini.

"Ya udah, masuk yuk." ajak Pamela sambil menggandengku masuk ke dalam.

Di dalam panti, anak-anak kecil mulai berkeliaran. Wajah mereka terlihat kegirangan, saat melihat beberapa barang yang mulai dikeluarkan satu persatu. Saat itu, Pamela mecolekku dan menunjuk ke arah Naufan yang sedang berbicara dengan Bunda. Aku menarik nafasku saat melihatnya, namun aku cepat-cepat menepis perasaan takutku dan memasang wajah setenang mungkin.

Bunda menoleh ke arahku, begitu aku dan Pamela sudah berada di samping Naufan.

"Bu, kenalin ini Pamela dan Tere." ujar Naufan.

"Loh, Tere?"

Aku tersenyum lalu menyalim tangan Bunda.

"Iya,Bun."

"Sekolah kamu yang ngadain baksos ya, ternyata?"

"Iya, aku juga baru ngeh pas udah disini." kataku sambil melirik ke arah Pamela dan Naufan.

Flip FlopKde žijí příběhy. Začni objevovat