Chapter #28 Part 2

16.7K 953 30
                                    

Baca Chaps #28 Part 1 dulu ya. Mungkin kalian lupa. Happy reading :)

________________________

Rey berjalan mondar mandir. Ia takut untuk menghadapi kenyataan yang akan ia hadapi. Hukuman mati.

Dibenaknya tidak pernah terpikir untuk mengalami hal seperti ini. Semuanya berjalan begitu cepat,menyisakan kebingungan pada dirinya sendiri. Apa yang dia lakukan ini benar atau membuatnya nampak seperti superhero yang bodoh?

Langkah kaki seseorang membuat Rey mengangkat kepalanya, menghadap ke arah datangnya langkah kaki itu.

"Rey,"

Rey menatap pria di depannya.

"Maafin saya, Om." ucap Rey.

Ayah Tere menatap Rey sejenak,bukan dengan tatapan benci tapi tatapan yang kosong, lalu ia bergerak mengambil sesuatu dari dalam kantongnya.

Ia mengambil kunci dan membuka pintu tahanan.

"Keluarlah," ucap Ayah Tere.

Rey mengerutkan keningnya, namun tidak berkata apa-apa dan mengikuti perintah Ayah Tere.

"Kamu bebas," ucap Ayah Tere begitu Rey keluar dari tahanan.

"Apa? Bagaimana bisa?" tanya Rey dengan kening yang semakin berkerut.

"Kau tahu jawabannya," Ayah Tere hanya kembali menjawabnya datar.

Rey menghela nafas panjang "Kakek,"

"Dia sendiri yang meminta kami untuk menggantikanmu,"

Rey mengeraskan rahangnya "Aku harus bertemu dengan kakek."

***
Rey terduduk di salah satu bangku menumpuh kedua tangannya di atas lutut. Entah dia harus merasa sedih atau marah.

Pikirannya terasa berat dengan semua kejadian yang menimpanya. Ia berharap tidak pernah menerima tawaran kakeknya.

Bahkan ia berharap tidak pernah pernah bertemu dengan Tere. Ia sudah terlalu jauh melukai gadis itu.

Rey kembali mengeraskan rahangnya, merasa marah pada dirinya sendiri. Merasa marah karena sudah menyakiti Tere, merasa marah karena sudah jatuh ke dalam lubang yang ia buat sendiri. Dan yang membuatnya lebih marah, karena Tere mencintainya.

Untuk kedua kalinya, satu tetesan air mata berhasil menjatuhi pipi Rey yang nampak tirus. Rey menghela nafas dan mengusap wajahnya cepat.

"Rey,"

Rey menoleh memandang ke atas.

"Kau baik-baik saja?" tanya Ayah Tere.

"Entahlah,Om" jawab Rey datar.

Hening sejenak membuat keduanya tenggelem dalam pikiran masing-masing.

"Apa kau mau aku memberitahu Tere soal kebebasanmu ini?" tanya Ayah Tere hati-hati.

Rey yang tadinya menundukkan kepala langsung mengangkat kepalanya.

"Jangan,Om!" ucap Rey tegas.

Ayah Tere memasang wajah bertanya.

"Biarin Tere tetap mikir kalo saya yang akan menerima hukuman itu," Rey terdiam sejenak menghela nafas sebelum melanjut kalimatnya.

"Ini jalan yang baik untuk kami berdua. Saya gak mau nyakitin dia lagi, saya gak mau buat dia nangis lagi meskipun saya tahu dia pasti nanti akan nangis. Tapi, saya mau ini jadi yang terakhir. Karena saya sayang sama anak, Om."

Flip FlopWhere stories live. Discover now