Chapter 18 - Revisi

15.4K 1.1K 9
                                    

(NO EDITED)

Kepalaku terasa berat setelah mendengar kabar tadi pagi, semuanya bergerak begitu cepat. Aku bahkan tidak bisa membedakan aku sedang bermimpi atau ini suatu kenyataan.

Kakiku melangkah bolak balik dari pintu kamar ke balkon, begitu seterusnya. Pikiranku berkeliaran ke sana kemari, sesekali aku menghubungi Rey, tapi hasilnya nihil.

"Gue bakal kangen sama lo"

Aku teringat dengan ucapan terakhir Rey sebelum mengantarku pulang kemarin. Jadi itu maksud dari kalimatnya , seperti menggantikan kata 'Goodbye' dengan kalimat yang lebih sopan dan penuh dengan keganjalan.

"Lo dimana Rey?"

__________________________

Hari demi hari aku lewati tanpa adanya kehadiran Rey, menurutku ada yang ganjal setelah dia menghilang. Aku mulai mencari tahu tentang Rey, maksudku aku ingat pertama kali kami bertemu di toko buku dengan suasana yang sangat tidak enak.

Lalu aku menemukan bahwa dia tetanggaku, lalu tiba-tiba dia tahu namaku dan memintaku untuk menemaninya.

Tapi, tunggu

Aku baru terpikir lagi , bagaimana Rey bisa tahu namaku? Apa dari Bundanya? Tapi itu tidak mungkin Mama tidak pernah bertemu dengan Bunda Rey sepengetahuanku. Tapi, lain cerita, jika mereka pernah bertemu sewaktu aku tidak ada.

Hidupku bagaikan misteri yang harus dipecahkan sekarang juga, aku bukan tipe orang yang tidak peduli dengan sekitar, malah justru sebaliknya terlalu peka akan sekitar.

Aku mengambil handphoneku dan membuka aplikasi LINE yang biasa kugunakan chattingan bersama Rey.

Pesan yang ku kirim 4 hari belakangan setelah dia menghilang tidak terbaca sama sekali. Aku berdecak kesal. Entah cara apalagi supaya aku tahu keberadaan Rey.

Setidaknya, seperti di film-film seseorang kau kenal pergi dan memberikan petunjuk-petunjuk kecil yang mengarahkan dimana mereka berada sekarang .

Tapi, hidup bukan film, kan?

Aku menuju lantai bawah, untuk mengambil segelas air tapi, aku mendapati Ayahku sedang berada di ruang makan.

"Loh, Ayah? Kapan balik?" tanyaku setelah berhasil mengosongkan segelas penuh air putih. Yah dehidrasi tingkat tinggi yang ku alami setiap kali tidur terlalu lama.

"Oh, udah bangun. Iya, tapi gak lama,besok Ayah harus balik lagi." katanya sembari menyuap mie instan yang terlihat masih panas.

Aku menganggu, lalu kembali naik ke atas. Ayah memang super sibuk tapi aku tidak pernah mempermasalahkan itu, karena dia tidak pernah lupa pada kami.

***

Hari ini ujian pertama masuk perguruan dimulai, hujan turun dengan deras saat ujian berlangsung selama 2 jam tapi, selama itu juga aku berusaha keras mengerjakan ujianku meski sulit, tapi aku mengerjakan dengan baik.

Begitu aku keluar dari ruang ujian, hujan sudah tidak sederas tadi, Pak Tarno, supirku tidak bisa menjemput karena cuti jadi, aku harus berlari cepat melewati genangan air dan gerbang sekolahku untuk menunggu angkot atau apa saja di halte dekat sekolah.

Flip FlopWhere stories live. Discover now